Lahirnya Pilkada Secara Langsung

38 memilih Kepala Daerah.Dalam pasal 62 dinyatakan bahwa “Ketentuan mengenai pilkada diatur dengan undang-undang”. 86 Pilkada secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan daerah yang demokratis berdasarkan pancasila dan UUD NRI 1945. Pilkada secara langsung muncul sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Kepastian pilkada secara langsung terdapat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pada bagian penjelasan angka 4 “Pemerintahan Daerah” yang berbunyi sebagai berikut : Undang-undang yang dimaksud dalam pasal tersebut mengacu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan pemilu.Undang-undang tersebut memberi pesan bahwa rakyat masih berperan dalam memilih Kepala Daerah di daerahnya.

2.2 Lahirnya Pilkada Secara Langsung

87 Hal ini juga terbukti dalam bagian kedelapan undang-undang tersebut, yakni dari pasal 56 hingga pasal 119. Pasal 56 ayat 1 menyatakan bahwa : “Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasrkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan “Kepala Daerah adalah Kepala Pemerintah Daerah yang dipilih secara demokratis.Pemilihan secara demokratis terhadap Kepala Daerah tersebut, dengan mengingati bahwa tugas dan wewenang DPRD menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang Susunan dan KedudukanMajelisPermusyawaratanRakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menyatakan antara lain bahwa DPRD tidak memiliki tugas dan wewenang untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka pemilihan secara demokratis dalam undang- undang ini dilakukan oleh rakyat secara langsung. 86 Pasal 62 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 87 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bagian Penjelasan Umum angka 4”Pemerintahan Daerah” 39 adil”. 88 Dijelaskan lagi dalam ayat 2 bahwa : “Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik”. 89 Pasal-pasal tersebut pada pokoknya mengatur tentang pilkada secara langsung. Pilkada secara langsung sesuai dengan undang-undang ini terlaksana pertama kali pada bulan Juni 2005 untuk Kepala Daerah yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2004 sampai dengan bulan Juni 2005. 90 Pada pelaksanaannya, pilkada secara langsung merupakan hasil dari proses pembelajaran demokrasi di Indonesia yang berlangsung sejak zaman kemerdekaan sampai pada saat ini. Dalam penerapannya, masih terdapat beberapa kekurangan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan terkait pilkada secara langsung yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.Kekurangan yang terdapat undang-undang tersebut yakni mengharuskan pasangan calon Kepala Daerah diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik.Hal ini menjadi masalah bagi calon Kepala Daerah yang bukan berasal dari partai politik. Atas dasar itu, seorang anggota DPRD Kabupaten Lombok bernama lalu Ranggalawe mengajukan permohonan kepada Mahkamah Konstitusi untuk melakukan uji materiil pasal 56, 59 dan 60 terkait persyaratan calon Kepala daerah melalui partai politik dari undang-undang tersebut. Pada akhirnya, keluarlah putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5PUU-V2007 yang menganulir pasal-pasal yang dimohonkan oleh pemohon tentang persyaratan calon Kepala 88 Pasal 56 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 89 Ibid, Pasal 56 ayat 2 90 Pilkada secara langsung dilaksanakan pada bulan Juni 2005 sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 233 ayat 1 menyatakan bahwa Kepala Daerah yang berakhir masa jabatannya pada tahun 2004 sampai bulan Juni 2005 diselenggarakan pilkada secara langsung sebagaimana maksud dalam undang-undang ini pada bulan Juni 2005. Dengan demikian pilkada secara langsung telah resmi diperkenalkan dalam menentukan calon Kepala Daerah. 40 daerah.Putusan Mahkamah Konstitusi ternyata membuka peluang bagi calon kepala daerah independen untuk maju dalam pilkada. 91 Pada kenyataannya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengalami perubahan pada beberapa pasal karena pada tahun 2008 undang-undang ini mengalami revisi dan digantikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Salah satu hal berbeda yang diatur dalam undang-undang tersebut ialah mengenai pilkada. Dalam undang-undang sebelumnya dinyatakan bahwa calon Kepala Daerah diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik, sedangkan dalam undang-undang ini tiap calon Kepala Daerah dapat mencalonkan diri secara perseorangan tanpa melalui partai politik. Syarat tambahan yang harus dipenuhi tiap-tiap calon perseorangan ialah dukungan tertulis dari masyarakat setempat serta fotokopi KTP. 92 Tiap tahun terdapat beberapa perkembangan undang-undang yang dibuat oleh DPR dan ditandai dengan munculnya undang-undang baru.Pada tahun 2007 lahirlah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan pemilu. 