74
1. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran
Dalam penelitian ini materi yang digunakan adalah materi trigonometri dengan KD 3.9 dan KD 4.9. Materi ini diajarkan di kelas eksperimen dengan
menggunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pendekatan saintifik.
Deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.
a. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen dengan Pendekatan
Saintifik dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray TS-TS
Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen X IPS 1 menggunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS. Sebelum
dilaksanakan pembelajaran siswa terlebih dahulu diberi tes pretest untuk mengukur kemampuan awal komunikasi matematis siswa dan diberi angket untuk
mengukur minat awal belajar siswa. Empat pertemuan digunakan untuk mempelajari materi trigonometri KD 3.9 dan KD 4.9 dan proses pembelajaran
dilakukan berdasarkan RPP. Setelah dilakukan pembelajaran siswa diberi tes posttest untuk mengukur kemampuan akhir komunikasi matemattis siswa dan
angket untuk mengukur minat belajar siswa. Proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti dengan mengacu pada RPP
yang telah dibuat sebelumnya. Secara keseluruhan, kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti.
Keterlaksanaan pembelajaran kelas eksperimen dapat dilihat pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pada lampiran 3.3 sd 3.6. Persentase
keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik model pembelajaran
75
kooperatif tipe TS-TS termasuk dalam kategori baik karena telah mencapai 88. Rekap penlilaian keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 3.1.
Pembelajaran diawali dengan memberikan apersepsi berupa materi prasyarat apa yang harus dikuasai siswa sebelum mempelajari materi trigonometri.
Kemudian peneliti menginformasikan tujuan pembelajaran dan motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi trigonometri melalui beberapa contoh dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran TS-TS siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, 8 kelompok beranggotakan 4 siswa dengan kemampuan
beragam. Pembagian siswa kedalam kelompok belajar didasarkan pada nilai yang diperoleh siswa dari ulangan harian sebelumnya atau dapat juga dari nilai kuis
yang diperoleh dari pertemuan sebelumnya. Pada tahap berikutnya, siswa diberi LKS untuk dipelajari secara kelompok
selama 20-25 menit. Pada saat diminta untuk mempelajari materi secara berkelompok, beberapa siswa lebih memilih untuk mengobrol dengan anggota
kelompok yang lain. Namun, dengan penjelasan yang diberikan peneliti akhirnya tumbuh kemauan dalam diri siswa untuk belajar.
Setelah mempelajari dan mengerjakan LKS bersama-sama di dalam kelompok sesuai dengan kemampuan mereka, dalam kelompok mereka berdiskusi
untuk mempelajari dan mengerjakan LKS. Peneliti mengawasi jalannya diskusi dan memberi bantuan jika ada siswa yang mengalami kesulitan. Ada 2 kegiatan
dalam LKS ini, yaitu Kegiatan I berisi soal dan langkah-langkah untuk menemukan konsep dan jika kegiatan I seluruh siswa sudah menuntaskannya,
baru diperbolehkan mengerjakan Kegiatan II berisikan soal-soal. Beberapa
76
kelompok bekerja secara aktif dan bekerja sama, tapi ada kelompok yang tidak berdiskusi melainkan mengerjakan LKS secara individu. Peneliti kemudian
memberikan penjelasan mengenai pentingnya berdiskusi dalam kelompok belajar, dan siswa mulai memperbaikinya.
Gambar 6. Siswa berdiskusi dengan kelompok asalnya
Setelah siswa selesai berdiskusi di dalam kelompok, kelompok awal yang terdiri dari 4 siswa tersebut kemudian dibagi menjadi 2 yaitu 2 orang yang akan
tetap tinggal di kelompoknya dan 2 orang yang akan mengunjungi kelompok lain. Dalam tahap ini, 2 orang yang tinggal di kelompok akan mengkomunikasikan
hasil diskusi dari kelompoknya kepada 2 orang yang berkunjung. Sedangkan 2 orang yang berkunjung akan mengasosiasi hasil dari diskusi kelompoknya dengan
hasil diskusi dari kelompok yang dikunjungi. Dengan adanya kegiatan ini maka siswa akan berlatih untuk berkomunikasi dengan siswa lain.
77
Gambar 7. Dua siswa tinggal, dua siswa berkunjung
Setelah 2 siswa berkunjung ke kelompok yang lain, mereka kembali ke kelompok asal dan mengkomunikasikan kembali hasil diskusinya ketika bertamu.
Begitu juga 2 orang yang tetap tinggal di kelompok juga mengkomunikasikan hasil diskusinya dengan 2 siswa yang bertamu di kelompok dan berdiskusi
kembali apabila ditemukan perbedaaan dalam pengerjaan LKS maka dalam kelompok didiskusikan kembali. Setelah siswa berdiskusi, beberapa siswa
mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi mereka di papan tulis yang kemudian dibahas bersama-sama. Pada tahap ini jika masih ada siswa yang
belum mengerti, peneliti akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kemudian siswa dibimbing oleh peneliti untuk menyimpulkan materi
yang telah dipelajari. Untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi yang baru saja dipelajari, siswa diberi kuis untuk dikerjakan secara individu.
78
Selama pembelajaran, siswa terlihat antusias dan aktif dalam setiap tahap yang dilakukan. Hal ini terlihat ketika siswa berdiskusi dalam kelompok untuk
menyelesaikan soal-soal pada LKS, ketika siswa berebut untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di papan tulis, dan ketika siswa bertanya kepada
peneliti saat menemukan kesulitan dalam mengerjakan soal. Dalam pembagian kelompok, ada kelompok yang tidak berdiskusi melainkan bekerja secara
individual hal itu dikarenakan siswa merasa tidak nyaman dalam kelompok tersebut. Namun, secara keseluruhan diskusi kelompok berjalan dengan baik dan
siswa berperan aktif. Adapun hambatan yang dialami ketika pembelajaran adalah manajemen waktu yang belum optimal. Hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan
yang ada, sehingga waktu yang dihabiskan untuk pelakssanaan pembelajaran sering melebihi waktu yang telah ditetapkan.
Gambar 8. Siswa mengerjakan soal posttest
79
b. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol dengan Pendekatan Saintifik