commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM INSTANSI
1. Sejarah Yayasan
Jesuit Refugee Service JRS
Jesuit Refugee Service JRS adalah salah satu organisasi internasional Non Governmental Organization atau lebih dikenal dengan Lembaga
Swadaya Masyarakat LSM dengan misi menemani, melayani, dan mempertahankan hak asasi pengungsi dan orang yang berpindah paksa.
JRS memberikan pelayanan di tingkat nasional maupun internasional dengan dukungan dari kantor internasional di Roma.
Jesuit Refugee Service JRS didirikan pada tanggal 14 November 1980 sebagai karya Serikat Yesus, yaitu salah satu ordo pastor-pastor
Katolik. JRS secara resmi terdaftar sebagai yayasan di negara Vatikan pada tanggal 19 Maret 2000.
Jesuit Refugee Service JRS melayani di 51 negara dengan memberikan bantuan bagi para pengungsi di kamp-kamp maupun di
kota-kota, para pengungsi dalam negeri, para pencari suaka, dan pengungsi yang ditahan di dalam rumah detensi imigrasi. Karya
pelayanan JRS terutama di bidang pendidikan, bantuan darurat,
commit to user
kesehatan, kegiatan usaha, dan pelayanan sosial. Pada akhir tahun 2010, lebih dari 500.000 jiwa dilayani oleh JRS.
2. Sejarah Yayasan
Jesuit Refugee Service Indonesia JRS Indonesia
Sebelum diresmikan pada tahun 1999, JRS Indonesia pernah beroperasi di Pulau Galang yang terletak 560km di sebelah tenggara
Batam untuk melayani pengungsi–pengungsi dari Vietnam. Ketika itu beberapa Jesuit Indonesia ditugaskan untuk menemani, melayani, dan
membela hak–hak para pengungsi Vietnam yang datang ke Pulau Galang, para Jesuit Indonesia tersebut diantaranya adalah: P. I.
Warnabinarja, SJ, P. V. Sugondo, SJ, dan P. A. Padmaseputra, SJ. Setelah PBB menutup kamp pengungsian di Pulau Galang pada tahun
1997, maka berakhir pula tugas JRS Indonesia. Pada Maret tahun 1999, JRS Indonesia diresmikan oleh Provinsial
Serikat Yesus Indonesia atas permintaan kantor JRS Asia Pasifik di Bangkok dan JRS Internasional di Roma. Provinsial Serikat Yesus
Indonesia menunjuk P. Hendra Sutedja, SJ sebagai direktur nasional JRS Indonesia dan P. Karim Albrecht, SJ sebagai direktur JRS Timor Timur.
Kantor nasional JRS Indonesia pada waktu itu berada di Jalan Teratai VIII Blok H–7, Jakarta. Pada awal peresmiannya, JRS Indonesia identik
dengan Timor Barat karena hampir seluruh karya JRS dipusatkan untuk menangani pengungsi Timor Leste di Timor Barat Betun, Atambua, dan
Kupang khususnya pemulangan pengungsi yang berada di Timor Barat ke Timor Leste.
commit to user
JRS Indonesia mulai berkarya di Ambon pada bulan Maret tahun 2000 dengan melayani pengungsi konflik internal antara komunitas Muslim
dan Kristen. JRS Indonesia bekerja sama dengan LSM setempat, terutama LSM Muslim dengan memberikan pelayanan seperti pemberian
obat, pendidikan, dan sebagainya. Pada akhir Juni tahun 2001 JRS Indonesia memberikan pelayanan di Aceh Timur dengan memberikan
bantuan darurat bagi korban konflik, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan distribusi makanan dengan membentuk tim yang
berbasis di Medan yang turut menangani pengungsi Aceh di wilayah Sumatera Utara.
JRS Indonesia resmi tercatat sebagai yayasan di Indonesia pada tanggal 25 Juli 2001. Pelayanan JRS selanjutnya yaitu memberikan
bantuan bagi para pengungsi tsunami Aceh di Banda Aceh, Langsa, Lamno, Calang, Meulaboh, dan Tapaktuan mulai akhir Desember tahun
2004 hingga pertengahan Juni tahun 2011. Selanjutnya, pada tahun 2005 hingga tahun 2007 JRS Indonesia memberikan pelayanan korban
bencana gempa dan letusan Gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Pada awal tahun 2009 hingga sekarang, JRS Indonesia memberikan pelayanan bagi para pengungsi lintas batas dan pencari suaka yang
berasal dari Myanmar dan negara–negara di kawasan Timur Tengah seperti Afghanistan, Pakistan, Iran, Irak, Kuwait, dan Somalia yang
ditampung di rumah detensi imigrasi maupun di rumah–rumah penduduk
commit to user
di Medan, Bogor, Yogyakarta, dan Surabaya. JRS Indonesia juga turut memberikan bantuan bagi para pengungsi Gunung Merapi di Yogyakarta
maupun beberapa kabupaten di Jawa Tengah pada akhir tahun 2010, kemudian memberikan pelayanan bagi para pengungsi konflik di tempat
pengungsian di Ambon, Maluku pada awal tahun 2012.
3. Keadaan Fisik dan Operasional Yayasan