11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Matematika dan Matematika Sekolah
Pengertian tentang Matematika cukup banyak dan beragam. Lunchins dan Lunchins dalam Suherman 2003:15 mengungkapkan bahwa pengertian tentang
matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada kapan pertanyaan itu dijawab, di mana dijawab, dan apa saja yang dipandang termasuk dalam
matematika. Berbagai pendapat tentang pengertian matematika didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang berbeda. Fowler dalam
Suyitno 2004:51 menyebutkan “Mathematics is the abstract sciense of space and number.” Menurut Soedjadi 2000:13, meskipun terdapat berbagai definisi
matematika yang tampak berlainan, tetapi dapat ditarik ciri-ciri yang sama yaitu: matematika memiliki objek kajian yang abstrak; matematika mendasarkan diri
pada kesepakatan-kesepakatan; matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif; matematika memiliki simbol yang kosong dari arti; matematika
memperhatikan semesta pembicaraan; dan matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi.
Matematika sekolah adalah matematika yang yang diajarkan di jenjang persekolahan yaitu pendidikan dasar dan menengah Soedjadi 2000:37.
Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna
menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan, membentuk pribadi siswa, dan mengacu pada pengembangan iptek. Hal ini menunjukkan bahwa matematika
sekolah tetap mempertahankan ciri-ciri yang dimiliki oleh matematika itu sendiri. Menurut Soedjadi 2000:43-44, tujuan matematika sekolah secara umum
adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang serta untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Matematika sekolah ditujukan khusus agar peserta didik memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, dan peserta didik
memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Matematika sekolah memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan Suherman 2003:56. Ketiga fungsi tersebut menjadi
acuan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Peserta didik diberikan pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau
menyampaikan suatu informasi, misalnya melalui persamaan-persamaan maupun tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari
soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika. Pembelajaran matematika di sekolah bagi peserta didik merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman
suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian- pengertian itu. Sebagai ilmu pengetahuan, matematika selalu mencari kebenaran
dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima apabila ditemukan
kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah.
Matematika sekolah memiliki peranan sangat penting bagi peserta didik untuk bekal pengetahuan dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya.
Peserta didik memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Suherman
2003:68, matematika sekolah memiliki beberapa sifat atau karakteristik, yaitu berjenjang, mengikuti metode spiral konsep yang baru perlu memperhatikan
konsep yang telah dipelajari sebelumnya, menekankan pola pikir deduktif, dan menganut kebenaran konsistensi. Menurut Ebbut dan Strakker dalam Suyitno
2007:24, matematika yang diajarkan di sekolah-sekolah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1 Matematika yang diajarkan sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan. Sebagai implikasi, peserta didik perlu dilatih melakukan kegiatan penyelidikan
pola-pola untuk menentukan hubungan, percobaan serta membandingkan Peserta didik juga perlu dibantu dalam menemukan hubungan antara
pengertian yang satu dengan pengertian yang lain. 2 Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan
penemuan. Sebagai implikasi, peserta didik perlu didorong untuk berinisiatif dan diberi kesempatan untuk berpikir beda.
3 Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah. Sebagai implikasi, guru perlu menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang
timbulnya persoalan matematika, membantu peserta didik memecahkan
persoalan matematika dengan caranya sendiri, dan membantu peserta didik mengembangkan kompetensi dan keterampilannya untuk memecahkan
masalah. 4 Matematika sebagai alat komunikasi. Sebagai implikasi, guru perlu
mendorong peserta didik agar mengenal sifat matematika, membaca dan menulis matematika. Peserta didik juga perlu didorong agar menghargai
bahasa pokok dalam membicarakan matematika.
2.1.2 Pemecahan Masalah Matematika