Karakteristik Rumah Tangga Responden

commit to user 47 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Rumah Tangga Responden

Karakteristik rumah tangga petani sampel merupakan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar belakang rumah tangga petani sampel yang berkaitan sekaligus berpengaruh terhadap kegiatannya dalam usahatani padi. Petani sampel merupakan petani pemilik penggarap yang mengerjakan sawah dengan sistem pengairan tadah hujan. Karakteristik yang dikaji merupakan data-data identitas responden dan anggota keluarganya, yang meliputi umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas kepemilikan lahan sawah, serta pendapatan rumah tangga yang berasal dari usahatani dan luar usahatani. Karakteristik rumah tangga petani sampel yang mengusahakan sawah dengan sistem pengairan tadah hujan di Kecamatan Bulu dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Karakteristik Rumah Tangga Responden di Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo No. Uraian Keterangan 1. Umur th a. Suami b. Istri 53 43 2. Pendidikan a. Suami - Tidak tamat SD - SD - SMP - SMA b. Istri - Tidak tamat SD - SD - SMP - SMA - S1 9 11 7 3 7 16 3 2 1 3. Jumlah anggota keluarga orang a. Laki-laki b. Perempuan 1 1 4. Luas kepemilikan lahan sawah ha 0,37 5. Pendapatan rumah tangga Rpth a. Usahatani Rpth b. Luar usahatani Rpth 5.482.081,33 5.440.833,33 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 1 Berdasarkan Tabel 18 dapat kita lihat bahwa rata-rata umur suami adalah 53 tahun dan rata-rata umur istri 43 tahun. Umur suami dan istri petani ini berada pada rentang usia produktif, sehingga memungkinkan mereka untuk 47 commit to user 48 bekerja dan mengerjakan usahataninya secara maksimal serta berusaha meningkatkan pendapatannya dalam rangka mencukupi kebutuhan rumah tangga. Usia juga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi dan kecukupan pangannya. Tingkat pendidikan kepala keluarga yang paling banyak adalah tamat SD. Demikian halnya dengan istri, dimana 16 orang tamat SD. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan suami dan istri masih rendah. Tingkat pendidikan akan berpengaruh pada pola pikir responden. Pendidikan formal yang telah ditempuh akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam mengelola usahataninya dan mencukupi kebutuhan rumah tangga baik pangan maupun nonpangan. Berdasarkan sebaran data yang paling banyak muncul modus, diketahui bahwa jumlah anggota keluarga responden terdiri dari 1 laki-laki dan 1 perempuan. Besarnya jumlah anggota keluarga berpengaruh pada distribusi pangan dalam rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga petani, maka total konsumsi pangan juga akan semakin tinggi. Akan tetapi, konsumsi per orang dari rumah tangga petani yang memiliki banyak anggota cenderung lebih sedikit karena jumlah pangan terbatas dan harus didistribusikan untuk seluruh anggota rumah tangga. Padahal setiap anggota memiliki karakteristik umur, jenis kelamin, dan kebutuhan energi yang berbeda-beda. Hal ini akan berpengaruh pada tingkat konsumsi energinya. Rata-rata luas kepemilikan lahan sawah petani adalah 0,37 hektar. Lahan sawah ini berupa sawah tadah hujan yang dikerjakan sendiri oleh petani. Sawah tadah hujan ini dapat ditanami dua kali dalam satu tahun dan merupakan sumber pendapatan bagi petani. Luas sawah akan berpengaruh pada produksi dan pendapatan petani. Rata-rata pendapatan petani yang berasal dari usahatani adalah Rp 5.482.081,33 per tahun, sedangkan rata-rata pendapatan yang berasal dari luar usahatani adalah Rp 5.440.833,33 per tahun. Pada penelitian ini, responden adalah petani pemilik penggarap sehingga pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi selama dua kali musim tanam. Pada musim tanam II, tanaman padi diserang hama keong, sehingga pendapatan yang berasal dari usahatani menurun. commit to user 49 Pada musim kemarau, petani tidak menanami lahan sawahnya bero karena tidak tersedia cukup air sehingga sumber pendapatan diperoleh dari luar usahatani. Jenis pekerjaan di luar usahatani yang dikerjakan petani pada masa bero adalah buruh bangunan dan berdagang jamu di luar kota. Di samping itu, terdapat pula sumber pendapatan lain yang berasal dari warung serba ada, merantau, dan pemberian dari anak. Petani mengambil keputusan untuk bekerja di luar usahatani karena mereka tidak dapat mencukupi kebutuhannya hanya dengan mengandalkan pendapatan dari usahatani saja. Oleh karena itu, mereka terus berupaya meningkatkan pendapatannya. Pendapatan rumah tangga merupakan salah satu faktor penentu kualitas dan kuantitas konsumsi pangan. Rumah tangga dengan pendapatan yang tinggi cenderung mengutamakan kualitas daripada kuantitas makanan. Sebaliknya, apabila pendapatan rumah tangga rendah, maka pemenuhan konsumsi pangan lebih mengutamakan kuantitas pangan yang cukup dan mengenyangkan, tanpa memperhatikan zat gizi yang terkandung di dalamnya.

B. Ketersediaan Pangan Pokok Rumah Tangga