Pemilihan Kepala Daerah Pemilu dan Sistem Pemilu

1.5.5.2. Pemilihan Kepala Daerah

Pemerintah Indonesia mengharapkan bahwa pembentukan, pembagian, penggabungan dan penghapusan sebuah daerah akan memberi dampak bagi meningkatnya kesejahteraan masyarakat, melalui pelayanan yang lebih baik, kehidupan demokratis yang semakin berkembang, pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, keamanan dan tatanan yang semakin bagus serta hubungan yang selaras antar daerah. Desentralisasi di Indonesia dilakukan antara lain karena memberikan janji untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik; pendidikan dasar, pemeliharaan kesehatan dasar, penyediaan air, sanitasi, and pelayanan publik lainnya seperti penyediaan kartu penduduk. UUD memberikan sejumlah hak-hak penting terkait dengan pelayanan dasar. UU 322004 tentang pemerintah daerah dan peraturan sektoral memberikan perincian yang lebih luas mengenai hasil yang diharapkan dari pemberian pelayanan dasar ini. Pemerintah daerah diberi mandat untuk meningkatkan pelayanan dan membuat terobosan inovatif dalam hal kualitas, efisiensi dan pertanggungjawaban. Sektor swasta juga diharapkan bisa berinvestasi dalam pelayanan dasar ini dan menggabungkannya dengan pemerintah daerah. Karena kecewa atas hubungan antara DPRD dan Kepala Daerah sesudah terjadinya reformasi pada tahun 1999, negara menyeimbangkan kembali hubungan tersebut dengan menata pola pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD serta dengan memberikan dasar politis yang lebih independen kepada Kepala Daerah melalui pemilihan langsung. Saat ini kedua lembaga Universitas Sumatera Utara penting di daerah ini diharapkan dapat mengartikulasikan dan menyatukan keinginan komunitas dan rakyat dengan lebih baik. Dalam UU 322004, pertanggungjawaban politis di daerah meliputi pertanggungjawaban Kepala Pemerintahan Daerah GubernurBupatiWalikota baik kepada konstituen melalui pemilihan langsung mulai Juni 2005 dan kepada DPRD. Juga diperbaharui dalam UU 322004 ini adalah pertanggungjawaban ke atas dalam bentuk laporan dari kepala Pemerintahan kabupatenkota kepada Gubernur dan Menteri Dalam Negeri, yang meliputi aspek teknis dan administratif. Pengaturan kembali ini menunjukkan perubahan mendasar dari pendekat-an yang termuat dalam UU 221999, dimana DPRD memegang peranan penting dalam mewakili rakyat dan dalam memilih kepala daerah. Perubahan ini dirasa perlu karena adanya kecurigaan meluas bahwa anggota DPRD, dan partai-partai politik, menyalahgunakan wewenang mereka dengan “menjual” jabatan kepala daerah ke orang yang bisa membayar paling tinggi. Dalam peraturan yang baru, pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah dapat diusulkan ke KPUD oleh partai-partai politik atau gabungan partai politik yang sudah mencapai ambang tertentu. Peraturan baru ini juga mendorong partai untuk membuka pencalonan kepada calon baik dari kalangan partai sendiri atau dari masyarakat luas. Kepala Pemerintah Daerah melaporkan tugas dan kewajibannya kepada DPRD, pemerintah pusat dan ke masyarakat luas melalui mekanisme pelaporan berkala. DPRD juga dapat meminta para Kepala Pemerintahan Daerah untuk bertanggungjawab melalui pelaksanaan fungsi pengawasan, terutama terkait Universitas Sumatera Utara dengan pelaksanaan program dan proyek yang didanai lewat APBD, dan pelaksanaan peraturan daerah. Pemilihan Kepala Daerah ini diatur dalam Undang-Undang tentang pemerintahan daerah yakni Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan digantikan sertah di sahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan di revisi menjadi Undang-Undang No. 12 Tahun 2008. Sebagian isi Undang-Undang ini berisi prosedur dan mekanisme pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat. Pada hakekatnya pemilihan umum merupakan cara dan sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menentukan wakil-wakilnya yang akan duduk di lem-baga pemerintahan guna menjalankan kedaulatan rakyat, maka dengan sendirinya terdapat berbagai sistem pemilihan umum. Perbedaaan sistem pemilihan umum ini banyak tergantung pada dimensi dan pandangan yang ditujukan terhadap rakyat. Pertama, apakah rakyat dipandang sebagai individu yang bebas untuk menentukan pilihannya dan sekaligus dapat mencalonkan dirinya sebagai calon wakil rakyat. Kedua, apakah rakyat hanya dipandang sebagai anggota kelompok yang sama sekali tidak berhak untuk menentukan siapa wakilnya yang akan duduk dalam lembaga pemerintahan dan dia tidak berhak mencalonkan diri sebagai wakil rakyat. Dari perbedaan dimensi dan pandangan diatas, maka sistem pemilihan umum dapat di bedakan menjadi sistem pemilihan mechanis dan sistem pemilihan organis. Pandangan Mechanis menempatkan rakyat sebagai suatu massa individu- individu yang sama sebagai satu kesatuan otonom dan memandang masyarakat sebagai kompleks hubungan yang bersifat kontraktuil. Berbeda dengan pandangan Universitas Sumatera Utara organis yang menempatkan rakyat sebagai sejumlah individu-individu yang hidup bersama dalam berbagai macam persekutuan hidup berdasarkan geneologis, fungsi tertentu, lapisan sosial dan lembaga-lembaga sosial. 40

1.6. Metodologi Penelitian

Kajian ilmu sosial terhadap satu fenomena sosial sudah tentu membutuhkan kecermatan. Sebagai suatu ilmu tentang metodologi atau tata cara kerja, maka metodologi adalah pengetahuan tentang tata cara mengkonstruksi bentuk dan instrumen penelitian. Konstruksi teknik dan instrument yang baik dan benar akan mampu menghimpun data secara objektif, lengkap dan dapat dianalisa untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Antonius Birowo, metodologi akan mengkaji tentang proses penelitian yaitu bagaimana penelitian berusaha menjelaskan apa yang diyakini dapat diketahui dari masalah peneltian yang akan dilakukan. 41

1.6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Bogdam Taylor mengungkapkan bahwa “ metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 42 40 Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia; Dalam Perspektif Struktural Fungsional, Surabaya, SIC, 1998, hal. 195 41 Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, Yogyakarta, Gintayali, 2004, hal. 71-72 42 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 1994, hal. 3 Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses penjaringan informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Universitas Sumatera Utara