Siapakah yang Harus Dipilih?
Siapakah yang Harus Dipilih?
Ada iga orang yang memiliki keinginan dan kemauan berbeda, sementara aku berada di tengah-tengah mereka. Tiga orang ini tarik menarik ke arah yang tak hanya berbeda, tapi justru berlawanan. Jika aku diam saja, keadaan idak akan berubah. Sementara situasi secara faktual menuntut ada gebrakan baru. Ancaman penggusuran ada di depan mata, dengan demikian kebutuhan untuk menggalang kekuatan kolekif dan melakukan perundingan belum tertata dengan baik. Jika tak ada kekompakan, bagaimana kita akan melakukan perundingan? Jika kita ingin menggalang kekuatan, kepada siapakah kepecayaan itu harus diberikan?
Dato adalah pemimpin yang secara formal dan sah menjalankan kepemimpinan. Ia terpilih lewat pemilihan yang demokrais. Namun harus diakui, kepemimpinannya lemah. Dato hanya sendiri dan idak
Komunitas Kali Adem
mempunyai apa-apa. Mendukung Naling yang merupakan ketua yang lama dan masih memiliki pengurus yang relaif solid justru akan memancing keributan dari Kelompok Asindo-Purwarga. Mendukung salah satu dari dua kubu ini sama saja ingin mendapatkan perlawanan dari kubu yang lainnya.
Memilih salah satu kubu ini, sama saja dengan memilih buah simalakama. Jika satu dipilih maka akan mendapatkan kerugian dari yang lain. Jika berusaha untuk membuat keiga kubu ini rukun kembali, kita akan kehabisan energi dan perhaian tapi idak memberi manfaat apa- apa kepada masyarakat.
Ya! Memberi manfaat kepada masyarakat! Keika masyarakat Inilah kata kunci yang harus diperhaikan. Kita ingin menyerahkan nasibnya berjuang, bekerja, dan memberdayakan masyarakat kepada orang- karena yakin bahwa masyarakat memiliki potensinya orang tertentu dan sendiri. Masyarakat jika mendapatkan kesempatan meyakininya orang itu akan mampu mensejahterahkan dirinya. Memang akan menyelesaikan untuk mempermudah itu semua, masyarakat harus masalah, masyarakat mengorganisir kekuatan. Kita harus percaya pada menjadi kehilangan kekuatan masyarakat, bukan klaim para elite.
keberdayaannya. Demikian
Dato, Asindo, atau Naling, sekalipun sama-sama pula sebaliknya, jika ada hidup di pinggir kali dalam gubuk-gubuk yang sama orang yang merasa mampu dengan masyarakat yang lain dan harus mengalami menjadi juru selamat bagi banjir dari air kali yang sama; mereka bukan lagi masyarakat, orang itu anggota masyarakat biasa, tetapi sudah sebagai elit. merampas keberdayaan Keika mereka berbicara dan mengemukakan pokok masyarakat. pikirannya harus berpegang pada pengabdian dan kepeningan yang terbaik bagi masyarakat. Mereka sudah idak boleh lagi berbicara tentang kejelekan dari pihak lain saja.
“Saya mau membantu setelah pengurus ini menyatakan menyerah,” ujar Naling. “Pengurus yang sekarang susah di ajak kerja, saya seperi kerja sendirian. Saya sudah berikan perintah kepada pengurus, tapi ternyata idak mereka jalankan. Selain itu saya idak punya teman diskusi, pengurus yang lama seperi menjauh,” ujar Dato. “Bagaimana Pak Dato ini, hanya memeningkan dirinya sendiri. Masa listrik orang lain dibiarkan mai,” ujar Indo. Memberdayakan masyarakat, berari menyadari bahwa
Jejak Langkah Menciptakan “Pengacara Rakyat”
masyarakat itu memiliki kekuatannya sendiri, idak bergantung pada orang lain.
Keika masyarakat menyerahkan nasibnya kepada orang-orang tertentu dan meyakininya orang itu akan menyelesaikan masalah, masyarakat menjadi kehilangan keberdayaannya. Demikian pula sebaliknya, jika ada orang yang merasa mampu menjadi juru selamat bagi masyarakat, orang itu merampas keberdayaan masyarakat. Jadi, menghadapi keadaan seperi ini, yang harus dilakukan adalah justru berani untuk kembali terjun bebas untuk mendatangi masyarakat.
Kita idak perlu memilih satu dari iga orang ini, karena sebenarnya jawabannya idak terletak pada iga pilihan itu. Jawabannya ada pada keberpihakan pada rakyat. Kepada rakyatlah kita harus bertanya dan mendorong mereka agar mau berjuang. Kita harus tunjukkan itu, dan wujudkan hal itu.
Jika memang Dato, Indo, dan Naling berpihak dan mau berjuang untuk rakyat, kita akan bertemu di lapangan. Kita akan berjalan dalam arah yang sama, idak saling bertentangan. Tapi jika mereka masih asyik menjadi elit, maka mereka idak akan bertemu dengan perjuangan bersama rakyat. Jadi, jangan sampai salah pilih. Kita ingin melakukan pemberdayaan masyarakat, bukan ingin mendapatkan dukungan poliik.