Berdasarkan ilustrasi tersebut, Mankiw 2011:31 menyebut bahwa produsen dapat disebut efisien jika beroperasi pada di
sepanjang garis pp’. Adapun kondisi yang disebut inefisien terjadi baik di dalam batas
area garis, maupun di luar garis pp’.
b. Jenis Efisiensi
Coelli et al. 1996: 3 berpendapat bahwa efisiensi umumnya terbagi atas tiga jenis, efisiensi teknik, alokatif, serta produk dari
keduanya yaitu efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis dan alokatif memiliki sudut pandang mikro, sedangkan efisiensi ekonomis
memiliki jangkauan yang lebih luas. Pengukuran efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam
perubahan input menjadi output. Dengan demikian, kebijakan yang diambil umumnya hanya berupa kebijakan pengendalian dan alokasi
sumber daya yang optimal. Coelli et al. 1996: 3 juga menyatakan bahwa efisiensi pada
perusahaan terdiri dari dua komponen: 1 Efisiensi Teknik, menggambarkan kemampuan unit kegiatan
ekonomi untuk memperoleh output optimal dari kumpulan input tertentu, dan
2 Efisiensi Alokatif, menggambarkan kemampuan unit kegiatan ekonomi menggunakan input dengan proporsi maksimal, dengan
harga masing-masing.
Sependapat dengan Coelli et al., Saleh dalam Roni 2012: 15 juga menyatakan bahwa efisiensi ekonomi adalah hasil gabungan dari
efisiensi teknis dan efisiensi alokasi. Dimana, efisiensi teknis merupakan kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit ekonomi
untuk memproduksi sampai tingkat output maksimum dari jumlah input dan teknologi. Sedangkan efisiensi alokasi adalah kemampuan
dan kesediaan unit kegiatan ekonomi untuk beroperasi pada tingkat nilai produk marjinal sama dengan biaya marjinal.
c. Metode Pengukuran Kinerja dan Efisiensi Sektor Publik
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bahwa efisiensi ekonomi mencerminkan kinerja suatu unit kegiatan ekonomi. Jafarov dan
Gunnarsson 2008: 31 seiring dengan perkembangannya penggunaan ukuran efisiensi saat ini tidak hanya digunakan bagi perusahaan profit
saja, namun juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja pemerintah ataupun yang biasa disebut sektor publik, termasuk pendidikan di
dalamnya. Pengukuran efisiensi sektor publik, khususnya dalam pengeluaran
belanja pemerintah didefinisikan sebagai keadaan ketika tidak mungkin lagi realokasi sumber daya yang dilakukan mampu
meningatkan kesejahteraan
masyarakat. Efisiensi
pengeluaran pemerintah diartikan ketika, setiap rupiah yang pemerintah belanjakan
menghasilkan kesejahteraan masyarakat yang paling optimal.
Dalam penelitiannya, Jafarov dan Gunnarson 2008: 31 mengungkapkan bahwa dalam mengukur efisiensi sektor publik lebih
tepat melakukan pengukuran efisiensi teknis, dimana nilai efisiensi diukur dengan menggunakan sejumlah input yang digunakan untuk
menghasilkan output tertentu. Dalam pengukuran efisiensi sektor publik, efisiensi teknis dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni efisiensi
teknis biaya, efisiensi teknis sistem, dan efisiensi keseluruhan. Setidaknya terdapat tiga kegunaan mengukur efisiensi, Ikhwan
2004: 35, menyebutkan bahwa pengukuran efisiensi berguna sebagai tolak ukur memperoleh efisiensi relatif sehingga mempermudah
perbandingan antar unit ekonomi. Kegunaan lainnya adalah dapat digunakan untuk mengetahui variansi tingkat efisiensi, sehingga dapat
diidentifikasi faktor pengaruhnya. Selain itu, pengukuran efisiensi juga berguna untuk membantu pengambil kebijakan mengambil langkah
yang tepat. Mengingat pentingnya hal tersebut, telah banyak studi dan
penelitian yang melakukan pengukuran efisiensi suatu unit kegiatan ekonomi. Namun, selama ini penelitian umumnya menggunakan
analisis rasio dan regresi. Analisis rasio mengukur efisiensi dengan menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan.
Berbeda dengan analisis rasio, analisis regresi menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat
output tertentu. Meskipun demikian, kelemahan kedua metode ini adalah tidak dapat mengakomodir jumlah variabel output yang banyak.
Selain kedua metode tersebut, terdapat analisis lain untuk melakukan pengukuran efisiensi, yaitu menggunakan pendekatan
frontier. Pendekatan ini dibedakan menjadi pendekatan frontier parametrik dan frontier non parametrik. Fiorentino, et al. 2006: 4
menuliskan bahwa pendekatan parametrik dapat diukur dengan tes statistik parametrik seperti Stochastic Frontier Approach SFA dan
Distribution Free Approach DFA. Sedangkan pendekatan non parametrik dapat dengan menggunakan metode Data Envelopment
Analysis DEA. Tes statistik parametrik adalah tes yang mensyaratkan distribusi populasi penelitian harus normal. Berbeda halnya dengan
non parametrik yang tidak mensyaratkan distribusi khusus pada data.
3. Data Envelopment Analysis DEA