perealisasian secara langsung oleh dewan terhadap aspirasi-aspirasi masyarakat tersebut. Masyarakat belum banyak yang mengerti akan tujuan kegiatan reses
yang dilakukan oleh dewan, bahwa dalam resesnya mereka hanya melakukan penyerapan aspirasi saja sedangkan untuk merealisasikan aspirasi tersebut adalah
pihak pemerintah yang telah melalui kesepakatan dalam forum paripurna DPRD Kabupaten Tapanuli Utara. Masyarakat menganggap dan menginginkan dewan
untuk memberikan dana penunjang secara tunai terhadap perealisasian tuntutannya. Anggapan masyarakat ini menjadi hal yang dilematis bagi dewan
yang harus memberikan perhatian secara moral kepada konstituennya. Oleh karena itu, tidak jarang anggota dewan juga harus memberikan “salam tempel”
kepada konstituennya walaupun sebenarnya tidak ada dana penunjang dari dana pelaksanaan reses DPRD.
3.2.4 Keterlibatan Dewan Dalam Acara-Acara Ceremonial Masyarakat
Hubungan perwakilan atas lembaga DPRD dengan masyarakat daerah tidak hanya didasarkan pada peraturan-peraturan perundangan semata, tetapi juga
mengacu pada nilai dan budaya yang berkembang dalam masyarakat lokal. Sehingga agar dapat dijalin hubungan yang harmonis, saling menghargai,
menghormati, dan transparansi, anggota DPRD Tapanuli Utara harus terlibat dalam kehidupan sosial masyarakat dan menghindari sikap yang sifatnya
menjauhkan diri dari kegiatan-kegiatan masyarakat. Seorang dewan harus sensitif terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Anggota DPRD Tapanuli Utara yang latar belakangnya merupakan putra- putri daerah, telah berbaur dan berdomisili sejak lama di daerah tersebut. Ketika
duduk dalam parlemen, mereka tidak akan melupakan kebiasaanrutinitas budaya dan kehidupan sosial daerah yang mereka wakili. Bagi para dewan di Tapanuli
Utara, pola kehidupan sosial dan budaya masyarakat dengan dominasi suku batak di daerah ini, menjadi perhatian penting bagi kacamata pengelolaan potensi
daerah. Budaya sangat memberikan pengaruh dalam pembentukan relasi, karakter dan salah satu cara yang sangat efisien untuk digunakan ketika memobilisasi
massa. Sebelum dewan duduk dalam lembaga perwakilan, kampanye politik
mereka sangat dipadatkan dengan menghadiri acara-acara adat dan agama di daerah ini. Hal tersebut dilakukan karena sangat mudah untuk melakukan interaksi
dan menciptakan eksistensi di tengah masyarakat. Maka tidak dapat juga dipungkiri, pendekatan seperti ini sangat cocok untuk dilakukan ketika masa reses
untuk berinteraksi dan mendapatkan nilai-nilai aspiratif dari masyarakat. Perbedaannya adalah ketika seorang dewan duduk, dia hanya menginginkan
profilnya memiliki eksistensi di tengah masyarakat sebagai seorang yang pantas untuk mewakili daerahnya. Sedangkan ketika melakukan reses dengan mengikuti
acara-acara ceremonial masyarakat, dewan tersebut harus tetap terfokus dengan tujuan utamanya dalam melakukan penyaringan aspirasi masyarakat dan
menghimbau masyarakat untuk memberikan aspirasi mereka.
Universitas Sumatera Utara
Adat istiadat yang berkembang di daerah ini masih sangat mendarah-daging di tengah kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, dewan di Dapil I cenderung
melibatkan diri dalam kegiatan budaya dan acara-acara ceremonial di masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa pesta-pesta marga, peresmian tempat-
tempat adat, acara “parsahutaon” atau kegiatan adat dalam sebuah desa, maupun acara-acara ibadah keagamaan. Ketika mereka terlibat, biasanya citra seorang
dewan sangat dihargai dan perhatian masyarakat cenderung terfokus dengan kharismanya sebagai salah satu elit poltik dalam pemerintahan. Tokoh-tokoh
dalam acara adat cenderung akan memperkenalkan kembali sosok seorang dewan kepada masyarakat adat dengan adanya harapan sesuatu yang akan dilakukan oleh
dewan dalam mendukung mereka meningkatkan keberlangsungan adat istiadatnya. Selain itu, keterlibatan dewan memberikan kesempatan untuk
sejumlah masyarakat dalam memberikan pernyataan-pernyataan secara frontal maupun secara “gombal” tuntutan mereka akan kepentingan masyarakat.
Melalui keterlibatan dewan dalam acara-acara ceremonial masyarakat, banyak terjalin komunikasi yang ramah antara tokoh-tokoh masyarakat dan
memberikan peluang penyampaian aspirasi bagi beberapa masyarakat yang memiliki kepentingan di pemerintahan. Jabatan sebagai wakil rakyat tetap
menjadi pandangan yang melekat atas jati diri mereka bagi masyarakat, walau dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Kesempatan yang terbuka lebar ketika
bertemu dengan wakil rakyat sangat jarang untuk disia-siakan oleh masyarakat Tapanuli Utara untuk tidak mengeluh dan menuntut.
Universitas Sumatera Utara
3.2.5 Partai Politik Sebagai Mitra Dewan Dalam Membangun Hubungan Dengan Konstituen