1.5.3.1. Ruang lingkup perilaku politik
Dalam pelaksanaan pemilu di Negara ataupun dalam pelaksanaan pilkada langsung di suatu daerah, perilaku pemilih dapat berupa perilaku masyarakat
dalam menentukan sikap dan pilihan dalam pelaksanaan pemilu atau pilkada tersebut hal ini jugalah yang membuat digunakannya teori perilaku politik dalam
proposal penenlitian ini. Perilaku politik dapat di bagi tiga yaitu:
24
1. Perilaku politik lembaga-lembaga dan para pejabat pemerintah, yang
bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan menegakkan keputusan politik.
2. Perilaku warga negara biasa, berhak mempengaruhi pihak pemerintah dalam
melaksanakan fungsinya karena apa yang dilakukan pihak pemerintah menyangkut kehidupan masyarkat luas.
3. Tipologi kepribadian pemimpin, yaitu tipe-tipe kepribadian pemimpin otoriter,
Machivelist dan demokrat. Kajian terhadap perilaku politik sering kali dijelaskan dalam kajian psikologis di samping pendekatan struktural fungsional
dan struktural konflik.
Perilaku aktor politik seperti perencanaan, pengambilan keputusan dan penegakan keputusan dipengaruhi oleh berbagai dimensi latarbelakang yang
merupakan bahan dalam pertimbangan politiknya. Demikian juga warga negara biasa dalam berperilaku politik juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan latar
belakang.
1.5.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Perilaku politik, faktor politik ada empat faktor yang meliputi:
1. Lingkungan sosial politik tak langsung, seperti sistem politik, sistem
ekonomi, sistem budaya dan media massa.
24
Ibid hal. 132
Universitas Sumatera Utara
2. Lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan
membentuk kepribadian aktor politik seperti keluarga, agama, sekolah dan kelompok pergaulan.
3. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu.
4. Faktor ini saling mempengaruhi aktor politik dalam kegiatan dan
perilaku politiknya, baik langsung maupun tidak langsung.
25
b. Faktor sosial, yaitu:
1. Komunikasi politik Kompol, yaitu komunikasi yang mempunyai
konsekuensi politik baik secara actual maupun potensial, yang mengatur kegiatan dalam keberadaan suatu konflik.
2. Kesadaran Politik, yang menyangkut minat dan pengetahuan
seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. 3.
Pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan. 4.
Kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik yakni masyarakat menguasai kebijakan publik dan memiliki kewenangan untuk
mengelola suatu objek kajian tertentu. Pembentukan perilaku politik seseorang salah satunya dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dan ini bisa termasuk juga lingkungan etnis seseorang itu dibesarkan.
26
25
Mar’at, Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya, Jakarta: Gramedia Widyasarana, 1992. Hal. 132.
26
Muhammad Asfar, “Beberapa Pendekatan Dalam Memahami Perilaku Memilih”, Jurnal Ilmu Politik edisi no.16, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama,1996, hal. 47-48
Lebih lanjut lagi jika menggunakan pendekatan struktural untuk mempelajari perilaku politik seseorang akan dikaitkan dengan suku atau
etnisitasnya. Hal ini juga tidak terlepas dari budaya politik yang dianut oleh etnis tertentu, sehingga untuk menjelaskan perilaku politik seseorang terlebih dahulu
Universitas Sumatera Utara
harus diketahui sejauh mana tingkat orientasi seseorang terhadap sistem politiknya dengan kata lain perilaku politik seseorang dapat dipahami melalui budaya
politiknya. Adapun pendekatan yang dibuat penulis adalah Pendekatan Sosiologis.
27
Gerald Pomper
Pendekatan ini pada dasarnya menekankan peranan faktor-faktor sosiologis dalam membentuk perilaku politik seseorang, pendekatan ini menjelaskan bahwa
karakteristik sosial dan pengelompokan sosial itu mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Karakter dan
pengelompokan sosial berdasarkan umur tua-muda, jenis kelamin Laki- Perempuan, status sosioekonomi seperti pendidikan, jenis pekerjaan,
pendapatan dan kelas, agama, etnik, bahkan wilayah tempat tinggal misalnya kota, desa, pesisir ataupun pedalaman.
28
Dalam studi-studi perilaku pemilih di negara-negara demokrasi, agama tetap merupakan faktor sosiologis yang sangat kuat dalam mempengaruhi sikap pemilih
terhadap partai politik atau kandidat. Dalam hal ini agama diukur dari afiliasi pemilih terhadap agama tertentu seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik,
memperinci pengaruh pengelompokan sosial dalam kajian voting behavior ke dalam dua variable yaitu predisposisi kecenderungan, sosial
ekonomi, dan keluarga pemilih. Sosialisasi yang diterima seseorang pada masa kecil sangat mempengaruhi pilihan politik mereka, terutama pada saat pertama
kali menentukan pilihan politik. Apakah preferansi politik ayah dan ibu berpengaruh pada preferensi politik anak, sedangkan predisposisi sosial ekonomi
berupa agama yang dianut, tempat tinggal, kelas sosial, karakteristik demografis dan sebagainya. Hubungan antara agama dengan perilaku pemilih nampaknya
sangat berpengaruh dimana nilai-nilai agama selalu hadir di dalam kehidupan privat dan publik dianggap berpengaruh terhadap kehidupan politik dan pribadi
para pemilih. Hal ini biasanya berhubungan dengan status ekonomi seseorang.
27
http:id.shvoong.comlaw-and-politics1916121-membaca-perilaku-pemilih
28
Gerald Pomper, Voter’s Choice: Varieties of American Electoral Behavior, New York : Dod, Mead Company, 1978, hal.198
Universitas Sumatera Utara
Hindu, Budha. Asumsinya bahwa para pemilih yang beragama Islam akan cenderung memilih partai-partai Islam demikian juga yang beragama Kristen
Protestan akan memilih Partai Kristen dan seterusnya.
29
1.5.4. Partisipasi Politik