Implementasi Kebijakan Mengenai Perizinan Pembangunan Hotel di

sosialisasi mengenai regulasi terkait yang diberikan oleh pejabat Kantor Dinas Perizinan kepada beberapa perwakilan dari warga masyarakat seperti Camat, Lurah, RW atau RT yang dimaksudkan untuk disampaikan kepada warga masyarakatnya. Selain komunikasi sebagai sosialisasi, komunikasi dalam hal ini juga digunakan sebagai cara dalam pengambilan keputusan pengeluaran izin oleh Kantor Dinas Kota Yogyakarta, yakni komunikasi dalam hal musyawarah untuk mencapai mufakat. Yang dimaksud dalam hal ini adalah pembicaraan antara ketiga pihak yang bersangkutan yaitu Pejabat Kantor Dinas Perizinan, calon investor dan warga masyarakat setempat mengenai rencana proses pembangunan hotel terkait yang harus disepakati oleh pihak-pihak tersebut sesuai dengan apa yang ada dalam peraturan perundang-undangan. Berdasarkan keterangan dari warga masyarakat, pemerintah memang selalu mengajak para warga untuk berdiskusi terkait pengambilan keputusan pengeluaran izin pembangunan hotel, namun pemerintah hanya meminta beberapa perwakilan saja, sehingga tidak semua warga tau tentang hal-hal tersebut. Sehingga banyak warga yang protes mengenai dampak negatif oleh pembangunan hotel yang tidak mereka ketahui, disitu warga sering merasa dirugikan. Berdasarkan pemaparan keterangan narasumber diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang ada antara pemerintah dan warga masyarakat kurang begitu baik. Hal tersebut menyebabkan persepsi buruk warga masyarakat terhadap pemerintah daerah, dimana masyarakat menilai hal tersebut hanya menguntungkan pihak pemerintah dan investor selaku pelaksana. 2. Sumber Daya Keberhasilan implementasi kebijakan selain ditentukan oleh kejelasan informasi juga ditentukan oleh sumber daya yang dimiliki oleh implementor. Tanpa sumber daya yang memadai, tentu implementasi kebijakan tidak akan berjalan secara optimal. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia yakni kompetensi implementor dan sumber daya finansial. Tanpa sumber daya, maka kebijakan hanya akan menjadi sekedar angan-angan ataupun dokumen semata. Sumber daya yang dimiliki oleh Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta terdiri dari Kepala Dinas, Sekretaris, Kelompok Jabatan Fungsional, Kepala Sub Bagian, Kepala Bidang, Kepala Seksi, Staf dan Naban. Kompetisi yang dimiliki sudah cukup baik, latar belakang pendidikan para pegawai yaitu S2, S1, D3 dan lulusan SLTA. Latar belakang pendidikan yang baik tersebut diharapkan sejalan dengan kinerja dan pelayanan yang baik pula guna diberikan kepada masyarakat. Kepala Bagian Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa jumlah pegawai yang ada sangat memadai untuk pelaksanaan proses kegiatan yang ada. Sumber daya manusia tidak lagi menjadi hambatan Kantor Dinas Perizinan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain sumber daya manusia, faktor yang berpengaruh ialah sumber daya finansial. Kepala Bagian Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa sumber daya finansial sudah cukup baik untuk proses kegiatan di Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, dikarenakan dana sebagai penopang pelayanan terhadap masyarakat sudah dianggarkan. Dengan tercukupinya kedua sumber daya tersebut diharapkan dinas terkait dapat melayani kebutuhan masyarakat dengan baik pula. Menurut salah satu warga selaku pemohon pengajuan izin, beliau menyatakan bahwa pegawai di Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sudah cukup, hal ini dibuktikan ketika beliau melakukan proses pendaftaran izin diberikan pelayanan yang cukup baik dan terarah, pegawai-pegawai di Kantor Dinas Perizinan juga memberikan pelayanan yang cukup baik sehingga sangat membantu proses pendaftaran izin tersebut, selain itu kepuasan warga masyarakatpun diiringi dengan adanya fasilitas cukup memadai yang diberikan oleh Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sehingga warga masyarakat merasa mudah dan nyaman dalam melakukan proses pendaftaran izin. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber daya yang dimiliki oleh Kantor Dinas Perizinan sudah sangat memadai dan sudah memberikan pelayanan dan fasilitas terbaik untuk membantu warga masyarakat Kota Yogyakarta dalam melakukan proses pendaftaran izin. 3. Sikap Para Pelaksana Menyangkut watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis, dsb. Hal ini merupakan salah satu variabel penting dalam implementasi kebijakan. