KEMAMPUAN KOSAKATA ANAK KELOMPOK TK AGUGUS SIDOLUHUR KECAMATAN MANTRIJERON.

(1)

i

KEMAMPUAN KOSAKATA ANAK KELOMPOK TK A GUGUS SIDOLUHUR KECAMATAN MANTRIJERON

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Firyal Gholiyah NIM 13111244006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

KEMAMPUAN KOSAKATA ANAK KELOMPOK TK AGUGUS SIDOLUHUR KECAMATAN MANTRIJERON

Oleh : Firyal Gholiyah NIM 13111244006

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemampuan kosakata anak kelompok A yang masih belum sesuai dengan standar tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak usia 3-4 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan anak mengungkapkan keinginannya, kemampuan anak mengucapkan kalimat sederhana dan kemampuan anak menceritakan kembali sebuah cerita.

Jenis penelitian ini adalah survey. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 55 anak kelompok A Gugus Sidoluhur tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 26 anak perempuan dan 29 anak laki-laki. Objek penelitian ini adalah kemampuan kosakata anak kelompok A. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada indikator kemampuan mengungkapkan keinginan berada pada kategori baik dengan rata-rata 55,5%, pada indikator kemampuan mengucapkan kalimat sederhana berada pada kategori baik dengan rata-rata 63,6%, pada indikator menceritakan kembali berada pada kategori baik dengan rata-rata 70,3%. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan kosakata anak di TK A Gugus Sidoluhur usia 3-4 tahun dalam kategori baik dengan rerata 62,3%.


(3)

iii

CHILDREN'S COMPETENCE ON VOCABULARY OF CLUSTER A GUGUS SIDOLUHUR IN KECAMATAN MANTRIJERON

By : Firyal Gholiyah NIM 13111244006

ABSTRACT

This research is based on the competence of vocabulary of group A children that still not in accordance with the standard level of achievement of language development of children aged 3-4 years. This study aims to describe the ability of children express their desires, the ability of children to say simple sentences and the ability of children to retell a story.

This type of research is survey. The population in this study amounted to 55 children A group Sidoluhur Gender for the academic year 2016/2017 which amounted to 26 girls and 29 boys. The object of this research is the vocabulary competence of the group A. The data collection technique in this research use observation. Analysis techniques using quantitative descriptive.

The result of the research shows that the indicator of ability to express the desire is in good category with an average of 55.5%, the indicator of the ability to pronounce simple sentence is in good category with average 63,6%, the indicator of retelling is in good category With an average of 70.3%. It can be concluded that the vocabulary competence of children in kindergarten A Sidoluhur Gugus aged 3-4 years in good category with the average of 62.3%.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

Kita adalah apa yang kita lakukan secara berulang-ulang, maka kualitas bukanlah sebuah tindakan melainkan sebuah pola kebiasaan - Aristoteles


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Atas rahmat Allah SWT, telah terselesaikan karya yang akan penulis persembahkan untuk:

1. Kedua Orang tua saya Ibu Chustinah Yumiani dan Bapak Rozali tercinta, yang telah memberikan doa dan semangat untuk terus berjuang menyelesaikan skripsi.

2. Adik saya Muhammad Iqbal Ghifari yang selalu memberi semangat.

3. Almamater UNY yang telah memberikan bekal ilmu bagi masa depan penulis.


(9)

(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ...………...……….. i

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ...………. ABSTRAK BAHASA INGGRIS ...………. ii

iii HALAMAN PERNYATAAN ...……...………...………... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ..……….………... v

HALAMAN PENGESAHAN .…………..……… vi

HALAMAN MOTTO ...……… vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .…………..……… viii

KATA PENGANTAR ..……….………... ix

DAFTAR ISI ...……….……….. xi

DAFTAR TABEL .……….……….. xiii

DAFTAR GAMBAR ..……….………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .………..……….. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……...………. 1

B. Identifikasi Masalah……...………. 9

C. Batasan Masalah………...……… 9

D. Rumusan Masalah………...……… 10

E. Tujuan Penelitian………...…………. 10

F. Manfaat Penelitian………...………... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Bahasa ………...……….... 11

1. Makna Perkembangan Bahasa AUD ………... 14

2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak ……... 17

B. Kemampuan Kosakata AUD 1. Pengertian Kemampuan Kosakata Anak TK ... 2. Karakteristik Kemampuan Kosakata Anak …………... 3. Strategi Perkembangan Kemampuan Kosakata AUD ... 19 20 22 a. Metode Bercerita ………... b. Metode Bercakap-cakap ……….... 23 24 c. Metode Tanya Jawab ………... 25

4. Model-model Pembelajaran Perkembangan Kosakata AUD …... 26 C. Anak TK Kelompok A

1. Pengertian Anak TK A Gugus Sidoluhur .………...………... a. Usia Anak TK Gugus Sidoluhur Kelompok A ………..

28 3 a. Wilayah Kemampuan Kosakata Anak Kelompok A di TK

Gugus Sidoluhur ...………...……… b. Kerangka Pikir ...………...……….... c. Pertanyaan Penelitian ...………...…

32 34 37


(12)

xii BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian ....………...………. 38 B. Tempat dan Waktu Penelitian ………..……….. 39 C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional …...…………...

1. Variabel Penelitian ...………...……... 2. Definisi Operasional ...………...……... D. Populasi dan Sampel Penelitian ...

39 39 40 41 E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...………. 42 F. Validitas dan Reliabilitas ...………... 42

G. Teknik Analisis Data ………... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ………... 1. Deskripsi Data Hasil Observasi TK Mekar Insani ... 2. Deskripsi Data Hasil Observasi TK Indrayasana Pugeran ... 3. Deskripsi Data Hasil Observasi TK PKK Minggiran ... 4. Deskripsi Hasil Kemampuan Kosakata Anak ... B. Analisis Hasil Penelitian ...

46 49 52 54 56 59 C. Pembahasan ....……….

D. Keterbatasan Penelitian ...

88 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...……….. 81

B. Implikasi ………

C. Saran ………...

82

DAFTAR PUSTAKA ...……….... 83 LAMPIRAN ...………... 86 95 96 96 98 101


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Karakteristik Anak Usia Dini ... 22

Tabel 2 Kisi-kisi Observasi ... 39

Tabel 3 Data Populasi ... 40

Tabel 4 Kriteria Dasar Kemampuan Kosakata Anak ... 44

Tabel 5 Jumlah Anak TK Kelompok A ... 48

Tabel 6 Frekuensi Observasi TK Mekar Insani ... 50

Tabel 7 Frekuensi Observasi TK Indrayasana Pugeran ... 51


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Deskripsi Hasil Penelitian TK Mekar Insani ... 50

Gambar 2. Deskripsi Hasil Penelitian TK Indrayasana Pugeran ... 52

Gambar 3. Deskripsi Hasil Penelitian TK PKK Minggiran ... 54

Gambar 4. Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Kosakata Anak ... 56

Gambar 5. Deskripsi Hasil Anak Mengungkapkan Keinginannya ... 59

Gambar 6. Deskripsi Hasil Anak Dapat Mengucapkan Kalimat Sederhana .. 72


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Hasil Observasi ... 102

Lampiran 2. Instrumen Hasil Penelitian... 105

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian ... 115

Lampiran 4. Rubrik Penilaian ... 120

Lampiran 5. Dokumentasi ... 121


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemampuan berbahasa anak merupakan modal utama bagi anak dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak tersebut. Setiap manusia memiliki potensikecerdasan maka perlunya tanggung jawab pendidik untuk memupuk dan mengembangkannya secara sistematis. Langkah pemerintah untuk mewujudkan UUD 1945 tersebut adalah dengan membuat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 14 bahwa Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD) adalah upaya pembinaan untuk anak usia 0 – 6 tahun yang dilakukan dengan stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan jasmani dan rohani agar anak siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya.

Nasional Assosiation Education for Young Children (NAEYC) dikutip oleh Hartati (2005: 7) terdapat pertanyaan bahwa anak usia dini adalah sekelompok individu yang memiliki rentang usia 0-8 tahun dan berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang dapat tumbuh secara optimal. Stren dan Siswoyo (2008:95) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi oleh faktor internal yaitu potensi yang dibawa sejak lahir dan faktor eksternal yaitu rangsangan yang berasa dari luar, maka pelayanan anak usia dini dalam mencangkupi kebutuhan disesuaikan dengan karakteristik anak. Salah satu tempat pemberian stimulasi tersebut yaitu Taman Kanak-Kanak.

Aspek perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek terpenting pada tahap perkembangan anak. Kemampuan berbahasa bertujuan untuk memudahkan


(17)

2

anak untuk mengungkapkan pikirannya melalui bahasa sederhana yang anak ketahui. Kemampuan bahasa anak membantu anak dalam penambahan kosakata anak dalam setiap harinya. Membantu anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitar anak. Menurut American Speech Language Hearing Association (2005) perkembangan bahasa pada tahun pertama dapat menghambat 3 hal yaitu :

a. Fokus belajar anak yang tidak dapat bertahan lama saat pembelajaran mempengaruhi anak untuk hilang konsentrasi.

b. Banyaknya jumlah bahasa yang anak dengar dalam kesehariannya saat dirumah dengan disekolah anak akan mengalami kesulitan dalam memahami kosakata, bunyi bahasa maupun aturan gramatikal.

c. Rangsangan lingkungan sekitar anak jika anak banyak diajak berkomunikasi tentang segala sesuatu hal maka anak akan mudah memahami apa yang terjadi disekitarnya.

Pada umur 2-4 tahun pertama menunjukkan peningkatan yang cepat dalam jumlah dan kompleksitas perkembangan berbicara, kekayaan perbendaharaan kata dan control neuromotorik. Selama periode inilah gangguan dalam kelancaran berbicara dapat lebih kelihatan, seperti gagap atau cara bicara seperti bayi (Soetjinigsih, 1995).

Keraf (Suhartono, 2005: 194) menyatakan bahwa kosakata yang sesuai dengan anak usia dini meliputi kata benda, kata sifat, kata kerja, dan kata tugas. Musfiroh (2008: 48) berpendapat bahwa memasuki usia prasekolah, anak sudah mampu menguasai kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata fungsi. Dalam


(18)

3

kegiatan mengenal dan mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitar anak sehingga anak belajar melalui pengalaman langsung.Anak usia dini akan lebih mudah menguasai kosakata melalui panca indera anak yang anak lihat dan anak dengar pada setiap harinya dilingkungan sekitar anak.Lingkungan sosial di mana anak dilahirkan,apa dan bagaimana anak belajar, banyak sekali dipengaruhi oleh lingkungan sekitar anak (Yusuf, 2007: 118). Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental anak (Suherman, 2000).Semakin bertambahnya usia memang membuat pemerolehan kosakata seorang anak akan semakin bertambah sesuai dengan pengalaman berbahasa anak tersebut (Hurlock, 2006).

Salah satu bentuk satuan PAUD yang terdapat pada jalur pendidikan formal adalah Taman Kanak-Kanak (TK).Kemampuan bahasa menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini usia 3-4 tahun :

1. Menerima bahasa(tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak meliputi: pura-pura membaca buku cerita bergambar dengan kata-katanya sendiri, mulai memahami dua perintah yang diberikan bersamaan misalnya: ambil mainan di atas meja lalu berikan kepada ibu guru).

2. Mengungkapkan bahasa (anak mulai mengungkapkan keinginannya dengan

mengucapkan kalimat sederhana“saya ingin main bola”, mulai menceritakan


(19)

4

Kemampuan bahasa yang terdapat dalamPeraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini usia 3-4 tahun pada TK Kelompok A yaitu anak dapat mengulang kalimat sederhana, menjawab pertanyaan sederhana dan menceritakan kembali sebuah cerita.Pada usia tersebut anak sudah dapat menyebutkan kata-kata yang dikenal, mengutarakan pendapat kepada orang lain, menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau tidak diinginkan dan menceritakan kembali cerita atau dongeng yang pernah didengar. Menurut Sternberg (2008:290) mengemukakan bahwa bahasa adalah cara penggunaan yang terorganisasikan dari pengombinasian kata-kata sebagai cara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bromley (Dhieni, 2008:1-19) menyebutkan bentuk-bentuk bahasa yaitu bahasa reseptif yaitu mendengarkan dan membaca informasi, sedangkan bahasa ekspresif meliputi berbicara dan menuliskan informasi untuk dikomunikasikan kepada orang lain.

Einon (2002) mengungkapkan bahwa anak usia 3-4 tahun menguasai sekitar 1250 kata dan belajar sekitar 50 kosa kata baru setiap bulan. Kalimat yang digunakan terdiri dari 3-4 kalimat dengan struktur kata yang lebih kompleks.

Tetapi pada usia ini anak mengalami kesulitan menjawab pertanyaan “mengapa”, “dimana”, dan “apa” walaupun anak sering mengajukan pertanyaan jenis itu. Pada usia ini juga anak cenderung menggunakan kata “bila” dan “karena”. Djamarah (2000: 45) menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran dalam bentuk bercerita, peran guru bagi anak adalah sebagai motivator yang memberika motivasi bagi anak agar dapat mendorong peserta didik bergairah dan aktif dalam


(20)

5

belajar. Mendorong yang artinya mengajak anak untuk bertanya, bercerita kembali, berbicara, dan dapat menjawab pertanyaan guru dengan baik. Kemampuan kosakata anak merupakan kemampuan yang dapat dikembangkan oleh anak melalui lingkungan sekitar anak. Belajar kosakata anak juga membutuhkan alat dan bahan belajar yang mudah anak pahami dan anak bisa lihat secara langsung.

Dari teori disimpulkan bahwa anak dapat memahami bahasa melalui pendengaran, gerakan, suara atau bahasa dari keluarga maupun lingkungan yang ada disekitar anak. Kecerdasan linguistik-verbal mengacu pada kemampuan anak untuk menyusun pikiran dengan jelas sehingga anak mampu untuk menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata dalam mengungkapkan pikiran anak dalam berbicara, membaca, maupun menulis. Perkembangan kemampuan anak dalam kosakata dapat diperkuat dengan adanya pengalaman anak langsung saat berinteraksi dengan orang disekitarnya. Anak merespon apa yang orang ucapkan dengan kosakata yang anak sudah bisa ucapkan. Orang tua juga bisa memberi stimulasi kosakata anak dengan buku bergambar serta buku dongeng yang menarik bagi anak. Bertanya merupakan cara anak mulai merespon cerita apa yang orang tua ceritakan untuknya. Pada kelas A gugus sidoluhur ada 10 anak yang kurang percaya diri ketika berbicara didepan teman-temannya. Ada 3 anak saat disuruh guru untuk bercerita didepan teman-temannya diam dan menangis. Ada 5 anak yang bila guru tunjuk untuk maju kedepan anak tersebut diam dan tidak berkata apa-apa. Ada 2 anak juga yang bila guru berikan kesempatan untuk bertanya anak menggelengkan kepala dan hanya tersenyum saja. Respon yang


(21)

6

anak berikan berbeda-beda sehingga membuat guru bisa memahami setiap individu. Rasa kurang percaya dirinya anak membuat anak memilih diam dan menjawab sesuatu yang memang anak ingin jelaskan kepada orang lain.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukanpada kelas A Gugus Sidoluhurada 22 anak yang pembendaharaankosakata anak belum terdengar dengan jelas karena anak cenderung lebih banyak diam dan sulit untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya. Hal ini terlihat saat istirahat ada 5anak di TK Mekar Insani yang bermain sendiri dan bila ada temannya yang mendekat maka anak akan menjauh dan mencari tempat sendiri. Saat pembelajaran didalam kelas juga ada 3 anak cenderung belum dapat menjawab pertanyaan guru dan lebih memilih untuk diam pula. Ada 2 anak juga yang memang pindahan satu anak di Tk Mekar Insani pindahan dari Belanda jadi memang Bahasa Indonesianya belum begitu lancar. Ada pula 1 anak yang pindahan dari Vietnam jadi belum begitu banyak berbicara Bahasa Indonesia. Saat pembelajaran berlangsung di Tk Pkk Minggiran ada 5 anak yang jika ditanya oleh guru anak diam dan memalingkan pandangannya. Ada 1 anak yang trauma dengan teman sekelasnya karena pernah dipukul temannya. Membuat anak jadi pendiam dan tidak mau berinteraksi dengan temannya maupun gurunya. Ketika anak ditanya guru anak diam dan hanya tersenyum dengan gurunya. Ada 5 anak di Tk Indrayasana Pugeran yang memang pengucapan kosakatanya masih cadel. Dalam melafalkan kosakata anak masih kurang terdengar jelas oleh guru. Sehingga bila anak bermain dengan temannya anak sering dipermainkan temannya.


(22)

7

Kemudian 12 anak yang didalam kelas aktif sekali saat guru membacakan buku cerita anak banyak bertanya dengan guru. Ada 5 anak suka bermain dengan teman sebayanya dan mau berbagi mainan dengan anak yang lain. Ada 4 anak yang kosakatanya belum cocok untuk anak usia dini yang seharusnya yang dimana anak sudah mengucapkan kata-kata yang tidak baik artinya bagi anak usia dini maupun bagi orang dewasa. Terlihat saat anak bermain dia tidak mau mainannya dipinjam oleh temannya dan dia marah serta mengeluarkan kata-kata yang belum pantas bagi anak usia dini ucapkan. Ternyata setelah peneliti tanyakan pada guru anak tersebut memang sering bermain dengan anak SD maupun anak SMP karena lingkungannya itulah yang membuat anak mendapatkan kosakata yang belum pantas untuk diucapkan bagi anak usia dini. Orang tuanya memang bekerja hingga sore dan kakaknya sekolah hingga sore juga jadi terkadang anak pulang sekolah tidak langsung pulang kerumah tapi dia main bersama teman-temannya yang ada dilingkungan sekitar rumah anak. Ada 3 anak juga yang mudah mengalah dengan temannya. Saat temannya mau mainan yang anak tersebut mainkan anak tersebut memberikannya tanpa dengan amarah.

Hilangnya konsentrasi 9 anak saat pembelajaran didalam kelas membuat kelas menjadi ramai. Saat ada 3 anak di TK Mekar Insani yang berlarian saat pembelajaran masih berlangsung membuat 3 anak lainnya ikut keluar kelas. Guru memanggil ke 3 anak tersebut agar bisa masuk untuk mengikuti pembelajaran. Saat guru memanggil mereka masuk, anak-anak terlihat tidak perduli sehingga membuat guru harus mendatangi satu persatu anak dengan membuat kesepakatan. Bila masih bermain diluar kelas maka tidak diberikan snack saat berinstirahat.


(23)

8

Ternyata kesepakatan itu membuat anak kembali masuk kedalam kelas dan mengikuti pembelajaran lagi didalam kelas. Pada TK PKK Minggiran terdapat 7 anak yang mudah sekali hilang konsentrasinya saat pembelajaran. Saat ada 4 anak yang mendengar suara mobil ambulan lewat anak keluar dan melihat mobil ambulan yang lewat depan sekolah. Membuat 3 anak lainnya ikut keluar kemudian melihat mobil tersebut. Mereka keluar kelas dengan berlari mengejar mobil ambulan tersebut sehingga saat mobilnya sudah jauh anak kembali kedalam kelas. Didalam kelas anak ramai sekali bercerita mobil ambulan yang lewat depan sekolah. Guru awalnya mendiamkan anak sampai anak tidak ramai lagi, namun hal itu tidak membuat anak diam. Guru pun membuat kesepakatan untuk tidak ramai dengan mendapatkan bintang bagi yang tidak ribut dan mau mengerjakan tugas. Membuat anak diam dan mengerjakan tugas masing-masing.

Anak usia dini belum bisa memahami mana yang salah dan mana yang benar. Bagi anak semua bahasa yang diucapkan orang yang ada disekitar anak itu semua benar dan tidak ada yang salah bagi anak. Dalam pengejaan fonemik ini dibuktikan bahwa anak-anak belum bisa untuk memahami pengejaan atau pengucapan kosakata yang diucapkan oleh orang lain. Ketika guru membacakan cerita didalam kelas pada anak, ada 3 anak yang banyak bertanya pada guru. Guru memberikan kesempatan pada anak agar bisa belajar mengenai bahasa, komunikasi makna bahasa, dan kosakata anak. Anak pertama bertanya tentang gambar nabi Muhammad yang diberi cahaya putih pada gambar cerita. Anak bertanya mengapa tidak ada mukanya. Rasa penasaran anak membuat anak yang lain juga ikut bertanya pada guru. Pembacaan buku cerita juga mampu


(24)

9

meningkatkan pengetahuan bahasa tulis dan konsep-konsep yang lebih khusus dalam meningkatkan pengetahuan nama-huruf dan kesadaran fonemik anak.

Adanya kenyataan inilah peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang Kemampuan Kosakata Anak Kelompok A Gugus Sidoluhur Kecamatan Mantrijerondi TK PKK Minggiran, TK Mekar Insani dan TK Indrayasana Pugeran, Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang penelitiandisebutkan maka identifikasi masalahnya adalah :

1. Ada 10 anak yang masih malu dan kurang percaya diri bila disuruh bercerita di depan teman-temannya.

2. Keterampilan 22 anak dalam mengucapkan kosakata belum sesuai dengan pencapaian perkembangan anak usia 3-4 tahun.

3. Hilangnya konsentrasi anak saat pembelajaran berlangsung. C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang ada, peneliti ini dibatasi pada keterampilan anak dalam mengucapkan kosakata belum sesuai dengan pencapaian perkembangan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan kosakata anak kelompok TK A Segugus Sidoluhur?


(25)

10 E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kemampuan kosakata anak kelompok A.

2. Untuk mengetahui kemampuan anak mengucapkan kalimat sederhana pada TK kelompok A gugus Sidoluhur.

3. Untuk mengetahui kemampuan anak mengungkapkan keinginannya pada TK kelompok A gugus Sidoluhur.

4. Untuk mengetahui kemampuan anak menceritakan kembali sebuah cerita pada TK kelompok A gugus Sidoluhur.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif guru agar dapat mengetahui penguasaan kemampuan kosakata anak di TK A Segugus Sidoluhur.

2. Bagi anak

Dapat membuat proses belajar mengajar lebih menyenangkan bagi anak dalam perkembangan kosakata anak dengan mudah dan tidak membuat anak bosan. 3. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dalam pengembangan kosakata dengan cara yang menyenangkan pada anak 3-4 tahun.


(26)

11 BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Bahasa AUD

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka (Kurniah, 2012: 8). Pengembangan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari pemahaman, pengembangan perbendaharaan kata, penyusunan kata-kata menjadi kalimat dan ucapan (Dahlan dalam Daroah, 2013: 3). Bahasa merupakan suatu sistem tata bahasa yang bersifat semantik (tata kata dan kalimat), sedangkan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata, bahasa bersifat reseptif (dimengerti dan diterima) dan ekspresif (dinyatakan). Menurut Wothman (dalam Daroah, 2013: 3) bahwa kesiapan anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa berarti berkembangnya pemahaman mereka mengenai aturan dan fungsi bahasa dengan orang dewasa akan menyediakan hubungan dengan konsep, dalam hal ini anak akan mendapatkan pengalaman belajar tentang bahasa dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya dengan meniru gaya bahasa orang dewasa di sekitarnya juga.

Trager (dalam Setiawan, 2007) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Yusuf (2007: 118) bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Yuwono (2009: 66), mengungkapkan “Bahasa


(27)

12

ekspresif diartikan sebagai kemampuan anak dalam menggunakan bahasa baik secara verbal, tulisan, symbol,isyarat atau gesture”.

Menurut Papalia, (2001) menjelaskan perkembangan bahasa terdiri dari tahapan sebagai berikut :

1. Prelinguistic speech (0-12 bulan)

Pada tahap ini anak hanya mulai mengeluarkan suara saja bukan kata-kata. Cara pertama berkomunikasi dengan orang lain adalah dengan cara menangis

kemudian berkembang kearah mengeluarkan suara seperti “uhh”, “aaa” yang

disebut sebagai “babbling” atau “cooing”. 2. Linguistic speech (1-6 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mulai menggunakan bahasa. Perkembangan pada tahap ini terbagi atas tiga, yaitu :

a. Anak mengucapkan satu kata (1-2 tahun), keinginan dan perasaan anak

diungkapkandalam satu kata yang dikenal dengan holophrase yang biasanya memiliki arti lebih dari satu. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian.

b. Anak membentuk kata menjadi frase (2-3 tahun), dimana anak mulai menggabungkan 2-3 kata untuk menyusun kalimat. Kata-kata dalam kalimat banyak yang hilang dan yang terdengar hanya kata-kata awal dan akhirnya saja ataupun hanya kata kunci dan kalimat ini menyerupai kalimat yang ada dalam telegram sehingga disebut juga dengan “telegraphic speech”.

c. Anak menggunakan kalimat lengkap (diatas 3 tahun). Menurut Papalia,anak diatas tiga tahun sudah dapat membentuk kalimat yang terdiri darienam sampai delapan kata, serta dapat menggunakan beberapa jenis

katapenghubung seperti “di bawah, di depan, di belakang”. 3. Symbolic language

Setiap anak tentu akan memiliki tahapan perkembangan bahasa yangberbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan perkembangannya.Tahapan perkembangan berbahasa anak menurut (Hidayat, 2004):

1) Usia 1 tahun:

Anak berada pada tahap linguistic speech yang sangat sederhana dan satu kata bisa mewakili banyak pemikiran lengkap. Anak sudah bisa mengucapkan satu


(28)

13

atau dua kata, tetapi hanya sepotong, dan kata itu dapat memiliki arti yang panjang.

2) Usia 2 tahun :

Hampir sama dengan kemampuan diusia satu tahun, tetapi diusia ini anaksudah mampu menggabungkan dua kata atau lebih menjadi satu kalimat yang bermakna dan berarti. Contohnya, "Minum susu," atau "Pergi sana," hingga"Tidak susu. Putih saja" ,dimana kalimat ini bisa saja berarti anak tidak ingin minum susu tetapi air putih saja.

3) Usia 3 Tahun :

Anak sering melakukan hal yang sangat menarik perhatian orang tua maupun

guru karena anak tengah memasuki tahap “membangkang”, yaitu melakukan

yang dilarang dan tidak melakukan yang diizinkan. Tidak heran jika dalam perkembangan bahasanya, anak senang mengatakan sesuatu yang membuat orangtua cemas dan mengeluarkan kata-kata yang kasar yang tidak baik bila diucapkan oleh anak.

Menurut Yusuf (2004) dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Keempat tugas pokok perkembangan bahasa adalah :

1. Pemahaman yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.

2. Pengembangan perbendaharaan kata. Perbendaharaan kata anak-anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian terus meningkat dan mengalami tingkat yang cepat pada usia pra sekolah. 3. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat. Kemampuan menyusun kata-kata

menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia 2 tahun. Bentuk kalimat pertama kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gesture (bahasa tubuh) untuk melengkapi cara berfikirnya.

4. Ucapan

Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tua). Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar 3 tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu.

Dari teori yang ada dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa adalah fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan


(29)

14

lingkungannya. Sebagai alat sosialisasi, bahasa merupakan suatu cara merespons orang lain. Anak menerima dan mengekspresikan bahasa dengan berbagai cara. Stimulasi yang dapat dilakuan dengan adanya suatu kegiatan yang meliputi kemampuan mengungkapkan sesuatu, mendengar, dan memahami bahasa dan juga dapat dengan membaca gambar dimana membaca merupakan kegiatan yang bisa,mengungkapkan bahasa pada anak usia dini dan dilakukan oleh anak usia dini.

Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam simbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir. Melalui bahasa, anak dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, dan dapat meningkatkan intelektual, dalam rangka pengembangan pengetahuan dan keterampilan bahasanya. Bahasa lisan sudah dapat di gunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Sampai usia anak tiga tahun, anak sudah dapat menyusun bahasa sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh guru maupun orang tuanya. Bimbingan dari orang tua maupun guru agar anak dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak setiap harinya. Masa perkembangan bahasa anak harus bisa diawasi oleh orang dewasa karena anak belum bisa memahami tentang baik buruknya suatu bahasa yang anak ucapkan.

1. Makna Perkembangan Bahasa AUD

Makna perkembangan bahasa merupakan perkembangan awal bagi anak dalam memperoleh kosakata yang bertambah setiap harinya kemudian dikirim lewat rangsangan yang disalurkan melalui lidah sehingga tercipta suatu kalimat


(30)

15

yang tersusun menjadi satu kesatuan bahasa yang kompleks bagi anak. Hubungan yang komplekas antara sifat dasar dan pengasuhan bahasa merupakan bukti nyata dari suatu penelitian khusus tentang peran otak dalam perkembangan bahasa (Bergen&Coscia, 2001). Pada pariode sensorik-motorik ini, “penglihatan, suara, penciuman, perabaan, bahasa, dan kontak mata sehingga membantu menjalankan jalinan otak (Santrock, 2001).Setiap anak akan belajar dan menyerap setiap pembelajarannya melalui lingkungan sekitar anak.

Menurut Cox (1999) bahwa anak-anak terus menerus akan membangun makna baru pada dasar pengetahuan sebelumnya yang akan mereka miliki untuk proses komunikasi. Menurut Vygotsky(dalam Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Rendah, 2012), ada 3 (tiga) tahap perkembangan bahasa anak yang menentukan tingkat perkembanganberfikir, yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internalyaitu sebagai berikut:

a. Pertama tahap Eksternal yaitu tahap berfikir dengan sumber berfikir anak berasal dari luar dirinya. Sumber eksternal tersebut terutama berasal dari orang dewasa yang memberi pengarahan kepada anak dengan cara tertentu.

b. Kedua tahap Egosentris yaitu suatu tahap ketika pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan. Dengan suara khas, anak berbicara seperti

jalan pikirannya, misalnya ”saya melompat”, ”ini kaki”, ”ini tangan, dan ”ini mata”.

c. Ketiga tahap Internal yaitu suatu tahap ketika anak dapat menghayati proses berfikir, misalnya, seorang anak sedang menggambar suasana malam. Pada tahap ini, anak memproses pikirannya dengan pikirannya sendiri. Maka dari itu kemampuan berbahasa merupakan hasil kombinasi seluruh sistem perkembangan anak, karena kemampuan bahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem yang lain. Kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis, emosional dan sosial.

Menurut Jalongo (2002) dengan buku-buku yang bergambar dengan sedikit tulisan justru efektif untuk mendorong anak untuk senang dengan


(31)

16

membaca sehingga akan timbul perkembangan bahasa bagi anak. Menurut penelitian Kraayenoord & Paris (1996) dalam kegiatan mengkonstruksikan cerita dari buku bergambar dapat membuat anak bangkit dalam keinginan membaca dan berbahasa anak. Semantik berkaitan dengan pengaturan makna, pragmatik berkaitan dengan bentuk dan penggunaan bahasanya (Kess, 1993). Anak lebih menarik pada pembacaan buku yang bergambar. Buku bergambar akan meningkatkan minat anak dalam dalam berbahasa. Makna dari perkembangan bahasa akan dimulai melalui guru yang akan memberikan pengarahan pada anak dalam pembelajaran buku bergambar. Saat pembelajaran memberi kesempatan anak untuk berpendapatdengan apa yang anak pikirkan. Dengan berpendapat akan membuat anak mulai memahami makna dari suatu bahasa.

Perkembangan bahasa anak usia dini sangatlah penting bagi anak untuk berkomunikasi dengan orang sekitarnya. Perkembangan bahasa anak sangat penting bagi anak untuk mengembangkan perkembangan aspek yang lainnya bagi anak. Seperti pengendalian motorik dan berbicara sejalan dengan perkembangan bicara anak maka akan diperlukannya mental anak dalam berbicara dengan orang lain. Bila anak sudah memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan orang lain maka anak akan mudah dalam berbicara dengan orang sekitarnya tanpa ragu dan tanpa malu-malu. Keseluruhan pola pengucapan anak akan berubah dengan cepat jika anak ditempatkan dalam lingkungan yang baru, dimana orang-orang dilingkungan tersebut mengucapkan kata-kata yang baru didengar oleh anak. Dengan kata yang baru anak akan mudah dalam menambah pengetahuan bahasa


(32)

17

anak. Seiring dengan bertambahnya kosakata anak maka anak akan memahami makna dari bahasa tersebut.

2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak

Seorang anak mengalami proses perkembangan yang sangat pesat dan cepat. Anak bagaikan kertas putih yang belum mengerti cara mengontrol dan mengendalikan perkembangan yang mereka miliki. Perlu suatu bimbingan untuk membuat anak tidak salah dalam mengembangkan semua aspek perkembangan yang ada dalam diri anak. Perkembangan bahasa yang anak miliki, bila anak tidak bisa memahami makna atau arti dari sebuah bahasa maka akan membuat anak salah dalam mengucapkan kosakata.

Menurut Yusuf (2007) faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial di mana anak dilahirkan dan dibesarkan. Menurut Yusuf (2007) perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi keluarga, jenis kelamin, dan hubungan keluarga. Teori constructive dari Vygotsky dan Piaget mengatakan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan oranglain. Dengan berinteraksi dengan orang lain, maka pengetahuan, nilai dan sikap anakakan berkembang. Anak memiliki perkembangan kognitif yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial, anak akan mengalami peningkatankemampuan berpikir. Menurut Tarmansyah (1996) mengatakan bahwa “adanya gangguan pada kesehatan anak, sehingga akan mempengaruhi dalam perkembangan bahasa dan bicara”. Hal ini terjadi sehubungan dengan berkurangnya kesempatan anak untuk memperoleh


(33)

18

pengalaman dari lingkungan. Selain itu, anak yang kesehatannya kurang baik tersebut menjadi berkurang minatnya untuk ikut aktif melakukan kegiatan, sehingga menyebabkan kurangnya input yang diperlukan untuk membentuk konsep bahasa dan perbendaharaan.

Dari teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang ada disekitar anak merupakan faktor paling utama dalam mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Dengan adanya sosialisasi yang terjalanin antara anak dengan para teman-temannya maka akan terjadilah interaksi antar anak. Dari interaksi tersebut maka akan timbul perbincangan sesuai dengan perkembangan bahasa anak. Selain lingkungan anak ada pula faktor kesehatan yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Bila anak ada kekurangan fisik maka akan membuat anak sulit untuk berkomunikasi dengan teman-temannya. Kemudian juga ada intelegensi atau kecerdasan dalam hal ini tidak semua anak memiliki pola kecerdasan yang sama dengan individu yang lain.

Ada anak yang cepat memahami sebuah bahasa yang diucapkan temannya dan ada pula yang lambat dalam menerima bahasa yang diucapkan temannya. Lalu jenis kelamin biasanya dari jenis kelamin ini akan ada perbedaan sebuah minat dalam bermain bersama. Contohnya bila anak perempuan mereka lebih cenderung bermain masak-masakan, atau boneka. Namun bila laki-laki akan cenderung bermain tembak-tembakan, ataupun bola. Dari hal ini pula yang membuat anak perempuan dan laki-laki jarang sekali terlihat mereka yang bermain bersama karena perbedaan minat anak dalam bermain.


(34)

19 B. Kemampuan Kosakata AUD

1. Pengertian Kemampuan Kosakata Anak TK

Menurut Jamaris dalam Susanto (2011), menjelaskan bahwa kemampuan kosakata anak pada umumnya sudah menguasai koskata yang lebih dari 2500 kosakata. Demikian juga pernyataan Tjandrasa (1988: 165) bahwa seorang anak sanggup mengertirata-rata 50 kata sebelum anak sanggup berbicara dengan sepuluh kata artinya bahwa pembendaharaan kata yang dapat dimengerti anak lima kali lebih besar dari pembendaharaan kata yang dapat diucapkan. Menurut Keraf ( 1991) bahwa untuk kosakata atau perbendaharaan kata adalah daftar kata-kata yang segera akan diketahui artinya bila mendengar kembali, walaupun jarang atau tidak pernah digunakan lagi dalam percakapan atau tulisan sendiri. Namun banyak kosakata yang anak anggap sama pengucapannya namun tidak sama artinya. Maka dari itu dalam pengucapan kosakata anak berbeda-beda pengucapannya namun bagi anak itu semua kosakata itu masih sama saja artinya. Anak belum dapat membedakan kosakata yang baik untuk diucapkan dan kosakata mana yang tidak baik untuk diucapkan.Dalam hal ini kematangan anak dalam berbicara dan kematangan anak untuk mendengar pembicaraan orang lain berbeda.Stork dan Widdowson (1974) menjelaskan bahwa kematangan mendengarkan anak disebut dengan kematangan menerima (receptive language skills), dan kematangan mengeluarkan bunyi bahasa (expressive language skills) yang kemudian terjadilah kematangan untuk anak berbicara.

Kosakata merupakan bekal utama anak dalam berbahasa sehingga semakin banyaknya kosakata yang anak kuasai maka anak akan mudah dalam berbahasa


(35)

20

dangan orang lain. Menurut Soedjito dan Saryono (2011) kosakata adalah pembendaharaan kata atau kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Sri Hastuti, (1993) mengungkapkan bahwa kosakata atau vokabuler disebut juga pembendaharaan kata adalah kata-kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Nurgiyantoro (2011), menyatakan bahwa kosakata atau pembendaharaan kata adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa yang berfungsi untuk membentuk kalimat yang mengutarakan isi pikiran baik secara lisan maupun tertulis. Tarigan (1983) dalam kaitannya dengan kemampuan kosakata bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Belajar menurut teori Multiple Intellegence dalam Musfiroh (2005) menyatakan bahwa seorang anak belajar bahasa mungkinmempergunakan elemen bunyi, huruf, cerita, berbicara, mendengarkan, menulis, atau mungkin bermain kata-kata. Artinya untuk menunjukkankemampuan bahasa, anak menempuh cara yang paling sesuai untuk dirinyayang mungkin sekali berbeda dengan anak yang lain.

Dari teori yang ada dapat disimpulkan bahwa kemampuan kosakata anak yaitu dengan mengetahui bagaimana kemampuan penguasaan kosakata anak sudah bertambah atau belum sesuai dengan perkembangan anak. Karena anak usia dini pada dasarnya mengalami perkembangan secara terus menerus termasuk pengusaan kosakata anak yang setiap harinya akan bertambah secara terus menerus. Banyaknya penguasaan anak dalam kosakata, maka akan memudahkan anak dalam berkomunikasi dengan orang lain. Penguasaan kosakata anak


(36)

21

sangatlah penting bagi anak usia dini agar memudahkan anak dalm berkomunikasi dengan orang lain.

2. Karakteristik Kemampuan Kosakata Anak

Anak usia dini memiliki karakteristik yag berbeda dengan orang dewasa, karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan banyak cara dan berbeda. Karakteristik anak usia dini dikemukakan oleh Hartati (2005) sebagai berikut: 1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar 2) Suka berfantasi dan berimajinasi 3) Merupakan pribadi yang unik, 4) Merupakan bagian dari mahluk sosial 5) Masa potensialuntuk belajar, 6) Memiliki daya konsentrasi yang pendek 7) Memiliki sikap egosentris,

Menurut Dardjowidjojo (dalam Masfiroh, 2008: 48) pada usia 4 tahun anak menguasai sekitar 1792 kata dan menjadi 2932 pada usia 5 tahun. Kata-kata tersebut meliputi nomina (kata benda), verbal (kata kerja), adjektiva (kata sifat), dan kata fungsi. Menurut Keraf (Suhartono, 2005: 194) menyatakan bahwa kosakata yang sesuai dengan karakteristik anak bagi menjadi empat jenis :

a. Kata benda yaitu nama dari suatu benda dan segala sesuatu yang dibendakan b. Kata sifat yaitu kata yang menyatakan sifat atau keadaan suatu benda

c. Kata kerja yaitu semua kata yang menggambarkan perilaku dan perbuatan d. Kata tugas yaitu semua kata yang berguna untuk memperluas kalimat.

Menurut Hajar (dalam Susanti, 2012) menyatakan bahwa kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, benda, dan konsep atau pengertian. Dalam kaitannya dengan kosakata Eka (2011) menyatakan bahwa kata benda adalah segala sesuatu yang dapat dilihat, dapat dibicarakan dan menunjukkan orang, benda, tempat, tumbuhan, hewan, gagasan dan sebagainya seperti nama


(37)

22

binatang (singa, kuda, gajah), nama orang, nama benda (kursi, meja, piring). Mochthar (1987) mengungkapkan tentang karakteristik anak usia dini, adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia 4-5 tahun Anak usia 5-6 tahun Gerakan lebih terkoordinasi Mengetahui perbedaan kelamin dan

status

Senang bernain dengan kata Perkembangan bahasa sudah cukup baik

Dapat duduk diam dan menyelesaikan

tugas Gerakan lebih terkontrol

Dapat mengurus diri sendiri Dapat bermain dan berkawan Sudah membedakan satu sampai banyak Peka terhadap situasi sosial

Dari uraian teori yang ada dapat disimpulkan bahwa karakteristik kosakata anak dapat dipelajari dengan mudah karena kosakata anak sangatlah sederhana. Mereka dapat melakukan gerakan yang terkoordinasi. Usia ini juga merupakan masa sensitif bagi anak untuk belajar bahasa. Dengan koordinasi gerakan yang baik akan mampu membuat anak menggerakan mata-tangan untuk mewujudkan imajinasinya kedalam bentuk gambar, sehingga penggunaan gambar karya anak dapat membantu meningkatkan kemampuan bicara anak. Dalam penelitian ini, peneliti melihat seberapa banyak anak menguasai kosakata dasar yang anak ketahui. Seperti kata benda banyak meliputi nama tanaman, anggota tubuh, binatang, benda yang ada disekitar anak seperti kursi, meja sesuai dengan apa yang ada disekitar anak. Sehingga peneliti dapat melihat seberapa banyak pembendaharaan kosakata anak. Kosakata mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam proses komunikasi dan dalam proses pembelajaran di sekolah. Kemampuan kosakata pada anak akan mempermudah


(38)

23

anak melakukan proses interaksi serta mempermudah anak untuk melakukan kegiatan pembelajaran dikelas.

3. Strategi Pengembangan Kemampuan Kosakata AUD

Guru harus memberikan perencanaan kegiatan menunjukkan dan menceritakan pembelajaran secara seksama sehingga perhatian anak tidak terbagi (Stewig, 1982). Maka dari itu guru dapat melakukan strategi pengembangan kemampuan kosakata AUD dengan berbagai cara pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.

a. Metode bercerita

Disampaikan guru dengan bahasa lisan dan menarik bagi anak sehingga anak akan mendengarkan dan memperhatian guru dengan baik. Menarik perhatian anak tidaklah mudah karena anak cenderung mudah bosan bila mendengar cerita yang sudah diketahui anak. Menurut Moeslichatoen (2004: 157) bahwa metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Menurut Tampubolon, (1991: 11) penggunaan ceritamerupakan strategi pembelajaran untuk anak usia dini, haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut agar anak mendengarkan

cerita :

1. Isi cerita harus sesuai dengan dunia yang ada sekitar kehidupan anak 2.Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu dan mengasyikan sesuai dengan kehidupan anak yang penuh kegembiraan dan kesenangan


(39)

24

menarik bagi anak sehingga anak tidak merasa bosan mendengar cerita yang guru sampaikan. Maka dari itu dengan adanya mtode berceita ini anak akan mudah dalam berfikir dan memaknai arti dari cerita yang diceritakan oleh guru.

Metode cerita dapat mengembangkan kemampuan kosakata dasar pada anak melalui pemberian cerita-cerita kepada anak secara lisan sehingga akan memperkaya kosakata anak. Pada proses metode bercerita anak dapat menyimak, memahami dan mengingat cerita yang diberikan.

b. Metode bercakap-cakap

Penyampaian pengembangan kosakata anak yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap antara guru dengan anak. Menurut Moeslikhaton (1999: 92) metode bercakap-cakap antara guru dan anak bisa menjadi strategi guru dalam memancing anak untuk mengembangkan kosakata anak. mereka mendapat kesempatan untuk membicarakannya, menuliskannya, menggambarkannya, dan memanipulasikannya maka akan terjadi proses berpikir sehingga kosakata anak akan bertambah hal ini dikemukakan oleh Thaiss dalam Dhien (2009: 1.20). Guru dapat memperbaiki lafal anak yang salah pengucapan koskatanya sehingga anak bisa memperbaikinya. Dalam metode bercakap-cakap ini anak dapat menambah pembendaharaan kosakata anak karena guru memperkenalkan kosakata yang baru dan akan timbul rasa ingin tahu anak yang besar sehingga anak akan bertanya pada guru. Kosakata baru dapat pula melatih daya fikir dan fantasi anak dalam berimajinasi tentang apa yang guru tanyakan dan anak bisa mengungkapkan apa yang anak ketahui dengan bahasa anak yang anak bisa dan pahami.


(40)

25

Metode ini merupakan metode yang dapat digabungkan dengan metode lainnya. Jadi metode tanya jawab ini juga dapat digabungkan dengan metode bermain peran, dimana anak akan diberikan kebebasan bertanya dengan temannya tentang apa saja yang ingin anak ketahui. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga anak akan mudah bertanya tentang sesuatu yang baru bagi anak. Menurut Depdikbud (1998) adalah suatu metode dalam pengembangan bahasa yang dapat memberi rangsangan agar anak aktif untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyan guru, anak akan berusaha memahaminya dan menenukan jawabannya sendiri.

Dari beberapa metode yang ada dapat disimpulkan bahwa banyak strategi yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kosakata anak. Proses pemerolehan kosakata dapat bersifat spontan dan melalui pembelajaran spesifik. Pemerolehan kosakata secara spontan yaitu memperoleh arti dari kata-kata baru melalui kontak dan dalam situasi komunikasi dengan lingkungan yang ada disekitar anak. Strategi pembelajaran kosakata abstrak anak dapat dilakukan dengan identifikasi jenis kata-kata yang paling penting untuk diajarkan terlebih dahulu bagi anak. Seorang guru harus sadar betul bahwa kosakata yang akan diajarkan memiliki derajat kemanfaatan yang sangat tinggi. Kosakata atau pengetahuan tentang kata-kata sangat penting untuk pemahaman bacaan dan harus diajarkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Jadi buatlah anak senyaman mungkin saat berinteraksi dengan kita sehingga anak dapat mengembangkan kosakatanya dengan baik. Anak berinteraksi dengan lingkungan sekitar sehingga anak tidak


(41)

26

akan kesulitan dalam berbicara. Pada usia 3-4 tahun mudah bagi anak untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya.

Berdasarkan pengetahuan ini pun makin banyak dikegiatan yang membuat anak dapat mengembangkan semua perkembangannya melalui pendidikan usia dini. Orang tua juga harus mengetahui bahwa anak memiliki berbagai kemampuan yang tentunya sudah dapat dibentuk sejak dini oleh orang tua maupun guru. Mengajarkan anak membaca tidak harus melihat berapa usia yang tepat untuk mengajarkannya yang penting adalah bagaimana orang tua memberikan pembelajaran bagi anak. Anak bisa membaca hanya sebatas bahasa yang menurut anak benar.

4. Model-model Pembelajaran Pengembangan Kosakata AUD

Dengan memberikan anak buku bergambar maka akan timbul rasa ingin tahu anak sehingga anak akan bertanya pada guru ataupun orang tua. Dengan belajar anak akan dapat menambah kosakata baru bagi anak. Kata yang baru bagi anak akan anak ingat selalu. Effendi (1993) mengutip pendapat Smit (1975)

bahwa “pemerolehan kosakata anak ketika menginjak usia 3 tahun diperkirakan

antara 800-900 kata, dalam pergaulannya anak semakin sering pula menggunakan

bahasa/berbicara” ketika anak mencapai usia 4 tahun perkembangan

perbendaharaan kata sekitar 1000 kata.Memasuki usia 5 tahun, susunan kalimat yang diucapkan anak mulai bervariasi, biasanya kata-kata yang diucapkan dalam bentuk panjangyang rata-rata terdiri dari 4-6 kata.Sebagai alat sosialisasi, bahasa merupakan suatu cara untuk merespon orang lain Dhieni (2008).


(42)

27

Kualitas bahasa yang digunakan orang-orang terdekat anak akan mempengaruhi keterampilan anak dalam berbicara atau berbahasa Dhieni (2008). Slavin (2005) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran.

Kemudian menurut Johnson (dalam Lie, 2007) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dalam pelaksanaanya membagi anak dalam kelompok- kelompok satu dengan yang lain bekerja sama dan berpartisipasi dalam belajar dan bertanggung jawab satu sama lain. Kemudian menurut Dawey (dalam Sumiati, 2009) mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang berkaitan dengan minat dan pengalaman siswa, sehingga munculah berbagai teori mengenal model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning).Model pembelajaran kontekstual memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar anak. Menurut Sowars (2000) melalui model belajar aktif segala potensi anak dapat berkembang secara optimal dan memberikan peluang siswa untuk aktif berbuat sesuatu sambil mempelajari berbagai pengetahuan.

Dari teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa dengan mengajak anak berbicara maka akan membuat anak bisa mengembangkan kosakatanya. Model


(43)

28

pembelajaran secara langsung yang dilakukan pada anak seperti bercerita dengan anak, berdiskusi dengan anak, serta mendengarkan apa pendapat anak akan mengembangkan kosakata anak. Semakin banyak kita berinteraksi dengan anak membuat anak bisa mengembangkan kemampuan berbahasanya. Namun tidak semua anak memiliki daya fikir yang sama jadi kemampuan anak dalam mengelola kosakata tidak semuanya sama. Anak akan merespon kata demi kata yang sedang kita bicarakan dengan anak. Anak juga cenderung belajar dari lingkungan sekitar untuk mengembangkan kosakata anak. Anak tidak hanya belajar dari apa yang didengar dan dilihat tetapi anak juga mempraktekkan apa yang dilakukan orang dewasa.

C. Anak TK Kelompok A

1. Pengertian Anak TK A Gugus SIDOLUHUR

Anak TK A Gugus Sidoluhur terdiri dari usia 3-4 tahun, pada tahap ini perkembangannya anak sangatlah pesat sehingga anak perlu diperhatikan dengan baik dalam tahap perkembangannya. Menurut Soanjono (2000) penguasaan bahasa anak Indonesia terjadi pada usia 3-4 tahun jumlah kosakata anak sudah banyak (menurut hasil penelitian terhadap cucunya) tetapi bentuk pengucapannya sangat menarik untuk disimak. Menurut (Einon, 2002) pada usia 3-4 tahun menguasai sekitar 1250 kata dan belajar sekitar 50 kosakata baru setiap bulan, kalimat yang digunakan anak terdiri dari 3-4 kalimat yang mempunyai struktur lebih kompleks akan tetapi pada usia ini anak mengalami kesulitan menjawab


(44)

29

pertanyaan kepada orang lain menggunakan kata tersebut namun anak belum memahami makna dari pertanyaan tersebut sehingga anak cenderung

menggunakan kata “bila” dan “karena”.

Menurut Owens (1992) pada anak usia sekolah anak sudah dapat mendeskripsikan sesuatu namun dalam deskripsi yang anak buat lebih bersifat personal dan kurang mempertimbangkan makna informasi yang disampaikan pendengar. Armstrong (2003) menjelaskan bahwa seorang anak mengalihkan pandangan matanya ketika orang tua berbicara kepadanya, maka angkat dagu anak dengan lembut dan katakan kembali apa yang orang tua ucapkan tadi, sehingga membuat anak mengerti terhadap bahasa yang diucapkan orang tua. Sehingga akan timbul pemahaman anak tentang bagaimana bahasa orang tua saat marah. Pemahaman itulah yang akan membuat anak bisa memaknai bahasa serta arti dari bahasa tersebut.

Dari teori yang ada dapat disimpulkan bahwa anak TK A Gugus Sidoluhur mengalami perkembangan yang sangat pesat. Anak sudah dapat berbicara dengan orang lain dengan kosakata yang anak pahami. Pada gugus sidoluhur yang saya lihat semua anak sudah bisa berbicara dengan orang lain meskipun kosakata yang anak ucapkan belum begitu lancar. Anak sudah dapat memahami bagaimana bila guru marah maupun guru memuji. Bila guru menegur anak, anak akan diam sesaat meskipun pada akhirnya anak akan mengulang kesalahan yang sama. Seperti contohnya saat saya melihat anak yang sedang naik diatas kursi guru sudah mengingatkan bila diatas kursi sambil bergerak maka akan jatuh.


(45)

30

Pada awalnya anak apa perintah guru namun melakukan lagi sampai akhirnya anak tersebut jatuh dari kursi, namun hebatnya anak tersebut tidak menangis karena anak tahu bahwa itu kesalahannya. Anak memilih diam dan guru memeluk anak tersebut. Ada pula anak yang pendiam dan tidak mau berbicara dengan orang lain bila didekati oleh orang lain. Tidak semua perkembangan pemahaman anak sama. Anak memiliki pendapatnya masing-masing. Anak akan berhenti melakukan sesuatu hal bila anak pernah merasakan akibat dari kesalahan anak tersebut. Peran guru sangatlah penting bagi anak sehingga anak bisa terkondisikan. Guru merupakan pilar utama anak dalam melakukan semua hal. Guru merupakan pembelajaran bagi anak yang paling utama. Penting bagi guru untuk mempersiapkan pembelajaran yang tidak membosankan bagi anak. Kosakata anak setiap harinya akan bertambah sesuai dengan apa yang anak lihat dan dengarkan.

a. Usia Anak TK Gugus Sidoluhur Kelompok A

Usia anak TK A Gugus Sidoluhur ketika anak berusia 3-4 tahun. Pada tahap ini penguasaan kosakata anak sudah banyak sekali didapat dari orang sekitarnya. Menurut Santrock (2007: 253) menyatakan bahwa pada tahap praoperasional, anak mulai merepresentasikan dunianya dengan kata-kata, bayangan dan gambar-gambar. Sub tahap fungsi simbolik terjadi antara usia 2 sampai 4 tahun. Dalam subtahap ini anak mulai dapat menggambarkan secara mental sebuah objek yang tidak ada. Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan pada anak usia 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42


(46)

31

sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286. Perkembangan pengetahuan fonetik akan dijelaskan pertama kali dikelas karena kemampuan

berbicara merupakan “cara paling utama yang digunakan manusia untuk mengekspresikan dirinya melalui bahasa” (Dobrovolsky, 2005). Menurut Hart & Risley (Morrow, 1993) untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Sulzby (1985) menjelaskan bahwa pada anak usia 2-4 tahun yang berupaya membaca buku-buku cerita yang familiar bagi anak, maka ia mendokumentasikan bagimana anak-anak prasekolah mulai mengekplor proses membaca, dari penanaman sederhana dan mengomentari gambar-gambar berdasarkan stretegi membaca. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan suara yang keras dan jelas.

Dalam teori yang ada dapat disimpulkan bahwa anak usia 3-4 tahun anak sudah mulai berkembang pesat dalam hal kosakatanya. Perkembangannya tergantung dari lingkungan sekitar anak. Anak yang memiliki lingkungan yang kondusif maka akan membuat anak kondusif juga dalam perkembangan kosakata anak. Dari TK Segugus Sidoluhur yang saya amaati rata-rata anak berusia 3-4 tahun. Anak sudah mulai banyak menguasai kosakata, serta banyaknya pembendaharaan kosakata anak. Pada masa prasekolah anak sudah bisa berkembang dalam bahasanya sehingga anak mudah dalam berinteraksi. Keberhasilan anak dalam berinteraksi dengan orang lain dan merespon orang lain membuat anak mudah dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya. Maka dari


(47)

32

itu yang peneliti lihat di lapangan banyak anak yang sudah berkomunikasi dengan baik dengan guru maupun teman saat disekolah. Namun ada pula anak yang sulit dalam berkomunikasi dengan orang lain sehingga diabaikan oleh teman sebayanya. Namun sebagian besar anak sudah dapat berbicara dengan baik dengan orang sekitarnya. Menggunakan kosakata yang anak bisa sebutkan dan anak mengerti. Meski anak tidak lancar mengucapkan namun anak tetap bisa saling berinteraksi dengan baik.

Pada usia anak yang usia 3-4 tahun anak banyak anak yang memang memiliki rasa ingin tahu yang besar. Saat di lapangan peneliti melihat banyak anak yang bertanya pada guru tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk hari itu sebelum anak belajar. Guru memancing anak dengan memberi anak sebuah gambar yang bertujuan untuk anak bertanya dan berpendapat. Anak juga memiliki probadi masing-masing. Setiap anak memiliki sifat yang berbeda-beda. Dilapangan ada 5 anak yang tidak mau bergabung dengan temannya saat bermain, ada 10 anak pula yang tidak mau berbagi mainan dengan anak yang lain karena anak memilki sifat egosentris yang masih sangat tinggi, serta ada 7 anak yang memang dia suka bermain dengan temannya dan memang mau berbagi mainan dengan temannya. Maka dari itu diperlukan kepedulian guru dalam membantu anak untuk mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam diri anak.

b. Wilayah Kemampuan Kosakata Anak Kelompok A di TK Gugus Sidoluhur Dalam anak usia 3,5 tahun menjadi titik acuan pada prediksi yang efektif untuk pencapaian selanjutnya yaitu penggunaan berbagai jenis kalimat oleh anak secara kompeten. Menurut Windor (1995) aspek lain kesuksesan sekolah dalam


(48)

33

hubungannya dengan kemampuan bahasa anak yaitu kemampuan interaksisosial anak dengan orang lain. Lalu Harris (1992) menjelaskan bahasa adalah pemikiran yang terjadi melalui situasi dimana anak didorong untuk meniru ucapan orang lain dan mengembangkan hubungan antara rangsangan lisan (kata-kata) dan benda.

Sedangkan menurut Bruner (1990) menjelaskan bahwa peran utama interaksi sosial dalam perkembangan bahasa adalah berdasarkan pada pengamatan bahwa anak memperoleh pemahaman akan fungsi atau keinginan komunikatif tertentu sebelum mereka mampu mengekspresikan diri sendiri secara linguistik. Menurut Weinreich (1970) menjelaskan bahwa kontak bahasa akan terjadi bila dua bahasa yang digunakan secara bergantian dalam komunikasi anak. Sehingga adanya pemahaman anak saat berinteraksi dengan orang lain. Sehingga ketika anak merespon pertanyaan anak akan mudah memahaminya dan secara aktif akan menjawab pertanyaan guru.

Pada wilayah kemampuan kosakata anak ini pada TK A anak usia 3-4 tahun kemampuan kosakatanya tidak sama dengan anak TK B. Anak TK B sudah banyak menguasai kosakata sehingga anak mudah dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pada TK A Sidoluhur ini pertanyan-pertanyaan guru kepada anak lebih meliputi tentang hafalan atau pengulangan pada pembelajaran yang sebelumnya sehingga anak akan mengingat kembali. Pada anak TK A ini anak sudah bisa meningkatkan pembendaharaan kosakatanya dengan baik. Anak

sudah mengerti beberapa perintah guru seperti “mainnya tidak naik meja ya” lalu


(49)

34

sidoluhur tidak semua anak bisa menguasai kosakata namun sebagian besar anak TK A sidoluhur sudah bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang lain.

Guru di gugus sidoluhur banyak yang mendekati anak, sehingga anak selalu senang saat pembelajaran.Ada 7 anak yang kurang tertarik pada pembelajaran karena hilang konsentrasi saat pembelajaran berlangsung. Namun hal itu masih bisa di tangani oleh guru sendiri. Kosakata yang anak miliki juga sudah banyak sehingga anak mudah diajak untuk berinteraksi oleh guru saat di sekolah. Pada wilayah kosakata ini anak berbeda-beda dalam ketepatan pengucapan kosakatanya. Anak belum bisa membedakan arti dari bunyi kosakata yang anak ucapkan.Sehingga masih perlu adanya bantuan guru dalam penguasaan kosakata anak usia dini.

2. Kerangka Pikir

Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya (Depdikbud, 1995: 5). Dengan demikian, melalui bahasa, orang dapat saling bertegur-sapa, saling bertukar pikiran untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini juga yang terjadi pada anak-anak. anak juga membutuhkan orang lain untuk mengungkapkan isi hati atau pikirannya melalui bahasa. Anak masih meniru apa yang anak lihat dan dengar dilingkungan sekitar anak. Untuk anak usia dini bahasa mempunyai beberapa manfaat yaitu bahasa sebagai sarana untuk mendengarkan, bahasa sebagai sarana untuk melakukan kegiatan berbicara dan setelah memasuki sekolah bahasa mempunyai manfaat untuk membaca dan menulis (Suhartono, 2005: 13-14).


(50)

35

Kosakata adalah pengolahan kata yang didengar anak. Menurut Gleason (dalam Suyanto, 2005: 75) anak-anak usia Taman Kanak-kanak telah menghimpun kurang lebih 8000 kosakata, juga telah menguasai hampir semua bentuk dasar tata bahasa. Anak-anak dapat membuat pertanyaan, kalimat negatif, kalimat tunggal, kalimat majemuk, serta bentuk penyusunan lainnya. Anak-anak juga telah belajar penggunaan bahasa dalam berbagai situasi sosial yang berbeda. Anak mempelajari kosakata dari kata sifat seperti baik atau buruk. Anak juga mempelajari kosakata benda seperti kursi, meja, pintu, atau pun pensil. Rasa ingin tahu anak yang sangat besar sehingga anak sulit memilah mana kosakata yang boleh diucapkan dan tidak boleh diucapkan. Proses Pembelajaran kosakata yang anak dapatkan dari lingkungan sekitar anak sehingga anak akan meniru apa yang ada disekitarnya.

Teori yang dikembangkan oleh Skinner, berpandangan bahwa pemerolehan bahasa anak dikendalikan oleh lingkungan. Rangsangan anak untuk berbahasa yang dikendalikan oleh lingkungan itu merupakan wujud dari perilaku manusia (Gleason, 1998: 381). Proses pemerolehan bahasa anak diawali dengan kemampuan mendengar, kemudian meniru suara yang didengar dari lingkungannya. Dalam proses semacam ini, anak tidak akan mampu berbahasa dan berbicara jika anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan yang pernah didengarnya. Pada penelitian inidisetiap sekolah guru memberi kesempatan kepada anak untuk belajar berbahasa dan berbicara melalui mengalaman yang pernah didengarnya dan apa yang anak ketahui. Selanjutnya secara perlahan-lahan ketika anak telah mampu mengekspresikan pengalamannya,


(51)

36

baik dari pengalaman mendengar, melihat, membaca, dan lain sebagainya, ia mengungkapkan kembali melalui bahasa lisan. Hal ini merupakan modal dasar yang paling ampuh untuk belajar bahasa dan berbicara bagi anak. Lingkungan lain yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak adalah lingkungan bermain baik dari tetangga maupun dari sekolah. Kedua lingkungan tersebut sangat besar peranannya. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, maka lingkungan anak hendaknya lingkungan yang dapat menimbulkan minat untuk berkomunikasi.

Pentingnya kemampuan kosakata anak usia dini untuk berkomunikasi dengan orang lain yang ada disekitar anak. Pada usia 3-4 tahun kalimat yang biasa digunakan digunakan terdiri dari 3-4 kalimat yang mempunyai struktur lebih kompleks. Anak mengalami kesulitan menjawab pertanyaan “mengapa”,

“dimana”, dan “apa” walaupun anak sering mengajukan pertanyaan jenis itu. Pada

usia ini juga anak cenderung menggunakan kata “bila” dan “karena” (Einon, 2002). Kemampuan kosakata anak usia dini belum sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangannya bahasa pada anak usia dini. Menggunakan metode observasi penelitian ini diharapkan dapat mengetahui seberapa banyak anak menguasai kosakata. Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh peneliti guna menyempurnakan penelitian agar mencapai hasil yang maksimal.


(52)

37 3. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimanakah kemampuan anak mengucapkan kalimat sederhana pada TK kelompok A gugus sidoluhur ?

b. Bagaimanakah kemampuan anak mengungkapkan keinginannya pada TK kelompok A gugus sidoluhur ?

c. Bagaimanakah kemampuan anak menceritakan kembali sebuah cerita pada TK kelompok A gugus sidoluhur ?

d. Faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan kosakata anak kelompok A ?


(53)

38 BAB III

MOTODE PENELITIAN A. Jenis dan Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian survey sesuai dengan pengamatan yang sedang berjalan dengan menggunakan kata-kata yang dijelaskan. Menurut Sugiyono (2008:147) metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Jadi penelitian deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan-pendekatan terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam bentuk numerik atau angka dari pada naratif.

Dengan adanya pengamatan langsung maka peneliti dapat mendapatkan data yang ada dibentuk dalam laporan numerik yang telah peneliti amati. Perolehan informasi haruslah lengkap sehingga peneliti bisa mendeskripsikan laporannya. Dari semua TK Gugus Sidoluhur Mantrijeron, Yogyakarta tidak semua datanya sama karena kemampuan anak dalam kosakata tidak semuanya sama. Penelitian ini tidak mengubah pembelajaran apapun disekolah tersebut peneliti hanya mengamati bagaimana perkembangan kosakata anak TK A Gugus Sidoluhur Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta.


(54)

39 B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Mekar Insani, TK PKK Minggiran dan TK Indrayasana Pugeran. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu untuk 3 Taman Kanak-Kanak. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 6 Februari 2017 sampai 25 Februari 2017 di Gugus Sidoluhur Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel kemampuan kosakata anak yaitu seberapa banyak anak menguasai kosakata melalui kegiatan-kegiatan yang terjadi saat anak saling berinteraksi dengan orang disekitar anak.Berikut ini tabel kisi-kisi observasi : Tabel 2. Kisi-Kisi Observasi

Variabel Sub Variabel Indikator Kemampuan

Kosakata Anak TK A

1. Mengungkap Bahasa

a. Anak dapat mengungkapkan keinginannya

b. Dapat mengucap kalimat sederhana c. Menceritakan kembali

Dalam penelitian ini, variabel yang dipilih penulis adalah kemampuankosakataanakTK A Gugus Sidoluhuranak dalam kategori baik diperoleh rata-rata presentase 62,3%.Hal-hal yang akan di ukur dalam variabel ini adalah anak dapat mengungkapkan keinginannyaTK Kelompok A yaitu 55,5% dalam kategori baik, mengucapkan kalimat sederhana 63,6% dalam kategori baikdan menceritakan kembali70,3% dalam kategori baik. Dengan adanya data numerik yang telah ada kemampuan kosakata anak kelompok A gugus sidoluhur


(55)

40 2. Definisi Operasional

Kemampuan kosakata atau vocabulary merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa yang memberikan makna bila kita menggunakan bahasa tersebut. Dalam variabel penelitian kemampuan kosakata yang dimaksud adalah anak dapat mengungkapkan keinginannya, anak dapat mengucap kalimat sederhana, dan anak dapat menceritakan kembali sebuah cerita yang anak pernah dengar dari orang lain.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan sekumpulan individu yang memiliki karakteristik sama yang menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber data penelitian untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012:61), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penilitian ini, populasi yang dipakai adalah 157 anak kelompok A di Gugus Sidoluhur Mantrijeron, Yogyakarta. Tabel 3. Data populasi

NO Nama TK Alamat TK

1. TK MEKAR INSANI Suryodiningratan MJ II/726 I Yogyakarta 55141 2. TK PKK MINGGIRAN

JL. Minggiran No.23 Kelurahan

Suryodingingratan Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta

3. TK INDRIYASANA Pugeran JL. Bantul No.63 Yogyakarta 4. TK KANISIUS JL. MT Haryono No. 17 Suryodiningratan 5. TK DWIJAYA Kumendaman RT 19 RW 06 Suryodiningratan

Swasta Yogyakarta


(56)

41

Dengan data populasi yang tertulis di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini akan meneliti sejumlahpopulasi 157 anakdan mengambil sampel purposife dengan memilih 3sekolah untuk diteliti.Dengan jumlah 26 anak anak perempuan dan 29 anak laki-laki. Dengan usia 3-4 tahun yang berada pada TK Kelompok A Gugus Sidoluhur. Total anak TK MEKAR INSANI dengan anak 23 anak alamat Suryodiningratan MJ II/726 I Yogyakarta 55141, TK PKK MINGGIRAN dengan jumlah anak 15 anak alamat JL. Minggiran No.23 Kelurahan Suryodingingratan Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta, dan TK INDRIYASANA dengan jumlah anak 17 anak alamat Pugeran JL. Bantul No.63 Yogyakarta. Menurut Sugiyono (2012:62) sampel adalah bagiandari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Diharapkan dengan pengambilan sampel ini sudah bisa mendapat data yang maksimal dari keseluruhan populasi yang ada.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu mengolah hasil data yang diperoleh untuk mengetahui presentase kemampuan kosakata anak kelompok A Gugus Sidoluhur. Berdasarkan teori tersebut, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan melihat bagimana perkembangan kosakata anak pada TK A Gugus Sidoluhur. Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan metode bercerita terhadap kemampuan kosakata dasar anak.


(57)

42

Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Instrument penelitian dalam bidang pendidikan juga harus disusun sendiri termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Menurut Sugiyono (2015: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian.Instrument assesment atau penilaian pada penelitian ini

menggunakan rating scale dalam bentuk ceklis (√). Dalam penelitian ini menggunakan instrumen observasi yang dibuat oleh peneliti untuk mengetahui seberapa anak mampu mengucapkan kosakata sesuai dengan kemampuan kosakata anak TK A Gugus Sidoluhur. Instrumen kemampuan kosakata anak TK A pada anak sebagai berikut :

a. Mengucapkan kalimat sederhana

Bagaimana cara anak mengucapkan kosakata dengan orang yang ada disekitarnya.

b. Anak dapat mengungkapkan keinginannya

Bagaimana cara anak berinteraksi dengan orang lain dalam mengungkapkan suatu keinginannya.

c. Menceritakan kembali sebuah cerita

Bagaimana anak dapat mengulang kembali suatu cerita yang telah anak dengarkan

F. Validitas dan Reliabilitas

Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur apa yang harus diukur. Validitas suatu instrumen berhubungan


(58)

43

dengan tingkat akurasidari suatu alat ukur mengukur apa yang akan diukur.Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Menurut Sugiyono (2012: 2), “Variabel penelitian pada dasarnya adalahsegala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik

kesimpulannya”.

Dari teori yang ada dapat disimpulkan bahwa validitas konstruksi atau logis karena instrumen yang ada berdasarkan dari teori yang relevan. Pengujian validitas konstruksi atau logis akan dilakukan dengan pendapat ahli (expert judgment) dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Sebelum penelitian dilakukan, instrumen terlebih dahulu diuji validitas. Pengujian validitas dilakukan dengan cara pengujian validitas konstruk dengan menggunakan ekperts judgment. Instrument yang telah dibuat dikonsultasikan kepada ahli untuk memberi keputusan apakah instrument yang telah dibuat dapat digunakan.Lalu pengujian akan dilaksanakan dengan melihat kemampuan kosakata anak pada saat anak dapat mengungkapkan keinginannya, anak dapat mengucapkan kalimat sederhana, dan menceritakan kembali sebuah ceritapada orang lain. Releabitas yang digunakan oleh peneliti adalah pengamatan atau observasi.

