Kesabaran yang Menjadi Kekuatan

Kesabaran yang Menjadi Kekuatan

Proses menabung itu terus bergulir, dari jumlah tabungan yang hanya ratusan ribuan, akhirnya terkumpul angka jutaan, belasan juta, hingga akhirnya puluhan juta. Tidak seiap hari orang-orang itu menabung, dan idak semua orang senaniasa ruin menabung. Ada kalanya, karena memang sedang idak ada rezeki yang memadai, mereka idak menabung di hari itu. Namun mereka akan menutupi di hari-hari berikutnya. Tidak tertutup kemungkinan semangat untuk menabung ini menjadi turun karena ketegangan menghadapi penggusuran juga relaif mereda.

Sekalipun demikian proses menabung ini tetap berjalan. Dari menabung harian ini kemudian terekam anggota-anggota masyarakat yang memang benar-benar akan berjuang atau mereka yang sekedar ikut arus. Kita juga dapat melihat anggota masyarakat yang akan berperilaku pragmais; keika menguntungkan ia akan ikut. Dengan proses menabung ini, maka akan ada data valid tentang kesungguhan masing-masing orang. Mereka dengan tabungan yang kecil, bahkan hanya satu atau dua kali menabung di awal, selanjutnya idak pernah menabung lagi berpotensi dianggap mengundurkan diri dari perjuangan.

Jumlah tabungan yang besar, cukup mengagetkan beberapa orang yang mengetahui proses menabung. Sekelompok arsitek yang mendapat tugas untuk melakukan pendataan tentang keadaan warga sebelum dilakukan penggusuran, yang rencananya untuk normalisasi kali, justru menjadikan teman-teman Musika sebagai contoh untuk komunitas- komunitas lain yang akan mengalami penggusuran. Aparat kelurahan yang mengetahui kalau masyarakat secara swadaya melakukan tabungan kolekif, tak kalah terheran-heran. “Saya yakin orang pemerintah sendiri idak akan mampu untuk mengolah dana seperi yang dikelola oleh bapak-bapak. Terlebih karena bapak-bapak ini kan idak dibayar kan untuk mengurus tabungan kolekif ini,” ujar Nur Kholish salah seorang Komisioner Komnas HAM keika menerima kunjungan dari orang- orang Kali Adem yang mengadukan nasibnya. Wakil Walikota Jakarta Utara keika mendapatkan informasi tentang kemampuan masyarakat untuk menabung, sekalipun tak mengekspresikan langsung, idak dapat menutupi rasa heran yang bercampur dengan kagum dan perasaan idak percayanya terhadap kemampuan masyarakat ini.

Jejak Langkah Menciptakan “Pengacara Rakyat”

Gambar 12 - Balai Warga Kali Adem yang juga merupakan kantor Mustika.

Di ingkat lokal, rasa kagum juga disampaikan oleh orang-orang yang berada di sekitar komunitas Kali Adem. Beberapa ketua RT bahkan angkat topi dengan apa yang dikerjakan Musika ini. Hal ini membuat sekalipun idak dibentuk adanya RT/RW di wilayah Kali Adem, secara faktual ketua RW 01 Kelurahan Pluit selalu melibatkan Ketua Musika dalam rapat RW. Pada ketua RW pun menaruh respek, dan idak keberatan dengan kehadiran masyarakat biasa yang disetarakan dengan ketua RT ini. Aparat Babinkamibmas dari Polsek KPPP Sunda Kelapa yang membawahi wilayah Muara Angke juga senaniasa menanyakan progres tabungan yang digalang oleh masyarakat.

Proses mengumpulkan tabungan ini sempat mencapai angka lebih dari dua puluh juta. Tepatnya Rp. 22.xxx.xxx,00 (Catatan: Angka riil sengaja idak kami ungkap).

Keika tabungan ini mencapai angka yang cukup inggi, iba-iba terjadi konlik di antara pengurus. Ada pengurus yang merasa idak lagi dilibatkan dalam kepengurusan. Padahal hal ini sebenarnya tak lebih karena perasaan subyekifnya saja. Pengurus ini adalah bendahara yang keika pemeriksaan pertama sudah menyatakan idak sanggup untuk melanjutkan proses menabung. Dia sebenarnya waktu itu memperkirakan

Komunitas Kali Adem

kegiatan menabung ini akan berjalan berantakan, sehingga ia idak mau terlibat. Ternyata proses menabung berjalan lancar, dan membuat kekaguman banyak orang. Hal ini rupanya membuat ada beberapa orang yang merasa kehilangan muka dan kemudian ingin diperhaikan kembali. Sayangnya apa yang kemudian terjadi, menjadi bola liar yang justru kotraprodukif bagi kelompok secara keseluruhan.

Satu demi satu masyarakat menyatakan keidakpercayaannya dan berniat untuk mengambil uang tabungan mereka. Pengurus idak mungkin menyangkal komitmennya, dan harus konsekuen membayar tabungan masyarakat yang selama ini ditabung secara kolekif.

Gelombang penarikan tabungan besar-besaran, perlahan tapi pasi berhasil di atasi. Warga mulai Kali ini pelajarannya adalah melakukan penabungan kembali, namun semangat bagaimana menggalang untuk menabung idak lagi sebesar keika program kedewasaan pemimpin. ini pertama kali dicanangkan. Faktor konlik Jika mereka berhasil, pengurus bisa jadi bukan sebagai alasan utama, jangan-jangan elite-elite alasan utamanya bisa jadi karena kekhawairan pemimpin negeri ini suatu akan adanya penggusuran sudah relaif mereda. saat nani harus belajar Merasa keadaan sudah aman, masyarakat menjadi dari mereka tentang sedikit terlena.

bagaimana caranya

Sekalipun hari ini sudah mulai digalakkan menjadi pemimpin yang kembali proses menabung, usaha kelompok Musika dewasa dan matang serta (yang juga berari senjata yang saki mandraguna) mampu mengelola konlik untuk menggalang keswadayaan masyarakat sedikit di antara pemimpin. terganggu. Padahal justru keswadayaan itulah, yang salah satunya dibukikan melalui tabungan kolekif, adalah musika yang sedang dicari-cari itu.

Sama halnya seperi seseorang empu yang sedang membuat keris, tentu ada proses panjang yang harus dilalui. Besi itu tak cukup sekali dipanaskan dan ditempa, butuh proses yang berkali-kali. Apa yang hari ini dialami oleh orang-orang di Kali Adem adalah bagian dari pemanasan dan penempaan yang berkali-kali. Gak ada noda, gak belajar kan?

Di sinilah kesempatan mereka untuk kembali belajar. Kali ini pelajarannya adalah bagaimana menggalang kedewasaan pemimpin. Jika mereka berhasil, jangan-jangan elite-elite pemimpin negeri ini suatu

Jejak Langkah Menciptakan “Pengacara Rakyat”

saat nani harus belajar dari mereka tentang bagaimana caranya menjadi pemimpin yang dewasa dan matang serta mampu mengelola konlik di antara pemimpin. Semoga orang-orang Kali Adem ini bisa segera menemukan dan menciptakan musikanya.