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik sebagaimana yang diharapkan oleh pembuat kebijakan. Dengan kata lain, pada tahap ini komitmen dan kejujuran dari implementor sangat dibutuhkan. Kepala Bagian Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa pegawai Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta berusaha untuk selalu menerapkan nilai kejujuran dalam melaksanakan tugas terutama dalam memilah dan memilih permohonan izin yang akan dikabulkan. Komitmen selalu dijunjung tinggi dan menjadi dasar pelaksanaan pelayanan, sehingga pelayanan yang diberikan berjalan dengan baik. Meskipun dalam pelaksanaannya sering mendapat keluhan dari masyarakat terkait dampak-dampak pengeluaran izin tersebut, pegawai Kantor Dinas Perizinan Kota Yoyakarta selaku pelaksana kebijakan selalu menerima dan menimbang serta meninjak lanjuti keluhan dari masyarakat-masyarakat untuk diperbaiki dan menjadikan kinerja yang lebih baik sehingga menghasilkan sesuatu yang baik pula untuk masyarakat Kota Yogyakarta. Hal senada diungkapkan oleh salah satu pemohon yang sedang melakukan proses pendaftaran izin, beliau merasa para petugas yang ada di Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta telah melaksanakan tugasnya dengan jujur dan berkomitmen. Hal tersebut dilandasi dengan belum dikeluarkannya surat izin membagun hotel dikarenakan beliau belum memenuhi beberapa syarat yang sudah ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan, padahal beliau sudah mengajukan pendaftaran Izin Mendirikan Bangunan IMB hotel sejak bulan November Tahun 2013. Beliau menggungkapkan bahwa pemerintah akan memproses izin tersebut ketika beliau sudah melaksanakan dengan benar persyaratan yang ada. 4. Struktur Birokrasi Birokrasi merupakan struktur organisasi yang bertugas untuk menerapkan kebijakan, dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Untuk mendukung keberhasilan impementasi kebijakan diperlukan sebuah prosedur operasional yang standar Standart Operational Procedures atau SOP. SOP diperlukan sebagai pedoman operasional bagi setiap implementor kebijakan. Selain itu struktur organisasi birokrasi juga harus dirancang sedemikian rupa untuk menghindari prosedur yang terlalu panjang dan rumit. Penerapan struktur birokrasi di Kantor Dinas Perizinan secara umum sudah baik dan teratur sehingga mempermudah masyarakat dalam menyelesaikan urusan perizinan. Jadi Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sudah menerapkan SOP dengan baik dan harus dipertahankan dalam pelaksanaannya, hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dan tertuang dalam bagan struktur organisasi brosur Profil Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Keberhasilan pemerintah daerah dalam menerapkan kebijakan daerah dapat dilihat dari kualitas pelayanan publik beserta hasil nyata dari kinerja para pejabat Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta terutama pada lingkup perizinan. Menurut Utrecht Sutedi, 2011: 167 perizinan merupakan suatu persetujuan yang diberikan oleh penguasa berdasarkan peraturan pemerintah atau undang-undang dalam keadaan tertentu, dalam hal ini yang berwewenang atau berkuasa mengeluarkan izin ialah pihak Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Izin yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah terkait perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta memiliki 2 dua sifat, yaitu: a. Izin yang bersifat memberatkan, merupakan izin yang isinya mengandung unsur memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang berkaitan pada isi permohonan izin terkait. Di samping itu izin yang bersifat memberatkan biasanya merupakan izin yang memberi dampak beban kepada orang lain atau masyarakat sekitar. Misalnya, pemberian izin pada pendiriaan hotel. Bagi mereka yang tinggal disekitar hotel dan merasa dirugikan akan adanya izin tersebut merupakan suatu beban. Hal ini terbukti dengan adanya hasil wawancara terhadap dampak yang dirasakan oleh warga sekitar wilayah Prawirotaman 2 Kota Yogyakarta dimana warga merasakan kebisingan terkait dengan adanya acara-acara yang diadakan oleh pihak hotel Green Host pada waktu malam hari, warga merasa terganggu dengan acara tersebut sampai pada akhirnya suatu waktu hotel tersebut mengadakan acara opening Art Jogja yang dilaksanakan di roof top hotel tersebut dan beberapa warga mendatangi serta memprotes acara tersebut, sehingga dengan terpaksa pihak hotel menghentikan acara yang ada. Selain itu warga juga merasakan kesesakan jalan akibat lahan parkir hotel yang kurang memadai sehingga sangat mengganggu aktivitas para warga sekitar hotel. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Edo selaku warga yang bertempat tinggal di belakang Hotel Green Host Prawirotaman 2. b. Izin segera berakhir, merupakan izin yang menyangkut tindakan yang akan segera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif pendek, misalnya izin mendirikan bangunan IMB, yang hanya berlaku untuk mendirikan bangunan dan akan berakhir ketika bangunan selesai didirikan Sutedi, 2011 : 167. Masa berlaku sertifikat Izin Mendirikan Bangunan ialah 6 bulan. Jika dalam waktu 6 bulan sejak dikeluarkannya izin tersebut proses pembangunan tidak mulai dijalankan maka pemohon harus mengurus perpanjangan izin, namun ketika dalam masa perpanjangan belum juga berjalan maka pemerintah memberikan dua kali kesempatan dengan waktu masing- masing adalah 6 bulan. Bagi investor yang telah melakukan perpanjangan namun waktu tersebut tidak dimanfaatkan maka investor harus melakukan pendaftaran ulang terkait izin mendirikan bangunan. Jika dalam pelaksanaannya ternyata terdapat pelanggaran atau mengganggu kehidupan masyarakat maka pemerintah berhak untuk memberhentikan proses pembangunan hotel tersebut dengan langkah awal mengkaji dan meninjau kembali proses dan tempat hotel itu dibangun, hal tersebut dilaksanakan oleh badan pengawasan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Bagi hotel yang terbukti melanggar atau proses pembangunan tidak sesuai dengan sertifikat Izin Mendirikan Bangunan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah, maka pihak hotel harus membuat atau mengajukan lagi sertifikat Izin Mendirikan Bangunan yang baru. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya pengeluaran izin mendirikan bangunan baru yang ditujukan untuk PT MENDUT NUSANTARA HOTEL di jalan Pasar Kembang No 49 Yogyakarta yang bernomor 0470GT2013-380401 Tanggal 27 Mei 2013 dengan fungsi pembangunan hotel dan nomor 0631GT2014-501301 Tanggal 14 Agustus 2014 dengan fungsi ruang ATM. Dalam penerapannya hotel ini belum memulai pembangunan hotel sampai sekarang. Dalam hasil wawancara dengan Bapak Andy Prayuda selaku Human Resources Development HRD beliau mengungkapkan bahwa belum terlaksananya pembangunan tersebut diakibatkan konflik internal berkaitan dengan finansial oleh pemilik hotel dengan kontraktor pelaksana pembangunan hotel tersebut. Dan dalam waktu dekat ini pihak hotel akan segera mengurus permohonan izin mendirikan bangunan hotel lagi dikarenakan izin yang lama sudah melampaui batas waktu yang diberikan oleh pemerintah daerah. Permohonan izin dalam kenyataannya tidak selalu dikabulkan, penolakan dalam perizinan terjadi apabila kriteria yang telah ditetapkan oleh penguasa tidak dipenuhi, kriteria terkait perizinan pembangunaan hotel di Kota Yogyakarta termuat pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel. Implementasi kebijakan tidak selalu berhasil dilaksanakan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tujuan dari kebijakan tidak selalu berjalan seperti yang dicita-citakan. Hal tersebut dikarenakan terdapat berbagai hambatan. Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Yogyakarta mengungkapkan hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan kebijakan perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta diantaranya adalah hambatan pada Pengaturan waktu. Dalam rangka memberikan pelayanan yang baik, salah satu perwujudannya ialah ketepatan waktu. Menurut Ibu Novi Setiani salah satu pemohon pengajuan izin pembangunan hotel di Kota Yogyakarta pelayanan dalam hal waktu tidak berjalan dengan baik karena menurut pengalaman beliau, beliau harus menunggu cukup lama untuk berkonsultasi dengan kepala bidang pelayanan dikarenakan pihak terkait sedang tidak berada di tempat sedangkan beliau sudah membuat janji pada beberapa hari sebelumnya. Perizinan tentu memiliki unsur atau elemen-elemen pokok dalam proses pelaksanaannya terkait dengan perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta, yakni sebagai berikut: a. Wewenang Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu prinsip negara hukum. Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah baik dalam menjalankan fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan harus berdasarkan undang- undang yang berlaku. Terkait dengan perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta pemerintah daerah terutama Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengacu pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel. Baik pemerintah daerah maupun investor harus menaati peraturan tersebut demi sukses berjalannya proses pengajuan sampai pengeluaran izin tersebut. Mulai dari proses pendaftaran hingga pengeluaran izin, pemerintah selalu menerapkan dengan baik apa yang tertera pada undang-undang yang berlaku. Mulai dari proses dan persyaratan semua harus sesuai. Ketika ada sedikit saja pelanggaran maka pengajuan perizinan tidak akan diproses, hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Setiyono selaku Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara bersama Bapak Septa selaku pemohon izin mendirikan bangunan hotel di Kota Yogyakarta, dimana belum dikeluarkannya surat izin membagun hotel dikarenakan beliau belum memenuhi beberapa syarat yang sudah ditentukan sesuai peraturan perundang- undangan, padahal