1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya undang-undang N0 10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut
diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah, undang-undang tersebut juga memberikan
arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
1
Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah per Desember 2013, kini telah terdapat 11 Bank Umum Syariah BUS, 24 Unit Usaha Syariah UUS, dan 163
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS. Jumlah rekening yang ada di Bank Syariah juga meningkat untuk Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah
UUS mencapai 16.196.401 rekening, sedangkan untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS mencapai 1.123.516 unit.
2
Dalam kondisi semacam ini, para bankir berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan
nasabah dengan
menawarkan berbagai
jenis produknya.Dampaknya, nasabah memiliki banyak pilihan, kekuatan tawar-menawar
nasabah semakin besar, ini semua menjadi bagian penting dalam mendorong setiap
1
M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001,
h. 26
2
Bank Indonesia , Statistik Perbankan Syariah, Desember 2013
bank menempatkan orientasinya pada kepuasan nasabah sebagai tujuan utamanya. Para bankir pun semakin yakin bahwa kunci sukses untuk memenangkan persaingan
terletak pada kemampuannya memberikan total customer value yang dapat
memuaskan nasabah melalui penyampaian produk yang berkualitas dengan harga bersaing.
3
Dengan demikian, sebuah bank harus melakukan berbagai upaya pembaharuan yang tidak kenal henti untuk dapat menjadi pemain utama pada
segment-nya, sehingga dapat menjadi preferensi utama customer yang berujung pada kepuasan dan bahkan loyalitas. Untuk itu sebuah bank syariah dituntut untuk
mempunyai sistem pemasaran yang teruji dan tidak sekedar mengharapkan emotional
mass untuk menjadi nasabah.
4
Bank memiliki cara memperlakukan orang yang memiliki banyak uang dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Selain layanan prima, berbagai produk
investasi juga disediakan agar nasabah memperoleh manfaat lebih banyak lagi, bank pun terus berlomba memberikan fitur yang dianggap berbeda dari bank lain.
5
Para nasabah kelas atas atau sering disebut prioritas ini memang kerap
mendapatkan perlakuan istimewa dari bank-bank yang mengadakan layanan tersebut. Umumnya bank memberikan semacam ‘karpet merah’ sebagai gambaran pelayanan
istimewa, seperti dalam hal pelayanan airport excecutive lounge, financial planning,
3
Ali Hasan, Marketing Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h. 83
4
http:malqinstitute.wordpress.com20100610strategi-manajemen-pemasaran-perbankan- syariah
Diakses pada 06 Maret 2014.
5
Majalah Eksekutiv Online, Nasabah Prioritas Penuh Hamparan Karpet Merah, Artikel
Diakses pada 06 Maret 2014, dari, http:www.eksekutif.co.idgaya-hidup entertaiment747-nasabah-
prioritas-penuh-hamparan-karpet-merah.html
dan lain sebagainya. Dasarnya memang harus ada perlakuan berbeda dalam hal jumlah uang yang ditaruh di suatu bank.
6
Melihat keunggulan prospek dan akselerasi perkembangan pelayanan terhadap nasabah
prioritas, maka diperlukan sebuah komunikasi yang efektif sebagai alat “kampanye” kepada masyarakat dalam rangka memaksimalkan pelayanan bank, yaitu
penghimpunan dan penyaluran dana untuk mengembangkan perbankan itu sendiri. Maka dari itu diperlukan Strategi ilmu perencanaan yang harus dilakukan dalam
upaya mencapai target pemasaran. Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang fokus di segmen
retail mengembangkan
Priority Banking sebagai diversifikasi produk dan layanan General Banking yang berjalan selama ini. Priority Banking dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan nasabah yang naturally tidak dapat disamaratakan, karena adanya
preferensi dan budget constraint individu yang berbeda-beda.
7
BSM Priority adalah model layanan ritel perorangan untuk segmen pasar
menengah atas yang mempunyai pengendapan dana di Bank dengan saldo rata-rata minimal sebesar Rp 250 juta setiap bulan atau jumlah lain yang ditetapkan oleh BSM,
setiap nasabah akan dilayani secara khusus oleh Priority Banking Officer PBO, baik
layanan financial maupun non financial.
8
6
Majalah Eksekutiv Online, Nasabah Prioritas Penuh Hamparan Karpet Merah, Artikel
Diakses pada 06 Maret 2014, dari http:www.eksekutif.co.idgaya-hidup entertaiment747-nasabah-
prioritas-penuh-hamparan-karpet-merah.html
7
Surat Edaran Operasi No. 7038OPS, tanggal 5 Desember 2005 Revisi Priority Banking
8
Surat Edaran Bank Indonesia, Standar Prosedur Operasional SPO No. Dokumen
SPOOPHDLPB02, Revisi 3, Tanggal 29 Juni 2012, h. 1.
Priority Banking disediakan oleh perbankan bagi nasabah perorangan yang mempunyai pendapatanharta yang tergolong
affluent dan high networth individuals. Nasabah
Priority Banking mempunyai tingkat kebutuhan akan produk kualitas layanan tertentu, bahkan sampai pada produk dan layanan yang sifatnya
unique untuk nasabah atau
tailor made. Oleh karena itu karakteristik Priority Banking adalah s
ervice focus client focus, bukan lagi product focus. Islamic Priority Banking yang dikembangkan oleh Bank Syariah Mandiri
menawarkan optimalisasi manfaat dari harta nasabah sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko nasabah serta tuntunan syariah untuk mencapai keseimbangan dan
membuat hidup lebih bermakna. Selain produk finansial juga disediakan produk non- finansial untuk memberikan kenyamanan bagi nasabah.
Menjadi rahmatan lil alamin as khalifatul fil ardh adalah suatu gambaran
pribadi istimewa dan menjadi brand image nasabah Priority Banking Bank Syariah
Mandiri BSM Priority.
9
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana teknik dan strategi BSM dalam upaya meningkatkan jumlah Nasabah
Priority, maka
penulis melakukan penelitian dengan judul “STRATEGI PEMASARAN PRIORITY BANKING OFFICER PBO DALAM UPAYA MENINGKATKAN
JUMLAH NASABAH PRIORITY PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI”.
9
Surat Edaran Operasi No. 7038OPS, tanggal 5 Desember 2005, Revisi Priority Banking
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah