28
pembelajaran secara langsung yang dilakukan pada anak seperti bercerita dengan anak, berdiskusi dengan anak, serta mendengarkan apa pendapat anak akan
mengembangkan kosakata anak. Semakin banyak kita berinteraksi dengan anak membuat anak bisa mengembangkan kemampuan berbahasanya. Namun tidak
semua anak memiliki daya fikir yang sama jadi kemampuan anak dalam mengelola kosakata tidak semuanya sama. Anak akan merespon kata demi kata
yang sedang kita bicarakan dengan anak. Anak juga cenderung belajar dari lingkungan sekitar untuk mengembangkan kosakata anak. Anak tidak hanya
belajar dari apa yang didengar dan dilihat tetapi anak juga mempraktekkan apa yang dilakukan orang dewasa.
C. Anak TK Kelompok A
1. Pengertian Anak TK A Gugus SIDOLUHUR
Anak TK A Gugus Sidoluhur terdiri dari usia 3-4 tahun, pada tahap ini perkembangannya anak sangatlah pesat sehingga anak perlu diperhatikan dengan
baik dalam tahap perkembangannya. Menurut Soanjono 2000 penguasaan bahasa anak Indonesia terjadi pada usia 3-4 tahun jumlah kosakata anak sudah
banyak menurut hasil penelitian terhadap cucunya tetapi bentuk pengucapannya sangat menarik untuk disimak. Menurut Einon, 2002 pada usia 3-4 tahun
menguasai sekitar 1250 kata dan belajar sekitar 50 kosakata baru setiap bulan, kalimat yang digunakan anak terdiri dari 3-4 kalimat yang mempunyai struktur
lebih kompleks akan tetapi pada usia ini anak mengalami kesulitan menjawab pertanyaan “mengapa”, “siapa” dan “apa” meski anak sering mengajukan
29
pertanyaan kepada orang lain menggunakan kata tersebut namun anak belum memahami makna dari pertanyaan tersebut sehingga anak cenderung
menggunakan kata “bila” dan “karena”. Menurut Owens 1992 pada anak usia sekolah anak sudah dapat
mendeskripsikan sesuatu namun dalam deskripsi yang anak buat lebih bersifat personal dan kurang mempertimbangkan makna informasi yang disampaikan
pendengar. Armstrong 2003 menjelaskan bahwa seorang anak mengalihkan pandangan matanya ketika orang tua berbicara kepadanya, maka angkat dagu anak
dengan lembut dan katakan kembali apa yang orang tua ucapkan tadi, sehingga membuat anak mengerti terhadap bahasa yang diucapkan orang tua. Sehingga
akan timbul pemahaman anak tentang bagaimana bahasa orang tua saat marah. Pemahaman itulah yang akan membuat anak bisa memaknai bahasa serta arti dari
bahasa tersebut. Dari teori yang ada dapat disimpulkan bahwa anak TK A Gugus Sidoluhur
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Anak sudah dapat berbicara dengan orang lain dengan kosakata yang anak pahami. Pada gugus sidoluhur yang saya
lihat semua anak sudah bisa berbicara dengan orang lain meskipun kosakata yang anak ucapkan belum begitu lancar. Anak sudah dapat memahami bagaimana bila
guru marah maupun guru memuji. Bila guru menegur anak, anak akan diam sesaat meskipun pada akhirnya anak akan mengulang kesalahan yang sama. Seperti
contohnya saat saya melihat anak yang sedang naik diatas kursi guru sudah mengingatkan bila diatas kursi sambil bergerak maka akan jatuh.
30
Pada awalnya anak apa perintah guru namun melakukan lagi sampai akhirnya anak tersebut jatuh dari kursi, namun hebatnya anak tersebut tidak
menangis karena anak tahu bahwa itu kesalahannya. Anak memilih diam dan guru memeluk anak tersebut. Ada pula anak yang pendiam dan tidak mau berbicara
dengan orang lain bila didekati oleh orang lain. Tidak semua perkembangan pemahaman anak sama. Anak memiliki pendapatnya masing-masing. Anak akan
berhenti melakukan sesuatu hal bila anak pernah merasakan akibat dari kesalahan anak tersebut. Peran guru sangatlah penting bagi anak sehingga anak bisa
terkondisikan. Guru merupakan pilar utama anak dalam melakukan semua hal. Guru merupakan pembelajaran bagi anak yang paling utama. Penting bagi guru
untuk mempersiapkan pembelajaran yang tidak membosankan bagi anak. Kosakata anak setiap harinya akan bertambah sesuai dengan apa yang anak lihat
dan dengarkan. a.
Usia Anak TK Gugus Sidoluhur Kelompok A Usia anak TK A Gugus Sidoluhur ketika anak berusia 3-4 tahun. Pada
tahap ini penguasaan kosakata anak sudah banyak sekali didapat dari orang sekitarnya. Menurut Santrock 2007: 253 menyatakan bahwa pada tahap
praoperasional, anak mulai merepresentasikan dunianya dengan kata-kata, bayangan dan gambar-gambar. Sub tahap fungsi simbolik terjadi antara usia 2
sampai 4 tahun. Dalam subtahap ini anak mulai dapat menggambarkan secara mental sebuah objek yang tidak ada. Hart Risley Morrow, 1993 mengatakan
pada anak usia 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42
31
sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata- kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286. Perkembangan
pengetahuan fonetik akan dijelaskan pertama kali dikelas karena kemampuan berbicara merupakan “cara paling utama yang digunakan manusia untuk
mengekspresikan dirinya melalui bahasa” Dobrovolsky, 2005. Menurut Hart Risley Morrow, 1993 untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal
beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Sulzby 1985 menjelaskan bahwa pada anak usia 2-4 tahun yang berupaya membaca buku-buku cerita yang
familiar bagi anak, maka ia mendokumentasikan bagimana anak-anak prasekolah mulai mengekplor proses membaca, dari penanaman sederhana dan mengomentari
gambar-gambar berdasarkan stretegi membaca. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui
membaca buku cerita dengan suara yang keras dan jelas. Dalam teori yang ada dapat disimpulkan bahwa anak usia 3-4 tahun anak
sudah mulai berkembang pesat dalam hal kosakatanya. Perkembangannya tergantung dari lingkungan sekitar anak. Anak yang memiliki lingkungan yang
kondusif maka akan membuat anak kondusif juga dalam perkembangan kosakata anak. Dari TK Segugus Sidoluhur yang saya amaati rata-rata anak berusia 3-4
tahun. Anak sudah mulai banyak menguasai kosakata, serta banyaknya pembendaharaan kosakata anak. Pada masa prasekolah anak sudah bisa
berkembang dalam bahasanya sehingga anak mudah dalam berinteraksi. Keberhasilan anak dalam berinteraksi dengan orang lain dan merespon orang lain
membuat anak mudah dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya. Maka dari
32
itu yang peneliti lihat di lapangan banyak anak yang sudah berkomunikasi dengan baik dengan guru maupun teman saat disekolah. Namun ada pula anak yang sulit
dalam berkomunikasi dengan orang lain sehingga diabaikan oleh teman sebayanya. Namun sebagian besar anak sudah dapat berbicara dengan baik dengan
orang sekitarnya. Menggunakan kosakata yang anak bisa sebutkan dan anak mengerti. Meski anak tidak lancar mengucapkan namun anak tetap bisa saling
berinteraksi dengan baik. Pada usia anak yang usia 3-4 tahun anak banyak anak yang memang
memiliki rasa ingin tahu yang besar. Saat di lapangan peneliti melihat banyak anak yang bertanya pada guru tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan
untuk hari itu sebelum anak belajar. Guru memancing anak dengan memberi anak sebuah gambar yang bertujuan untuk anak bertanya dan berpendapat. Anak juga
memiliki probadi masing-masing. Setiap anak memiliki sifat yang berbeda-beda. Dilapangan ada 5 anak yang tidak mau bergabung dengan temannya saat bermain,
ada 10 anak pula yang tidak mau berbagi mainan dengan anak yang lain karena anak memilki sifat egosentris yang masih sangat tinggi, serta ada 7 anak yang
memang dia suka bermain dengan temannya dan memang mau berbagi mainan dengan temannya. Maka dari itu diperlukan kepedulian guru dalam membantu
anak untuk mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam diri anak. b.
Wilayah Kemampuan Kosakata Anak Kelompok A di TK Gugus Sidoluhur Dalam anak usia 3,5 tahun menjadi titik acuan pada prediksi yang efektif
untuk pencapaian selanjutnya yaitu penggunaan berbagai jenis kalimat oleh anak secara kompeten. Menurut Windor 1995 aspek lain kesuksesan sekolah dalam
33
hubungannya dengan kemampuan bahasa anak yaitu kemampuan interaksisosial anak dengan orang lain. Lalu Harris 1992 menjelaskan bahasa adalah pemikiran
yang terjadi melalui situasi dimana anak didorong untuk meniru ucapan orang lain
dan mengembangkan hubungan antara rangsangan lisan kata-kata dan benda.
Sedangkan menurut Bruner 1990 menjelaskan bahwa peran utama interaksi sosial dalam perkembangan bahasa adalah berdasarkan pada pengamatan
bahwa anak memperoleh pemahaman akan fungsi atau keinginan komunikatif tertentu sebelum mereka mampu mengekspresikan diri sendiri secara linguistik.
Menurut Weinreich 1970 menjelaskan bahwa kontak bahasa akan terjadi bila dua bahasa yang digunakan secara bergantian dalam komunikasi anak. Sehingga
adanya pemahaman anak saat berinteraksi dengan orang lain. Sehingga ketika anak merespon pertanyaan anak akan mudah memahaminya dan secara aktif akan
menjawab pertanyaan guru. Pada wilayah kemampuan kosakata anak ini pada TK A anak usia 3-4
tahun kemampuan kosakatanya tidak sama dengan anak TK B. Anak TK B sudah banyak menguasai kosakata sehingga anak mudah dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Pada TK A Sidoluhur ini pertanyan-pertanyaan guru kepada anak lebih meliputi tentang hafalan atau pengulangan pada pembelajaran
yang sebelumnya sehingga anak akan mengingat kembali. Pada anak TK A ini anak sudah bisa meningkatkan pembendaharaan kosakatanya dengan baik. Anak
sudah mengerti beberapa perintah guru seperti “mainnya tidak naik meja ya” lalu anak akan turun dari meja dan main dibawah. Wilayah kemampuan anak gugus
34
sidoluhur tidak semua anak bisa menguasai kosakata namun sebagian besar anak TK A sidoluhur sudah bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang lain.
Guru di gugus sidoluhur banyak yang mendekati anak, sehingga anak selalu senang saat pembelajaran.Ada 7 anak yang kurang tertarik pada
pembelajaran karena hilang konsentrasi saat pembelajaran berlangsung. Namun hal itu masih bisa di tangani oleh guru sendiri. Kosakata yang anak miliki juga
sudah banyak sehingga anak mudah diajak untuk berinteraksi oleh guru saat di sekolah. Pada wilayah kosakata ini anak berbeda-beda dalam ketepatan
pengucapan kosakatanya. Anak belum bisa membedakan arti dari bunyi kosakata yang anak ucapkan.Sehingga masih perlu adanya bantuan guru dalam penguasaan
kosakata anak usia dini.
2. Kerangka Pikir