93 Dalam undang-undang ini, pilkada langsung mulai dimasukkan menjadi rezim pemilu.Masuknya pilkada langsung menjadi rezim pemilu memunculkan terminologi baru yakni Pemilukada. 94 91 Lihat lebih lanjut dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5PUU-V2007 pada hal. 61 92 Ibid Lihat pasal dalam UU 12 tahun 2008 93 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan pemilu Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4721 94 Makna pemilukada dapat ditemui definisinya di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan pemilu pasal 1 angka 4. Pasal 1 angka 4 undang-undang tersebut memberikan makna pemilukada dan wakil kepala daerah adalah pemilu untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian, hal lain yang muncul ialah terkait penyelesaian perkara hasil pemilukada. Perkara hasil pilkada 41 langsung sebelum berlakunya undang-undang ini diselesaikan oleh Mahkamah Agung melalui Pengadilan Tinggi, namun seiring dengan masuknya pilkada langsung menjadi rezim pemilu maka penyelesaian perkara pemilukada dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Masuknya pilkada langsung menjadi rezim pemilu sejalan dengan pandangan salah satu hakim Mahkamah Konstitusi. Mengutip pendapat Laica Marzuki di dalam putusan MK Nomor 072-073PUU-II2004 95 Pilkada langsung sebenarnya merupakan alternatif untuk menjawab segala konflik dan buruknya pelaksanaan maupun hasil pilkada secara tidak langsung lewat DPRD dibawah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah.Pilkada langsung jadi kebutuhan mendesak guna mengoreksi sesegera mungkin segala kelemahan dalam pilkada secara tidak langsung yang dilaksanakan melalui DPRD. Pilkada secara langsung akan bermanfaat untuk menegakkan kedaulatan rakyat yang hilang sejak adanya pemilukada melalui yang menyatakan pemilukada secara langsung merupakan disamakan dengan pemilu, diantaranya sebagai berikut : “dari sudut pandang konstitusi, pemilukada secara langsung adalah pemilihan umum, sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 E ayat 2 UUD 1945. Tatkala pemilihan anggota DPRD tergolong pemilihan umum pemilu dalam makna general election menurut pasal 22E ayat 2 UUD NRI 1945, mengapa nian pemilukada langsung tidak termasukdalam pasal konstitusidimaksud ? haldimaksud harus diamati dari sudut penafsiran sejarah historische interpretatie. Pasal 22E ayat 2 UUD 1945 berlaku kalaperubahan ketiga 3, yang diputuskan dalam rapat paripurna MPR- RI ketujuh 7 pada tanggal 9 November 2001. Disisi lain, pasal 18 merupakan hasil amandemen yang kedua 2.Dikala itu, pemilukada langsung belum merupakan gagasan ide konstitusi dari pembuat perubahan konstitusi.Pembuat perubahan konstitusi belum merupakan idee drager ataspemilukadalangsung”. 95 Laica Marzuki dalam petikan putusan MK Nomor 072-073PUU-II2004, hal. 116 42 DPRD. Hal ini menciptakan keadaan demokrasi yang baik pada lingkungan pemerintahan governance maupun dalam lingkungan kemasyarakatan civil society karena redaulatan rakyat telah dikembalikan secara penuh. 96 Pilkada secara langsung memiliki sisi positif dibanding dengan sistem sebelumnya yakni melalui DPRD.Perubahan sistem ini berdampak langsung dalam perkembangan demokrasi di Indonesia. Menurut M.Ma’ruf selaku Menteri Dalam Negeri pada saat lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, ada beberapa pertimbangan penting penyelengaraan pemilukada secara langsung bagi perkembangan demokrasi di Indonesia diantaranya : 97 a. Pemilukada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, bahkan Kepala Desa selama ini telah dilakukan pemilihan secara langsung. b. Pemilukada secara langsung merupakan perwujudan konstitusi dan Undang-Undang dasar 1945, khususnya pada pasal 18 ayat 4. c. Pemilukada secara langsung dipandang sebagai sarana pembelajaran demokrasi politik bagi rakyat civil education. d. Pemilukada secara langsung merupakan sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah. e. Pemilukada secara langsung merupakan sarana penting bagi proses kaderisasi kepemimpinan nasional. Pilkada secara langsung oleh rakyat dapat dikatakan sebagai suatu proses demokrasi menuju ke arah yang lebih demokratis. Oleh karena itu, pilkada secara langsung harus menjamin terselenggaranya pemilihan yang berkualitas dan berjalan dengan baik. Pilkada secara langsung merupakan gagasan penting dalam menggabungkan kearifan