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2012:147) menyebutkan bahwa teknik analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah stastistik


(59)

44

yang mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang akan diteliti oleh peneliti melalui data sampel yang ada dan membuat kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Analisis data ini digunakan untuk mendeskripsikan Kemampuan Kosakata Anak Kelompok A di TK Segugus Sidoluhur Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta. Teknik analisis menggunakan total skor, skormaksimal, skor minimal, dan rata-rata.

a. Total skor adalah jumlah nilai keseluruhan yang diperoleh b. Skor maksimal adalah nilai tertinggi.

c. Skor minimal adalah nilai terendah. d. Rata-rata (mean)

Deskriptif persentase ini diolah dengan cara skor keseluruhan yang diperoleh anak dibagi dengan jumlah anak dikali dengan skor maksimum dikali 100 persen, seperti dikemukan Sudjana (2001: 129) adalah sebagai berikut :

X 100%

Yoni (2010: 175) menyatakan bahwa hasil dari perhitungan kemudian diinterpetasikan dalam empat tingkatan, yaitu : kreteria dasar kemampuan kosakata anak kelompok A di TK Segugus Sidoluhur Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta :

Tabel 4. Kriteria Dasar Kemampuan Kosakata Anak

Nilai Kreteria

7,50-10,00 Sangat Baik

5,00-7,49 Baik

2,50-4,99 Cukup Baik


(60)

45

Mean digunakan untuk mencari nilai rata-rata dari skor total keseluruhan jawaban yang diberikan oleh responden, yang tersusun dalam distribusi data. Setelah ada kreteria maka dapat diberi kesimpulan tentang kemampuan kosakata anak kelompok A di Tk Segugus Sidoluhur Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta.


(61)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian a. TK IT Mekar Insani

TK Mekar Insani sangat dibutuhkan seiring dengan meningkatnya kesadaran orang tua akan pendidikan anak yang masih usia dini. Demikian halnya kondisi yang ada diwilayah kecamatan Mantrijeron Kelurahan Suryodiningratan. Mayoritas masyarakat diwilayah tersebut memiliki aktifitas perekonomian yang cukup tinggi, dengan meningkatnya perekonomian rata-rata golongan menengah kebawah. Sementara jumlah anak usia dini termasuk relatif banyak, akan tetapi kenyataannya gerak perkembangan pendidikan belum terlihat memadai. Terbukti tidak jarang anak-anak usia dini di biarkan dengan pengarahan dan pengasuhan yang terbatas, sedangkan kedua orang tua mereka menghabiskan waktunya untuk bekerja.

Berangkat dari fenomena itulah, TK IT Mekar Insani tanggal 2 Januari 2002 dirintis dengan orientasi untuk membantu orang tua (pendidik utama) menyediakan media pendidikan dan pengasuhan anak secara optimal, di samping juga sebagai wahana untuk bermain dan bersosialisasi (berkomunikasi) dengan sesamanya. Selain itu anak juga diberikan motivasi untuk senantiasa mengasah dan mengembangkan kreativitas, serta berinteraksi dengan alam lingkungannya. Dengan begitu, kesibukan orang tidak akan berpengaruh pada optimalisasi proses pertumbuhan dan perkembangan anak di kemudian hari. Sejak tahun 2002 kontrak dari satu rumah ke rumah yang lain dan di gedung TPA masjid Al Ihsan,


(62)

47

Suryodiningratan selama 4 tahun. Dan Alhamdulillah sekarang tahun 2017 mempunyai gedung sendiri dari tanah wakaf, kurang lebih tahan seluas 400 M2. b. TK PKK Minggiran

TK PKK Minggiran berada di tengah perkampungan Minggiran dan dikelilingi rumah warga. TK PKK Minggiran terdiri dari satu ruang kelas. Guru yang mengampu sebanyak dua guru, salah seorang guru juga merangkap menjadi kepala sekolah. Proses pembelajaran kelas dilakukan bersama antara Kelompok A dan Kelompok B karena Kelompok A belum menempati ruang kelas yang baru. Jumlah siswa Kelompok A terdiri 17 anak. Ruang kelas terdapat beberapa macam alat permainan edukasi. Pembelajaran antara kelas A dan kelas B sama karena mereka digabung menjadi satu kelas.

c. TK Indrayasa Pugeran

TK Indriyasana Pugeran berada dilingkup gereja pugeran. TK ini terdiri dari Kelompok A dan B terdiri dari tiga Kelompok yaitu Kelompok A, B1 dan B2. Jumlah anak kelompok A sebanyak 17 anak. Pada penelitian kemampuan kosakata ini, peneliti mengambil sampel Kelompok A yang berjumlah 17 anak. Ruang kelas anak kelompok A dan B1 digabung menjadi satu ruang kelas. Mereka hanya dipisahkan papan pendek sehingga terkadang bila anak kelompok B1 banyak yang ribut maka TK A akan hilang konsentrasi saat pembelajaran.


(63)

48 2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Jumlah Anak

Jumlah anak di TK Mekar Insani, TK PKK Minggiran, TK Indrayasana Pugeran yaitu 55 anak. Pada Tabel 5 dipaparkan jumlah sampel dari masing-masing TK.

Tabel 5. Jumlah Anak TK Kelompok A

Nama TK Kelas Jumlah Anak Kelompok A

TK Mekar Insani A 23 Anak

TK PKK Minggiran A 17 Anak

TK Indrayasana Pugeran A 15 Anak

b. Hasil Observasi Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen observasi yang dibuat oleh peneliti untuk mengetahui seberapa anak mampu mengucapkan kosakata sesuai dengan kemampuan kosakata anak TK A Gugus Sidoluhur. Instrumen kemampuan kosakata anak TK A pada anak sebagai berikut :

a. Mengucapkan kalimat sederhana

Bagaimana cara anak mengucapkan kosakata dengan orang yang ada disekitarnya.

b. Anak dapat mengungkapkan keinginannya

Bagaimana cara anak berinteraksi dengan orang lain dalam mengungkapkan suatu keinginannya.

c. Menceritakan kembali sebuah cerita

Bagaimana anak dapat mengulang kembali suatu cerita yang telah anak dengarkan


(64)

49

a) Deskripsi Hasil Penelitian TK Mekar Insani

Penelitian pertama dilakukan pada tanggal 6 Februari 2017 di TK Mekar Insani. Penelitian dilakukan dari tanggal 6 Februari 2017 sampai tanggal 10 Februari 2017. Dalam satu hari kegiatan bercerita dilakukan selama 1 kali pada saat kegiatan inti berlangsung dan juga akhir pembelajaran. Anak juga diberi kesempatan oleh guru untuk menceritakan tentang hasil dari buatan anak. Ketika observasi pertama anak bermain balok dan membuat bentuk sekolah dengan balok. Anak diberikan kesempatan guru untuk menjelaskan pada guru bangunan yang anak buat itu apa dan gunanya untuk apa. Kemudian pada observasi kedua anak juga diberikan guru kesempatan untuk menceritakan apa yang anak buat. Observasi terakhir peneliti melihat memang antusias anak dalam bercerita sangatlah besar.

Dari kesempatan-kesempatan yang guru berikan kepada anak membuat anak tidak takut untuk mengungkapkan keinginannya, mengucapkan kalimat sederhana dan berani untuk menceritakan apa yang mereka buat. Ada 7 anak yang mereka memang malu untuk bercerita bila tidak diberikan dorongan oleh gurunya. Maka sesuai dengan observasi yang ada dilapangan berikut adalah hasil dari observasi yang kemampuan kosakata anak kelompok A1 dan A2 :

Kriteria Interval Frekuensi Observasi I Frekuensi Observasi II Frekuensi Observasi III Frekuensi Observasi IV Frekuensi Observasi V Sangat

Baik 70–100 13 15 17 16 17

Baik 40-70 9 7 5 5 4

Cukup

Baik 0-40 1 1 1 2 2


(65)

50

Berdasarkan Tabel 6 mengenai frekuensi observasi I sampai V diperoleh presentase hasil penelitian observasi I yang ditampilkan pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar Grafik 1. Kemampuan Kosakata TK Mekar Insani

Berdasarkan Gambar 1 hasil penelitian di TK Mekar Insani kemampuan kosakata anak pada observasi I menunjukkan data dari 56,5% (13 anak) termasuk dalam kategori berkembang sangat baik, 39,1% (9 anak) berkembang baik, dan 4,3% (1 anak) berkembang cukup baik. Kemudian pada observasi II kemampuan kosakata anak menunjukkan data dari 65,2% (15 anak) sudah berkembang sangat baik, 30,4% (7 anak) sudah berkembang baik, 4,3% (1 anak) sudah berkembang cukup baik. Kemudian pada observasi III kemampuan kosakata anak menunjukkan data dari 73,9% (17 anak) sudah berkembang sangat baik, 21,7% (5 anak) sudah berkembang baik, dan 4,3% (1 anak) sudah berkembang cukup baik. Observasi yang ke IV kemampuan kosakata anak menunjukkan 69,5% (16 anak) sudah berkembang sangat baik, 21,7% (5 anak) berkembang baik dan 8,6% (2 anak) sudah berkembang cukup baik. Dan kemudian observasi yang terakhir yang

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Sangat Baik Baik Cukup Baik


(1)

121


(2)

122


(3)

123 LAMPIRAN 6

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH TK Mekar Insani


(4)

124

Penilaian TK Mekar Insani


(5)

125


(6)

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR PADA KELOMPOK B DI TK DHARMA Upaya Meningkatkan Kemampuan Kosakata Bahasa Inggris Anak Melalui Media Gambar Pada Kelompok B DI TK Dharma Wanita Bandung Wonosegoro Boyolali Tah

0 1 17

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR PADA KELOMPOK B DI TK DHARMA Upaya Meningkatkan Kemampuan Kosakata Bahasa Inggris Anak Melalui Media Gambar Pada Kelompok B DI TK Dharma Wanita Bandung Wonosegoro Boyolali Tah

0 1 15

PENGARUH MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS ANAK KELOMPOK B Pengaruh Media Gambar Terhadap Kemampuan Kosakata Bahasa Inggris Anak Kelompok B Di TK Harapan I Pabelan Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 16

TERDAPAT PENGARUH MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS ANAK Pengaruh Media Gambar Terhadap Kemampuan Kosakata Bahasa Inggris Anak Kelompok B Di TK Harapan I Pabelan Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 0 9

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERHITUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR ANAK PADA ANAK TK KELOMPOK B TK AISIYAH DESA Perbedaan Kemampuan Berhitung Ditinjau Dari Gaya Belajar Anak Pada Anak Tk Kelompok B Tk Aisiyah Desa Kaligentong, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali

0 4 12

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS SIDOMUKTI MANTRIJERON YOGYAKARTA.

1 2 118

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PKK GEDONGKIWO MANTRIJERON YOGYAKARTA.

3 8 160

STUDI KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK TK KELOMPOK B SE-KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA.

1 7 146

KONSENTRASI BELAJAR PADA KEGIATAN ORIGAMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ABA GEDONGKIWO KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA.

2 6 116

TINGKAT KEMAMPUAN MOTORIK KASAR PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK DI GUGUS SIDO MULYO KECAMATAN MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA.

0 0 123