beliau sudah mengajukan pendaftaran Izin Membangun Hotel IMB sejak bulan November Tahun 2013. Beliau menggungkapkan bahwa pemerintah akan memproses izin tersebut ketika beliau sudah melaksanakan dengan benar persyaratan yang ada. b. Izin Sebagai Bentuk Ketetapan Dalam negara hukum modern tugas dan kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan, tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum. Dalam melaksanakan tugas tersebut, pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan. Dari fungsi pengaturan muncul beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret, yaitu dalam bentuk ketetapan. Ketetapan ini merupakan ujung tombak dari instrumen hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu wujud dari ketetapan ini adalah izin. Izin merupakan jenis ketetapan yang bersifat konstitutif, yakni ketetapan yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya tidak tercantum dalam ketetapan itu. Dalam tahap pengeluaran izin, pemerintah selalu mengawasi berjalannya pembangunan hotel yang telah memiliki sertifikat Izin Mendirikan Bangunan IMB. Bahwa dalam pelaksanaannya pemerintah harus diyakinkan oleh para investor terkait proses pembangunan hotel tersebut. Meyakinkan pemerintah tidak hanya bermodalkan janji saja namun harus memberikan bukti berupa pemenuhan persyaratan terkait pembangunan hotel yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Lembaga Pemerintah Lembaga atau kelembagaan secara teoretis merupakan suatu rule of the game yang mengatur tindakan dan menentukan apakah suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif. Dengan demikian, tata kelembagaan dapat menjadi pendorong pencapaian keberhasilan sekaligus juga bila tidak tepat dalam menata, maka dapat menjadi penghambat tugas-tugas termasuk tugas menyelenggarakan perizinan. Lembaga pemerintah dalam kajian ini ialah struktur organisasi pada Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang terdiri dari Kepala Dinas, Sekretaris, Kelompok Jabatan Fungsional, Kepala Sub Bagian, Kepala Bidang, Kepala Seksi, Staf dan Naban. Pembagian struktur organisasi dengan pembagian tugas masing-masing jabatan tersebut berfungsi sebagai pendorong pencapaian keberhasilan dengan tujuan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat Kota Yogyakarta terutama pada bidang perizinan. d. Peristiwa Konkret Izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk ketetapan, yang digunakan pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkret dan individual. Peristiwa konkret artinya peristiwa nyata yang terjadi pada waktu tertentu, tempat tertentu dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa konkret ini beragam, sejalan dengan keragaman perkembangan masyarakat, izin pun memiliki berbagai keragaman. Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa izin dalam pembangunan hotel di Kota Yogyakarta ditetapkan atau dikeluarkan setelah pihak pemohon memenuhi persyaratan yang ada pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yakni Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel dan dari hasil putusan perizinan tersebut muncul hak serta kewajiban bagi pihak-pihak terkait baik dalam hal waktu, tempat serta pemanfaatannya. e. Proses dan Prosedur Permohonan izin harus menempuh proses dan prosedur yang sudah ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Selain itu pemohon juga harus memenuhi persyaratan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah selaku pemberi izin. Proses dan prosedur serta persyaratan pada setiap permohonan berbeda-beda tergantung jenis izinnya. Proses dan prosedur pengajuan izin mendirikan bangunan hotel bukanlah hal yang mudah. Pemohon harus melewati beberapa tahap yang telah ditetuntukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan, yakni pengisian formulir, pemenuhan persyaratan, tahap konsultasi oleh Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengenai rencana pembangunan, pengecekan lahan, persetujuan masyarakat setempat, perencanaan tata ruang, dan lain-lain, hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Pelayanan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sebagai pelaksana pelayanan pengajuan izin pembangunan hotel di Kota Yogyakarta. Secara lengkap proses dan prosedur pengajuan izin membangun hotel tersebut tertuang pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung, yakni: a. Pemohon mengajukan permohonan IMB secara tertulis kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dengan mengisi formulir permohonan yang telah disediakan dengan melampirkan syarat administrasi dan syarat teknis yang telah ditetapkan. b. Apabila persyaratan permohonan lengkap maka permohonan diterima dan didaftarkan, serta pemohon diberi bukti pendaftaran. c. Apabila persyaratan permohonan tidak