Gadis-gadis Tambahan
Gadis-gadis Tambahan
Pada hari dimana kami berkumpul bersama para pemuda untuk merencanakan kegiatan penyuluhan, telah terkumpul sekitar 18 pemuda. Diantara para pemuda tersebut, terlihat dua gadis duduk berdampingan. Lilis menepai janjinya. Ia mengajak sahabatnya yang bernama Amel untuk ikut berkumpul. Gadis canik dan mungil yang terlihat ceria ini sangat antusias dan bersemangat di mataku. Amel lahir di Jakarta, 20 April 1995 dan juga sudah idak bersekolah seperi halnya Lilis. Namun hal tersebut idak menyurutkan semangat pemilik nama lengkap Amelia Putri ini untuk mengikui kegiatan-kegiatan yang kami lakukan. Bahkan ia idak segan-segan mengatakan kepada kami, jika akan mengadakan kegiatan lagi ia ingin diikutsertakan dan akan selalu berusaha datang, tentunya bersama Lilis sahabatnya.
Sepanjang penyuluhan, mereka berdua tak bisa mencair bersama dengan peserta penyuluhan yang lain. Kedua gadis ini seringkali menjadi bahan ejekan dan becandaan di antara para pemuda itu. Walau demikian, mereka terlihat mendengarkan penyuluhan dengan serius.
Di akhir penyuluhan kami menawarkan kepada semua peserta penyuluhan sebuah kesempatan untuk bersama-sama dengan LBH Masyarakat mengunjungi salah satu klien di Rutan Cipinang. Semua peserta terlihat ragu dan bingung mengambil keputusan, tapi idak dengan dua gadis ini. Mereka adalah peserta pertama yang menyatakan kesediaannya untuk ikut berkunjung ke Rutan Cipinang tanpa keraguan sedikit pun.
Kehadiran dua gadis ini ke Rutan Cipinang ditambah dengan seorang peserta penyuluhan lainnya ternyata menjadi pemicu terjadinya
Komunitas Klender
penyuluhan-penyuluhan berikutnya di Klender. Peserta penyuluhan pun semakin antusias tatkala mendengar pengalaman dari teman-temannya yang diajak berjalan-jalan ke tempat yang belum pernah mereka bayangkan.
Setelah bersama dengan para pemuda di sana beberapa kali mengadakan penyuluhan dan kunjungan-kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang dan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), kami idak sengaja bertemu dengan seorang gadis lagi, Putri. Pemilik nama lengkap Putri Furnia ini adalah adik dari salah satu pemuda di Klender yang bernama Firdaus, yang pernah ditangani kasusnya oleh LBH Masyarakat.
Putri masih tercatat sebagai pelajar kelas 1 SMA. Gadis kelahiran Jakarta, 29 Januari lima belas tahun silam ini langsung menyatakan minatnya untuk bergabung bersama kami. Putri juga adalah anak seorang Ketua RT di Klender yang hobi bermain sepakbola dan langsung akif dan idak pernah absen mengikui penyuluhan serta kegiatan lain yang kami lakukan. Misalnya mengunjungi Pengadilan Hubungan Industrial serta acara besar yang diselenggarakan LBH Masyarakat, yaitu Gelar Keswadayaan Masyarakat (GKM) di Tugu Proklamasi.
Putri sendiri di kemudian hari terpilih sebagai salah seorang anggota Satgas Mawar Kuncup. Satgas Mawar Kuncup adalah im paralegal yang terdiri dari para remaja yang diajak untuk membongkar kejahatan yang melibatkan remaja sebagai korban di bilangan Jakarta Barat.
Lilis, Amel, dan Putri adalah iga dari pemudi-pemudi yang inggal di wilayah Klender, yang memiliki minat yang inggi untuk selalu berparisipasi dan memberikan kontribusi dalam seiap kegiatan yang LBH Masyarakat selenggarakan. Tidak banyak anak perempuan yang berparisipasi. Sebagian beralasan masih sibuk dengan urusan sekolah atau kuliah, dan bahkan di usia remaja mereka ada yang telah menikah dan memiliki anak. Sisanya mungkin karena idak ada yang mengajak secara langsung (baik dari Lilis, Amel dan Putri maupun pemuda lainnya yang telah menjadi paralegal dan simpaisannya). Juga, tak tertutup kemungkinan, para remaja putri itu memang idak tertarik dan lebih memilih untuk berdiam diri di rumah atau bermain bersama teman- temannya yang lain.
Jejak Langkah Menciptakan “Pengacara Rakyat”