88
Observasi ke 5 dengan persentase mean 7,30 anak dalam kategori cukup baik. Anak mau mengucapkan kalimat sederhana, tanpa bantuan guru, dengan
cepat, benar dan tepat. Pada TK Mekar Insani ada 8 anak yang bila pembelajaran sedang berlangsung anak hanya bisa diam sepanjang pembelajaran, bila ditanya
guru anak hanya menggunakan bahasa tubuh saja. Bila anak tidak suka dia akan menangis, bila anak senang dia hanya akan tersenyum, dan bila anak tersebut
sedang kesal dia memukul temannya yang membuat dia kesal hingga anak tersebut menangis. Terkadang memang sedikit sulit bagi anak untuk mengucapkan
kalimat sederhana kepada orang lain. Anak memahami maksud guru namun anak sulit dalam menjawab pertanyaan guru. Hanya saja anak belum bisa merasa
nyaman dengan teman sekelasnya. Karena dulu anak pernah bertengkar dengan teman sekelasnya sampai anak trauma dengan hal tersebut. Saat ada orang tua
yang menjemput anak kembali ceria dan berbicara biasa saja dengan orang tuanya. Trauma yang memang sulit dihilangkan oleh anak memang membuat
factor yang sangat besar bagi anak. Meskipun anak tidak sekelas dengan temannya tersebut namun saat beristirahat anak hanya bisa didalam kelas karena
takut bertemu dengan temannya tersebut.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis stastistik deskriptif dapat diketahui kemampuan kosakata anak di kelompok A Gugus Sidoluhur pada penelitian anak62,3 dalam
kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa hasil instrumen dari penelitian anak dapat mengungkapkan keinginannya TK
Kelompok A yaitu 55,5, yaitu 25 anak sudah mempunyai kemampuan anak
89
dalam mengungkapkan keinginannya dalam kategori baik.Hasil dari penelitian anak dapat mengucapkan kalimat sederhana TK Kelompok A yaitu 63,6, yaitu
30 anak sudah mempunyai kemampuan anak dalam mengucapkan kalimat sederhana dalam kategori baik. Dan hasil dari penelitian anak dapat menceritakan
kembali sebuah cerita TK Kelompok A yaitu 70,3, yaitu 40 anak sudah mempunyai kemampuan anak dalam menceritakan kembali sebuah cerita dalam
kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan kosakata anak di
Taman Kanak-Kanak Kelompok A di Gugus Sidoluhur sudah dalam perkembangan yang masuk dalam kriteria baik.
Ada 5 anak yang bila akan ijin kekamar kecil untuk buang air kecil anak hanya diam dan maju kedepan lalu menarik tangan guru dan berkata pelan untuk
ijin. Ada 20 anak yang langsung keluar kelas dan berteriak untuk ijin kepada guru. Ada 15 anak yang hanya diam saja tidak berkomunikasi apa pun pada teman mau
pun guru, walau pun anak diberikan pertanyaan guru anak tersebut memilih diam. Menurut Dorothy Einon, 2002 pada usia 3-4 tahun menguasai sekitar
1250 kata dan belajar sekitar 50 kosakata baru setiap bulan, kalimat yang digunakan anak terdiri dari 3-4 kalimat yang mempunyai struktur lebih kompleks
akan tetapi pada usia ini anak mengalami kesulitan menjawab pertanyaan “mengapa”, “siapa” dan “apa” meski anak sering mengajukan pertanyaan kepada
orang lain menggunakan kata tersebut namun anak belum memahami makna dari pertanyaan tersebut sehingga anak cenderung menggunakan kata “bila” dan
“karena”. Kemampuan berbahasa anak akan terus tumbuh. Anak lebih baik
90
kemampuannya dalam memahami dan menginterprestasikan komunikasi lisan dan tulisan. Dalam masa perkembangan bahasa tampak pada perubahan
pembendaharaan kata dan tata bahasa. Umumnya anak-anak akan lebih cepat memahami kosakata. Kosakata dan tata bahasa akan berkembang lebih baik lagi,
apabila terdapat konteks yang berkaitan dengan dunia anak usia dini. Izzaty, 2008. Semakin banyaknya kosakata yang anak miliki membuat anak tidak sulit
dalam berinteraksi. Meskipun ada 5 anak yang sulit berinteraksi dengan lingkungan sekitar namun bukan berarti anak tidak berkembang dengan baik
dalam penguasaan kosakatanya. Karena setiap anak memiliki cara mereka masing-masing dalam berinteraksi dengan orang yang ada disekitarnya. Sebagai
guru harus bisa memahami karakter anak masing-masing. Menurut Jalongo 2002 dengan buku-buku yang bergambar dengan sedikit
tulisan justru efektif untuk mendorong anak untuk senang dengan membaca sehingga akan timbul perkembangan bahasa bagi anak. Anak menyukai sebuah
cerita yang memiliki gambar yang menarik. Pada penelitian yang dilakukan di gugus sidoluhur antusias anak dalam mendengarkan cerita sangat besar. Ketika
guru bertanya siapa yang ingin bercerita hari ini, maka akan ada 10 sampai 11 anak yang mengajukan diri untuk bercerita. Metode bercerita disampaikanmelalui
cerita yangmenarik dengan atau tanpa bantuan media pembelajaran. Cerita yang disampaikan harus mengandung pesan, nasihat, dan informasi yang dapat
ditangkap oleh anak sehingga dapat memahami cerita serta meneladani hal-hal baik yang disampaikan. Melalui metode bercerita anak dapat mengembangkan
91
kemampuan bahasannya, dapatmengulang cerita yang didengarnya dengan bahasa yang sederhana sehingga berpengaruh terhadap kemampuan kosakata dasar anak.