lengkap maka permohonan tidak dapat didaftarkan dan pemohon diberi surat keterangan kekurangan persyaratan. d. Terhadap permohonan yang telah didaftar, selanjutnya dilakukan penelitian lapanganlokasi untuk mengetahui kebenaran persyaratan administrasi dan teknis serta kesesuaian antara rencana kegiatan membangun dengan persil dan dokumen rencana kota. e. Apabila berkas permohonan dan persyaratan dinyatakan lengkap dan benar, maka Walikota atau Pejabat yang ditunjuk wajib menerbitkan IMB. f. Apabila berkas permohonan dan persyaratan dinyatakan kurang lengkap dan tidak benar, maka Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dapat menolak permohonan IMB dengan disertai dengan alasan penolakan. f. Persyaratan Persyaratan merupakan hal yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh izin terkait permohonannya. Persyaratan tersebut berupa dokumen kelengkapan atau surat-surat. Persyaratan mengenai pembangunan hotel di Kota Yogyakarta tercantum pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel. Persyaratan tersebut berkaitan dengan syarat administratif dan syarat teknis, hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Persyaratan administrasi yang dimaksud telah tertuang pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung, yang terdiri dari : a. Formulir permohonan IMB yang diisi lengkap dan mencantumkan tanda tangan pemohon, diketahui oleh tetangga, Rukun Tetangga RT, Rukun Warga RW, Lurah dan Camat b. Fotocopy KTP pemohon dan atau pemilik bangunan yang masih berlaku c. Fotocopy sertifikat hak atas tanah atau surat bukti kepemilikan tanah lainnya yang sah d. Surat pernyataan bermaterai cukup bahwa tanah yang dimohonkan tidak dalam sengketa yang ditandatangani oleh pemohon, pemilik tanah dan calon pemilik bangunan. Sedangkan dalam persyaratan teknis yang harus dipenuhi ialah: a. Advice planning; b. Gambar rencana arsitektur atau teknis meliputi : 1 Gambar Tapak Bangunan site plan yang meliputi: letak bangunan, akses jalan, parkir, penghijauanRTH dan lain-lain; 2 Denah, Tampak Depan dan Tampak Samping; 3 Rencana Pondasi; 4 Rencana Atap; 5 Gambar Potongan; 6 Gambar Instalasi dan sanitasi; 7 Gambar Struktur meliputi gambar pondasi, kolom, balok, tangga, plat lantai, rangka atap baja; 8 Tanda tangan penanggung jawab gambar; 9 Gambar letak sistem deteksi dan proteksi kebakaran yang disahkan oleh instansi teknis, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana. c. Terhadap ketinggian bangunan yang ketinggian melebihi ketentuan dalam dokumen Perencanaan Kota pada kawasan intensitas tinggi harus mendapatkan rekomendasi ketinggian bangunan; d. Terhadap bangunan cagar budaya, bangunan yang berada di kawasan cagar budaya dan bangunan yang berada pada garis sempadan sungai memerlukan rekomendasisurat keterangan dari instansi teknis yang berwenang. e. Kajian Lingkungan Hidup sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. f. Terhadap permohonan IMB menara telekomunikasi harus dilengkapi: 1 Berita Acara hasil sosialisasi dan daftar hadir dari warga sekurang-kurangnya dalam radius satu setengah tinggi menara dan diketahui Lurah dan Camat setempat. 2 Asuransi keselamatan bagi warga sekitar dalam radius tersebut. g. Waktu Penyelesaian Izin Waktu penyelesaian izin harus ditentukan oleh lembaga yang bersangkutan. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan. Dimensi waktu selalu melekat pada proses perizinan karena adanya tata cara dan prosedur yang harus ditempuh seseorang dalam mengurus perizinan tersebut. Menurut Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yoagyakarta, Pemerintah Daerah khususnya Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta menetapkan waktu penyelesaian izin dalam hal izin mendirikan bangunan dalam 3 bagian yakni: a. Bangunan sederhana: 21 hari b. Bangunan tidak pakai hitungan konstruksi: 25 hari c. Bangunan pakai hitungan konstruksi: 28 hari Pembangunan hotel merupakan bangunan pakai hitungan konstruksi, maka proses penyelesaian izin memerlukan waktu 28 hari. Perhitungan proses tersebut dimulai sejak terpenuhinya syarat-syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pemohon sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. h. Biaya Perizinan Biaya pelayanan perizinan terrmasuk rinciannya sudah ditetapkan dalam proses pemberian izin yang meliputi rincian untuk tindakan penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan pengajuan. Rincian tersebut sudah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Menurut Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, biaya perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta mengacu pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 3 Tahun 2013 tentang restribusi bangunan tertentu. Secara lengkap dipaparkan pada peraturan