Hakikat Sepakbola Ukuran-Ukuran Tubuh atau Antropmetri pada Cabang Olahraga Sepakbola
74 didalamnya, seperti nilai kerjasama, toleransi, percaya diri,
memecahkan masalah, menghargai teman, meingkatkan keberanian serta dapat menimbulkan potensi skill atau keterampilan dalam
berolahraga, khususnya cabang olahraga sepakbola. B.
Penelitian yang Relavan
Penelitian relavan, yang berkaitan dengan judul yang akan diteliti yaitu “Ukuran-Ukuran Antropometri pada Atlet Anak Tunagrahita Ringan Cabang
Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola di SLB Negeri Pembina Yogyakarta” adalah penelitian Neni Trilusiana Rahamawati tahun 1996, penelitian yang
berjudul “Beberapa Ukuran Antropometri pada Atlet Sepakbola dan Bulutangkis di Yogyakart
a.” Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran antropometri dan somatotipe anatra atlet sepakbola
dan bultangkis di Yogyakarta. Subjek penelitian yang digunakan terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok atlet sepakbola dan kelompok atlet
bulutangkis, jenis kelamin laki-laki serta tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan
memilih atlet sepakbola yang berprestasi dari Klub PSIM Yogyakarta, dan atlet bulutangkis yang pernah juara dari klub Jaya Raya Yogyakarta, usia yang
diambil untuk penelitian antara 17-25 tahun seat tetap aktif melakukan latihan, dan diambil 20 atlet untuk tiap-tiap kelompok. data diambil dari setiap subjek
dengan terlebih dahulu mengisi kuesioner dengan wawancara terhadap subjek. Kemudian dilakukan pengukuran tubuh yang meliputi ukuran-ukuran
antropometri. Untuk penentuan somatotipe menggunakan rumus persamaan
75 somatotipe dari Carter. Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan pada rata-rata tinggi dan berat badan, lebar bicristal , lingkaran lengan atas dan lingkaran paha serta ketiga komponen somatotipe antara
kelompok atlet dan bulutangkis. Kemudian tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada lebar biacromial, lingkaran betis, panjang tungkai dan panjang
lengan anatara kelompok atlet sepakola dan bulutangkis. Serat somatotipe kelompok atlet sepakbola kurang endomorfik dan mesomorfik dibandingkan
dengan atlet bulutangkis. Sedangkan penelitian lain yang berkaitan mengenai ukuran
antropometri dan bentuk tubuh adalah Tri Astuti tahun 2013, penelitian yang berjudul “Identifikasi Status Gizi dan Bentuk Tubuh Somatotype Anak
Tunagarahita Siswa di SLB Tunas Bhakti Pleret Bantul Yogyakrata.” Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi status gizi dan somatotype anak
tunagrahita usia SDLB Di SLB Tunas Bhakti Pleret Bantul Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei yang
pengambilan datanya dengan pengukuran. Populasi penelitian ini adalah anak tunagrahita SDLB Di SLB Tunas Bhakti Pleret Bantul Yogyakarta. Teknik
sampling yang digunakan adalah Accidental sampling atau Teknik sampling sejumlah 25 anak tuna grahita yang datang pada saat pengukuran berlangsung.
Teknik pengambilan data dengan cara pengukuran, yang diukur adalah tinggi badan, berat badan, ketebalan lemak tubuh, lebar tulang, dan lingkar tubuh.
Analisis yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi anak tunagrahita SDLB di SLB Tunas Bhakti
76 Pleret Bantul Yogyakarta adalah sebagai berikut: status gizi anak Tunagrahita
dengan status gizi baik sebanyak 19 anak, status gizi anak tunagrahita dengan status gizi kurang sebanyak 5 anak dan status gizi anak Tungrahita dengan
status gizi buruk sebanyak 1 anak. Untuk penelitian somatotype menunjukan bahwa jumlah anak tunagrahita dengan kategori somatotype Ektomorfik
Mesomorfik sebanyak 4 orang anak tunagrahita, Endomorfik Mesomorf sebanyak 10 orang anak tunagrahita, Mesomorfik Ektomorf sebanyak 6 orang
anak tunagrahita, Mesomorf Endomorf sebanyak 2 orang anak tunagrahita, Tipe Central sebanyak 1 orang anak tunagrahita, Mesomorfik Endomorf
sebanyak 1 orang anak tunagrahita, dan Mesomorf Seimbang sebanyak 1 orang anak tunagrahita.