Kemampuan kosakata anak kelompok A dalam mengungkapkan keinginannya, mengucapkan kalimat sederhana, dan menceritakan kembali sebuah
cerita masih perlu ditingkatkan lagi oleh guru. Hasil observasi pada proses pembelajaran dijumpai banyak anak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
keinginannya, serta banyak anak yang belum berani bercerita didepan teman- temannya.Guru dapat dengan memberikan anak stimulasi berupa melatih anak
untuk aktif dalam berinteraksi dengan temannya, mendengarkan guru saat guru bercerita dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Dari hasil pengamatan
peneliti, kurangnya penguasaan kosakata dasar yang anak miliki dikarenakan metode pembelajaran yang monoton yang dilakukan oleh guru sehingga timbul
rasa bosan anak dalam pembelajaran dan hilangnya konsentrasi anak dalam pembelajaran.
Seperti di TK Mekar Insani di TK tersebut menerapkan pembelajaran bercerita, memberikan anak kebebasan untuk bercerita dengan apa yang telah
anak buat. Setiap pembelajaran berlangsung guru memberikan anak kesempatan pada setiap satu anak untuk bercerita gambar apa yang anak buat, siapa saja yang
anak gambar, mengapa dia menggambar itu dan anak akan berimajinasi dengan sesuai imajinasinya. Antusias anak dalam bercerita sangatlah besar saat guru
memperhatian mereka. Seperti menurut Moeslikhaton 1999:92 metode bercakap-cakap antara guru dan anak bisa menjadi strategi guru dalam
memancing anak untuk mengembangkan kosakata anak. Memberi kesempatan
92
pada anak untuk selalu bercerita dan berpendapat bisa membuat anak berani mengungkapkan kosakata yang sudah anak miliki dan mengembangkan bahasa
anak berbicara didepan teman-temannya. Guru dapat memperbaiki lafal anak yang salah pengucapan kosakatanya sehingga anak bisa memperbaikinya. Dalam
metode bercakap-cakap ini anak dapat menambah pembendaharaan kosakata anak karena guru memperkenalkan kosakata yang baru dan akan timbul rasa ingin tahu
anak yang besar sehingga anak akan bertanya pada guru. Pada TK PKK Minggiran pembelajaran bercerita dimulai dari anak. Anak
yang mau membacakan buku cerita. Menggunakan buku cerita bergambar tentang para nabi. Dalam pemilihan buku cerita lebih menonjol pada gambar dari pada
jumlah paragraf pada setiap alur ceritanya. Saat seorang anak bercerita anak yang lain dan guru membentuk lingkaran mendengarkan. Saat anak bercerita guru juga
berinteraksi dengan anak dengan bertanya ataupun memberikan penjelasan tentang kosakata yang anak tidak mengerti. Anak bercerita guru juga memberikan
interaksi pada anak dengan bertanya “siapa nama nabinya?” dari pertanyaan tersebut anak akan menjawab bila anak memperhatian temannya bercerita. Saat
selesai bercerita maka guru akan memancing anak untuk berpendapat tentang apa yang telah ada pada cerita tersebut. Guru juga memberikan pesan moral pada anak
agar dapat mencontoh perbuatan baik yang dikisahkan pada cerita tersebut dan menjauhi hal-hal yang tidak baik pada cerita tersebut.
TK Indrayasana Pugeran pembelajaran bercerita dimulai dari anak. Anak diberikan guru kesempatan memilih bersama ingin bermain atau mendengar cerita
saat akhir pembelajaran. Menggunakan buku cerita bergambar tentang dongeng.
93
Dalam pemilihan buku cerita lebih menonjol pada gambar dari pada jumlah paragraf pada setiap alur ceritanya. Ada 3 anak yang membacakan cerita kembali
saat guru sudah selesai bercerita dan guru membentuk lingkaran mendengarkan anak menceritakan kembali sebuah cerita. Saat anak bercerita guru juga
berinteraksi dengan anak dengan bertanya ataupun memberikan penjelasan tentang kosakata yang anak tidak mengerti. Anak bercerita guru juga memberikan
interaksi pada anak dengan bertanya “kenapa kancil suka mencuri timun pak tani ya bu, mencuri itukan gak boleh ya bu?” dari pertanyaan tersebut ada 3 anak akan
menjawab pertanyaan anak tersebut memperhatian temannya bercerita. Saat selesai bercerita maka guru akan memancing anak yang lainnya untuk
berpendapat tentang apa yang telah ada pada cerita tersebut. Guru juga memberikan pesan moral pada anak agar dapat mencontoh perbuatan baik yang
dikisahkan pada cerita tersebut dan menjauhi hal-hal yang tidak baik pada cerita tersebut.
D. Keterbatasan Penelitian