tersebut, yakni: Penetapan struktur dan besaran retribusi IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 dengan menggunakan : Rumus perhitungan retribusi yang diatur sebagai berikut: 1. Retribusi pembangunan bangunan gedung baruperluasan bangunan : L x It x 1,00 x HSbg 2. Retribusi rehabilitasirenovasi bangunan gedung : L x It x Tk x HSbg 3. Retribusi prasarana bangunan gedung baru : V x I x 1,00 x HSpbg 4. Restribusi rehabilitasirenovasi prasarana bangunan gedung : V x I x Tk x HSpbg Keterangan : L = luas lantai bangunan gedung. V = Volumebesaran dalam satuan m2, m’, unit. I = Indeks. It = Indeks terintegrasi. It = If x Ik x Iwp Ik = Σ Ipk x Bobot If = Indeks fungsi Ik = Indeks Klasifikasi Ipk = Indeks parameter klasifikasi Iwp = Indeks waktu penggunaan Tk = Tingkat kerusakan. 0,45 untuk tingkat kerusakan sedang. 0,65 untuk tingkat kerusakan berat. HSbg = Harga satuan retribusi bangunan gedung. HSpbg = Harga satuan retribusi prasarana bangunan gedung. i. Pengawasan Penyelenggaraan Izin Dalam hal ini pengawasan harus dilakukan karena kinerja pelayanan perizinan yang dilaksanakan oleh pemerintah dituntut untuk lebih baik. Pelayanan perizinan yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah digerakkan oleh peraturan dan anggaran bukan digerakkan oleh misi. Hal tersebut berdampak pada pelayanan yang menjadi kaku, tidak kreatif dan tidak inovatif, sehingga tidak dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat yang selalu berkembang. Juga disebabkan oleh budaya aparatur dan penguasa yang kurang disiplin serta sering melanggar peraturan. Adanya pembuatan metode atau sistem pelayanan perizinan terkadang tidak dapat mengatasi dampak atau masalah, sehingga dari hari ke hari keluhan dari masyarakat bukan menjadi berkurang tetapi malah bertambah. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sudah menyiapkan badan pengawasan yang bertugas mengawasi proses pembangunan hotel di Kota Yogyakarta. Pengawasan dilaksanakan setelah dikeluarkannya Izin Mendirikan Bangunan IMB. Pengawasan tersebut meliputi pengawasan tata ruang, waktu pembangunan, kesesuaian pelaksanaan pembangunan dengan IMB, kajian lalu lintas, kajian lingkungan, dan lain-lain. Beberapa hal terkait dengan pengawasan tersebut tertuang pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung yang meliputi: 1 Pengawasan terhadap pelaksanaan mendirikan bangunan gedung dilakukan oleh SKPD yang menerbitkan IMB dapat berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya. 2 Pengawasan pelaksanaan mendirikan bangunan gedung meliputi pemeriksaan kesesuaian fungsi, persyaratan tata bangunan dan lingkungannya, keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan terhadap IMB yang telah diterbitkan. 3 Dalam melakukan pengawasan, petugas dari instansi sebagaimana dimaksud adalah Berwenang: a. Memasuki dan memeriksa lokasi kegiatan pelaksanaan mendirikan bangunan; dan b. Memerintahkan kepada pelaksana danatau pemilik bangunan untuk mengubah, memperbaiki, membongkar atau menghentikan sementara kegiatan mendirikan bangunan apabila pelaksanaannya tidak sesuai dengan IMB. 4 Apabila dipandang perlu petugas dapat meminta agar IMB beserta lampirannya diperlihatkan. 5 Petugas dalam melaksanakan pengawasan pelaksanaan mendirikan bangunan harus membawa: a. Surat Tugas; dan b. Kartu tanda pengenal Namun dalam pelaksanaan pengawasan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta terkesan belum maksimal. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa keluhan dari masyarakat sekitar berkaitan dengan dampak negatif pembangunan hotel seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nugroho terkait dampak negatif yang dirasakan oleh warga Kampung Miliran Yogyakarta, warga masyarakat mengalami kekeringan dan sumur merek menjadi asat akibat pembangunan Fave Hotel diwilayah tempat mereka tinggal. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa proses pengawasan terhadap pembangunan tersebut belum berjalan dengan maksimal, sehingga masih menimbulkan dampak kerugian yang dirasakan oleh warga masyarakat Kota Yogyakarta. j. Penyelesaian Pengaduan dan Sengketa Setiap pimpinan unit penyelenggara pelayanan perizinan wajib menyelesaikan setiap pengaduan masyarakat mengenai ketidakpuasan dalam pemberian pelayanan izin sesuai wewenang. Untuk menampung pengaduan masyarakat tersebut unit pelayanan perizinan harus menyediakan sarana pengaduan dalam menyelesaikan pengaduan masyarakat tersebut. Mekanisme pengaduan merupakan mekanisme yang dapat ditempuh oleh pemohon izin atau pihak-pihak yang dirugikan akibat dikeluarkannya izin. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk memperbaiki kualitas pelayanan secara terus- menerus. Apabila dalam penyelesaian pengaduan tersebut oleh pemohon atau pihak yang dirugikan akibat pengeluaran izin, maka dapat melakukan penyelesaian melalui jalur hukum, yakni melalui mediasi, ombusman, atau ke pengadilan untuk menyelesaikan sengketa hukum perizinan tersebut. Kantor Dinas Perizinan menyediakan layanan pengaduan melalui surat, telepon, email, atau bisa datang langsung kebagian Bidang Pengawasan Kantor Dinas Perizinan. Setelah aduan diterima, pemerintah segera melakukan pengecekan terkait dengan pengaduan tersebut apakah sesuai kenyataan atau tidak. Kegiatan pengecekan tersebut dilaksanakan oleh bidang pengaduan dan bidang pengawasan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Nugroho warga Kampung Miliran Kota Yogyakarta, beliau mengungkapkan bahwa: “Sumur-sumur warga mengalami kekeringan sejak didirikannya Fave Hotel. Warga masyarakat banyak yang mengeluhkan hal tersebut, bukan hanya saya saja. Warga akhirnya sepakat untuk memprotes pihak Fave Hotel namun tidak ada respon dari pihak hotel tersebut. Akhirnya saya bersama beberapa warga sebagai perwakilan memutuskan untuk berangkat ke Kantor Dinas Perizinan bermaksud untuk memprotes hal tersebut pada pemerintah, akhirnya beberapa hari kemudian pemerintah bersama Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta mendatangi Fave Hotel guna meninjau langsung keluhan masyarakat. Ironisnya pemerintah Kota Yogyakarta melalui Badan Lingkungan Hidup malah beragumen membenarkan operasional hotel karena dinilai sudah tepat mengambil sumber air dalam yang tidak akan menganggu air sumber air dangkal masyarakat. Padahal jelas-jelas sumur warga terdampak menjadi kering.” Dari pemaparan di atas, hal-hal terkait manimbulkan persepsi buruk dari warga masyarakat terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta yang terkesan kurang memperdulikan kesejahteraan dana kenyamanan kehidupan warga masyarakatnya. k. Sanksi Sebagai produk kebijakan publik, peraturan perizinan di Indonesia perlu memperhatikan materi sanksi yang harus dijalani akibat penyalahgunaan atau pelaksanaan yang tidak sesuai dengan kaidah. Terkait penyalahgunaan perizinan pembangunan hotel terdapat beberapa sanksi yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung, yakni: 1 Pemilik danatau pengguna yang melanggar Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administratif sebagai berikut : a. peringatan tertulis; b. pembatasan kegiatan pembangunan; c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan; d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung; e. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung; f. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung; g. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; h. pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; atau i. perintah pembongkaran bangunan gedung. 2 Mekanisme dan tata cara penjatuhan sanksi administratif diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. l. Hak dan Kewajiban Hak dan kewajiban antara pemohon izin dan instansi pemberi izin harus tertuang dalam peraturan perizinan di Indonesia. Tertulis dengan jelas dan memuat hal pokok mengenai keseimbangan antara pihak serta wajib dipenuhi oleh para pihak Sutedi, 2011: 192-193. Sehubungan dengan elemen perizinan, dikabulkannya permohonan pengajuan izin memiliki 2 dua fungsi, yaitu fungsi sebagai penertib dan pengatur. Sebagai fungsi penertib dimaksudkan agar izin pada pembangunan tempat usaha atau dalam dalam topik ini adalah pembangunan hotel, sehingga kegiatan pembangunan tersebut berjalan secara baik sesuai dengan ketentuan dan tidak menganggu kegiatan atau kehidupan bermasyarakat di wilayah sekitarnya. Sedangkan dalam fungsi mengatur dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya sehingga tidak terdapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan, dengan kata lain fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah. Fungsi dari izin bangunan ini dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu: a. Segi Teknis Perkotaan Pemberian izin mendirikan bangunan sangat penting bagi pemerintah guna mengatur, menetapkan, dan merencanakan pembangunan gedung di wilayah sesuai dengan potensial dan prioritas kota. Untuk mendapatkan pola pembangunan gedung di daerah kota tersebut, pelaksanaan pembangunan diwajibkan memiliki izin mendirikan bangunan dan pembangunannya sesuai dengan yang disetujui oleh dinas perizinan yang berlandaskan peraturan yang berlaku. Terkait fungsi dari segi teknis perkotaan, Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengacu pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung sebagai pokok syarat pengeluaran izin mendiirkan bangunan di Kota Yogyakarta. Semua investor yang mendaftar harus menaati peraturan di dalam undang-undang tersebut sebagai prosedur dan syarat dikeluarkannya izin mendirikan bangunan. b. Segi