2. Tinjauan tentang Perizinan
a. Pengertian Perizinan
Di dalam kamus istilah hukum, izin vergunning dijelaskan sebagai perkenaan atau izin dari pemerintah yang disyaratkan untuk
perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama
sekali tidak dikehendaki. Ateng Syafrudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang
menjadi boleh. Sementara itu menurut Sjahran Basah, izin adalah perbuatan
hukum administrasi
negara bersegi
satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan Ridwan, 2003: 152. Utrecht Sutedi, 2011: 167 perizinan merupakan suatu
persetujuan yang diberikan oleh penguasa berdasarkan peraturan pemerintah atau undang-undang dalam keadaan tertentu. Perizinan juga
salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat mengendalikan yang dimiliki oleh pemerintah terhadap masyarakat atau
lembaga tertentu. Dengan memberikan izin, penguasa berarti memperkenankan orang yang memohon untuk melakukan suatu
tindakan yang sebenarnnya dilarang demi mementingkan kepentingan umum yang mengharuskan adanya pengawasan. Dengan mengeluarkan
atau memberikan izin tersebut sudah seharusnya pemerintah melakukan pengawasan terhadap hal terkait.
Penolakan dalam perizinan terjadi apabila kriteria yang telah ditetapkan oleh penguasa tidak dipenuhi. Dalam topik ini misalnya
larangan mendirikan suatu bangunan, untuk memperoleh izin tersebut sang pengusaha harus mengantongi persetujuan dari penguasa melalui
pemenuhan syarat-syarat. Dalam hal tertentu terkadang orang sulit membedakan antara izin dengan dispensasi, karena keduanya memiliki
pengertian yang hampir sama. Perbdaan keduanya dikemukakan oleh W.F Prins Sutedi, 2011: 168 pada izin memuat uraian yang terbatas
mengenai alasan-alasan penolakannya, sedangkan bebas syarat atau yang sering disebut dispensasi memuat uraian terbatas tentang hal yang
untuknya dapat diberikan dispensasi itu, tetapi perbedaannya tiddak selamanya jelas. Sebagai contoh Bouwvergunning atau izin bangunan
diberikan berdasarkan
Undang-Undang Gangguan
Hinder Ordonnantie tahun 1926 Staatsblad 1926-226 yang mana pada Pasal 1
ayat 1 ditetapkan secara terperinci objek-objek mana yang tidak boleh didirikan tanpa izin dari pihak pemerintah, yakni objek yang dapat
menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan-gangguan bagi bangunan sekelilingnya. Jadi maksud dari pasal ini adalah bahwa untuk
mendirikan sebuah bangunan harus ada izin terlebih dahulu dari pihak pemerintah, dengan adanya pasal ini dapat dicegah berdirinya bangunan
yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan bagi bangunan lain disekelilingnya.
b. Sifat Izin
Pada dasarnya izin merupakan keputusan pejabat atau badan tata usaha negara yang berwewenang, yang memiliki substansi seperti
berikut: a.
Izin bersifat bebas, adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang penerbitnya tidak terikat pada aturan atau hukum tertulis serta
lembaga terkait dalam izin tersebut memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan pengeluaran izin.
b. Izin bersifat terikat, izin sebagai keputusan tata usaha negara yang
penerbitnya terikat pada aturan atau hukum tertulis maupun tidak tertulis serta lembaga yang berwewenang dalam izin kadar
kebebasan dan wewenangnya tergantung pada kadar sejauh mana peraturan perundang-undangan mengaturnya. Sebagai contoh adalah
izin mendirikan bangunan IMB, izin usaha industri, dan lain-lain. c.
Izin yang bersifat memberatkan, merupakan izin yang isinya mengandung unsur memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan
yang berkaitan pada isi permohonan izin terkait. Di samping itu izin yang bersifat memberatkan biasanya merupakan izin yang memberi
dampak beban kepada orang lain atau masyarakat sekitar. Misalnya, pemberian izin pada pendiriaan hotel. Bagi mereka yang tinggal
disekitar hotel dan merasa dirugikan akan adanya izin tersebut merupakan suatu beban.