lokal dalam masyarakat.Kehadiran pilkada secara langsung dipandang memiliki sejumlah keunggulan dibanding dengan sistem 96 Suharizal, Pemilukada: Regulasi, Dinamik, dan Konsep Mendatang,Jakarta: Raja Grafindo persada, 2011, hal.37 97 M. Ma’ruf dalam Syamsul Wahidin, Hukum Pemerintahan Daerah Mengawasi Pemilihan Umum Kepala Daerah , Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008 Hal.138 43 pemilihan melalui DPRD. Menurut AA GN Ari Dwipayana, setidaknya ada beberapa kondisi yang mendukung pemilukadaa dilakukan secara langsung. Pertama, pengaturan pemilukada langsung menawarkan sejumlah manfaat dan sekaligus harapan bagi pertumbuhan, pendalaman dan perluasan demokrasi lokal. Demokrasi langsung melalui pemilukada akan membuka ruang partisipasi yang luas bagi warga dalam proses demokrasi dalam menentukan pemimpin di tingkat lokal dibandingkan sistem demokrasi perwakilan yang lebih banyak meletakkan kuasa untuk menentukan rekrutmen calon di tangan segelintir orang di DPRD DPRD. 98 Kedua,dari sisi kompetisi politik, pilkada secara langsung memungkinkan munculnya persaingan menarik antar kandidat serta memungkinkan masing- masing kandidat untuk berkompetisi dalam ruang yang lebih terbuka jika dibandingkan sistem tertutup melalui DPRD. Pemilukada langsung juga akan memberikan sejumlah harapan pada upaya pengembalian kedaulatan rakyat kepada rakyat dan bukan kepada DPRD. 99 Ketiga, sistem pemilihan langsung akan memberi peluang bagi warga untuk menggunakan hak pilihnya untuk memilih tipe pemimpin yang terbaik tanpa ada intervensi dan tekanan. Setidaknya melalui konsep demokrasi langsung dalam pemilukada, tiap masyarakat lokal akan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh semacam pendidikan politik, kepemimpinan politik dan sekaligus mempunyai posisi yang setara untuk terlibat dalam pengambilan keputusan politik 98 AA GN Ari Dwipayana, Pilkada Langsung dan Otonomi Daerah, dimuat pada http: www.plod.ugm.ac.idmakalah. Diakses pada 8 januari 2015. 99 Ibid 44 sekaligus memberi legfitimasi politik kepada calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah. 100 Kelima, Kepala Daerah yang terpilih melalui pemilukada langsung akan memiliki legitimasi politik yang kuat sehingga akan terbangun perimbangan kekuatan check and balances di daerah antara Kepala Daerah dengan DPRD. Perimbangan kekuatan dalam menjalankan fungsi pemerintahan akan meminimalisasi penyalahgunaan kekuasaan. Keempat,pemilukada langsung memperbesar harapan untuk mendapatkan figur pemimpin yang aspiratif, kompeten, dan terbaik sesuai keinginan masyarakat. Dengan dilaksanakannya pemilukada secara langsung maka Kepala Daerah yang terpilih akan lebih peduli pada warga dibandingkan anggota DPRD yang memiliki peran penting saat pemilukada dijalankan secara tidak langsung. Dengan demikian pemilukada mempunyai sejumlah manfaat berkaitan dengan peningkatan kualitas tanggung jawab pemerintah daerah pada masyarakat yang pada akhirnya akan mendekatkan Kepala Daerah dengan masyarakat. 101 Pemilu di Indonesia sudah terlaksana sejak tahun 1955.Perkembangan pemilu di Indonesia sangat mempengaruhi pelaksanaan pemilukada di masing- masing daerah sejak berlakunya undang-undang terkait pemerintahan daerah.Pelaksanaan pemilukada juga tidak lepas dari peran pelaksana

2.3 Komisi Pemilihan Umum Daerah Dan Panitia Pengawas Sebagai

Dokumen yang terkait

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

2 84 93

Pemetaan Daerah Pemilihan

0 52 7

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Peranan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Dalam Lingkungan Wilayah Propinsi Aceh (Studi Kasus Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Periode 2007-2012)

2 58 135

Etnisitas Dan Pilihan Kepala Daerah (Suatu Studi Penelitian Kemenangan Pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

3 45 67

Perilaku Memilih Birokrat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

1 48 200

Pertanggungjawaban Kepala Daerah Sebagai Pelaksana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004

2 56 119

Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Untuk Meningkatkan artisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor Komisi Pemilihan umum Tapanuli Utara)

16 168 113

BAB II POLA PEMILIHANKEPALA DAERAH DI INDONESIA 2.1 Sejarah Pilkada di Indonesia - PenerapanElectronic Voting Sebagai Perwujudan Asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Indonesia

0 1 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PenerapanElectronic Voting Sebagai Perwujudan Asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Indonesia

0 0 22