Kepastian Hukum Izin mendirikan bangunan sangat penting artinya sebagai pengawasan dan pengendalian bagi pemerintah dalam hal pembangunan. Bagi masyarakat pentingnya izin mendirikan bangunan ini adalah untuk mendapatkan kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban akibat pembangunan tersebut, sehingga tidak adanya gangguan atau hal-hal yang merugikan pihak lain dan akan memungkinkan untuk mendapatkan keamanan serta ketentraman didalam pelaksanaan usaha atau pekerjaan. Sedangkan untuk pemilik bangunan ialah sebagai sarana atau bukti kepemilikan bangunan yang sah Sutedi, 2011 : 193. Dalam mengatur dan mengendalikan tata ruang Kota Yogyakarta pemerintah Kota Yogyakarta mengeluarkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel, sehingga pemerintah dapat mengendalikan pembangunan hotel yang semakin marak ini. Sedangkan untuk menjamin hak dan perlindungan terhadap masyarakat Kota Yogyakarta pemerintah mengeluarkan izin terkait hotel dengan prosedur dan syarat yang melibatkan persetujuan masyarakat setempat untuk memutuskan dikeluarkan atau tidaknya izin mendirikan bangunan tersebut.

D. Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Pembangunan Hotel di Kota

Yogyakarta Pembangunan merupakan suatu keniscayaan untuk menuju kemajuan bangsa. Namun pada sisi lain, pembangunan dapat menimbulkan konsekuensi terhadap lingkungan seperti kerusakan dan pencemaran, apalagi dilakukan tanpa perencanaan yang baik. Pada dasarnya, pembangunan dan lingkungan hidup merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan sebagaimana halnya dua sisi mata uang yang mempunyai nilai sama, karena sama-sama mendukung eksistensi manusia di bumi ini. Untuk itu, pembangunan dan lingkungan hidup harus berjalan secara serasi dan harmonis sehingga tujuan dan manfaat pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh manusia Andy hamzah, 2005 : 1. Pembangunan terjadi di banyak sektor, dan salah satunya adalah di sektor pariwisata. Hotel merupakan salah satu bentuk dari pembangunan di sektor pariwisata. Namun, apabila suatu pelaku usaha akan mendirikan hotel harus memiliki izin, yang salah satunya adalah izin lingkungan yaitu izin bagi kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin usaha dan atau kegiatan. Saat ini perkembangan pembangunan di Kota Yogyakarta berlangsung sangat cepat, banyak muncul bangunan-bangunan baru di wilayah Kota Yogyakarta, termasuk pembangunan hotel-hotel baru. Adanya pembangunan hotel bisa mengubah perilaku warga masyarakat, oleh karena itu pembangunan hotel juga harus memperhatikan kawasan yang ada. Keberadaan hotel di Kota Yogyakarta menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif sebagai berikut: a. Dampak positif 1 Adanya pembangunan hotel meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD yang berupa pajak, retribusi ataupun pungutan-pungutan lain. 2 Keberadaan hotel dapat menambah lapangan pekerjaan. 3 Keberadaan hotel mendukung pembangunan Kota Yogyakarta sebagai kota pariwisata, karena hotel merupakan salah satu pilar pengembangan pariwisata. 4 Pertumbuhan jumlah hotel dapat meningkatkan kegiatan ekonomik b. Dampak negatif Terlepas dari adanya dampak positif, pembangunan hotel juga menimbulkan dampak negatif. Secara fisik, pembangunan hotel yang cukup besar dan dengan ketinggian tertentu pasti akan menggunakan fondasi dan basement yang berdampak pada terpotongnya suplay air tanah ke permukaan. Usaha perhotelan juga menarik wisatawan untuk berkunjung. Karena sebagian wisatawan menggunakan kendaraan roda empat, dan kurangnya lahan parkir hotel maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan arus lalu lintas, dan semakin banyak terjadi polusi udara. Di samping itu, aktivitas perhotelan selalu menggunakan cadangan air tanah pada cekungan air tanah yang berada di lokasi hotel tersebut. Dalam hal ini, hotel tentu saja mengambil cadangan air tanah yang juga menjadi hak masyarakat setempat. Selain dampak negatif tersebut di atas, aktivitas hotel tentu saja menghasilkan limbah, baik limbah padat, cair, maupun gas. Limbah padat merupakan limbah yang berwujud padat, bersifat kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya, misalnya sisa makanan, sayuran, sobekan kertas, sampah, plastik dan logam. Limbah cair merupakan limbah yang berwujud cair, terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam, misalnya limbah cuci piring, septi tank, limbah mandi, dan limbah laundry. Limbah gas merupakan zat buangan yang berwujud gas dan dapat dilihat dalam bentuk asap, misalnya pipa pembuangan asap hotel, dan sebagainya. Selama beberapa tahun terakhir, keberadaan hotel di Kota Yogyakarta memang menimbulkan dilema yang tak mudah diselesaikan. Di satu sisi, perekonomian Yogyakarta, bahkan DIY sebagai provinsi, kian ditopang oleh