Peraturan Pemerintah Perhubungan Tentang KKOP Kawasan

Sebagai langkah konkrit ke depan sesuai dengan Ketentuan ICAO yang baru, Pemerintah telah memberlakukan Sistem Manajemen Keselamatan Safety Management System SMS dibidang penerbangan. 64 Sistem Manajement Keselamatan SMS adalah suatu sistem monitoring yang berupa tim atau organisasi didalam suatu perusahaan penerbangan yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang memonitor kinerja keselamatan dari perawatan dan pengoperasian serta memprediksi suatu bahaya, manganalisa resiko dan melakukan tindakan pengurangan resiko tersebut dengan membahas perihal keselamatan secara berkala yang dipimpin oleh Presiden Direktur Perusahaan Penerbangan sebagai pemegang komitmen safety. 65

B. Peraturan Pemerintah Perhubungan Tentang KKOP Kawasan

Keselamatan Operasional Penerbangan Bandara Udara Baru Dimedan. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan adalahwilayah daratan danatau perairan serta ruang udara disekitar bandar udara yang digunakan untuk kegiatanoperasi penerbangan dalam rangka menjaminkeselamatan penerbangan. 66 Untuk menjamin keselamatan operasi penerbangan di Bandara Udara dan sekitarnya, perlu menetapkan Batas-batas Keselamatan Operasi penerbangan. Oleh karena itu, ditetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 57 Tahun 2007 tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan disekitar Bandara 64 http:bswmulyati.blogspot.com Diunduh Pada Tanggal 20 Desember 2013 65 http:uzumaki-nata.blogspot.com Diunduh Pada Tanggal 2 februari 2014 66 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan Universitas Sumatera Utara Udara Baru Medan Provinsi Sumatera Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 57 Tahun 2007 ini, dimaksud untuk menjamin keselamatan operasi penerbangan di sekitar Bandar Udara Internasional di Kwala Namu melalui penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan KKOP, termasuk didalamnya pengaturan tentang pengendalian bangunan dan benda tumbuh, meliputi mendirikan, mengubah dan melestarikan suatu bangunan.Oleh karena pentingnya penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan KKOP bagi keamanan dan keselamatan penerbangan serta untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat di sekitar bandar udara, maka Pemerintah Kabupaten Deli Serdang harus menerbitkan regulasi dalam bentuk Peraturan Daerah yang dapat mengikat dan dijadikan pedoman bagi pemangku kepentingan dan masyarakat untuk melakukan aktivitas di sekitar Bandar udara Internasional di Kwala Namu. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan disekitar Bandar Udara diukur dan ditentukan dengan bertitik tolak pada Rencana Induk Bandar Udara. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan disekitar Bandara Udara yaitu kawasan pendekatan dan lepas landas, kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan, kawasan dibawah permukaan Horizontal dalam, kawasan dibawah permukaan Horizontal Luar, kawasan dibawah permukaan kerucut, Kawasan Dibawah Permukaan Transisi dan kawasan disekitar penempatan Alat Bantu Navigasi Udarapenerbangan. Batas-batas kawasan tersebut ditentukan berdasarkan persyaratan permukaan batas penghalang untuk landasan pacu dengan pendekatan Presisi Kategori I Nomor kode 4 sesuai Annex 14 International Civil Aviation Organisation ICAO Organisasi Penerbangan Sipil Internasional Konvensi Universitas Sumatera Utara Chicago Tahun 1944 dan dinyatakan dalam sistem Koordinat Bandar Udara yang posisinya ditentukan terhadap titik-titik referensi. 1. Titik referensi Bandar Udara terletak pada koordinat geografis º ′ , LU ° ꞌ , 2. Titik referensi sistem koordinat bandar udara perpotongan sumbu X dan sumbu Y Terletak pada koordinat geografis ° ꞌ , ° ′ , Atau koordinat bandar udara : X= + 20.000 m Y= + 20.000 m Sumbu X berhimpit dengan sumbu landas pacu dengan arah 45° 00 ꞌ 01 ꞌꞌ geografis, sumbu Y melalui ujung landas pacu 05L dan tegak lurus pada sumbu X. 67 Kawasan pendekatan dan lepas landas ditentukan, tepi dalam dari kawasan ini berimpit dengan ujung-ujung permukaan utama, berjarak 60 m dari ujung landas pacu dengan lebar 300 m. 68 Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan merupakan sebagian kawasan pendekatan dan lepas landas yang berbatasan langsung dengan ujung-ujung permukaan utama. 69 67 Pasal 2 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Disekitar Bandara Udara Baru Provinsi Sumatera Utara 68 Pasal 3 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 69 Pasal 4 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara Kawasan Dibawah Permukaan Horizontal Dalam ditentukan oleh lingkaran radius 4.000 m dari titik tengah setiap ujung permukaan utama dan menarik garis singgung pada kedua lingkaran yang berdekatan dan kawasan inintidak termasuk kawasan pendekatan dan lepas landas, kawasanlepas landas serta kawasan dibawah permukaan Transisi. 70 Kawasan Dibawah Permukaan Horizontal Luar ditentukan oleh lingkaran dengan radius 15.000 m dari titik tengah setiap ujung permukaan dan menarik garis singgung pada kedua lingkaran yang berdekatan dan kawasan ini tidak termasuk kawasan pendekatan dan lepas landas, kawasan lepas landas dan kawasan dibawah permukaan Kerucut. 71 Kawasan Dibawah Permukaan Kerucut, kawasan ini ditentukan mulai dari tepi luar kawasan Dibawah pemukaan Horizontal dalam meluas keluar dengan jarak mendarat 2.000 m. 72 Kawasan Dibawah Permukaan Transisi ditentukan, tepi dalam kawasan ini berimpit dengan sisi panjang permukaan utama, sisi kawasan pendekatan dan lepas landas serta sisi kawasan lepas landas, kawasan ini meluas keluar sampai jarak mendarat 3,5 m dari sisi panjang permukaan utama. 73 Alat Bantu Navigasi Penerbangan yang tersedia dalam penyelenggaran operasi penerbangan di Bandar Udara Baru-Medan terdiri dari; 1. Doppler Very High Frequency Omni Range DVOR Distance Measuring Equipment DME; 70 Pasal 5 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 71 Pasal 6 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 72 Pasal 7 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 73 Pasal 8 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara 2. Instrument landing System ILS yang terdiri dari; localizer dan Glide Path; 3. Approach Lighting System. 74 Ketinggian semua titik pada kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan ditentukan terhadap sistim ketinggian Bandar Udara yaitu titik 0,00 m yang ketinggiannya + 7,783 m diatas permukaan air laut rata-rata. 75 Ketinggian permukaan Horizontal Dalam dan Permukaan Horizontal Luar ditentukan masing-masing + 46 m dan 151m diatas ambang landas pacu. 76 Batas-batas ketinggian pada kawasan pendekatan dan lepas landas pada landas pacu 05L, 05R, 23R, 23L ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas pacu. 77 Batas-batas ketinggian pada kawasan kemungkinan Bahaya Kecelakaan ditentukan oleh kemiringan 2 dua persen arah keatas dan keluar dimulai dari ujung permukaan utama pada ketinggian masing-masing ambang landas pacu 23R sepanjang jarak mendarat 3.000M melalui perpanjangan sumbu Landas Pacu. 78 Batas ketinggian DibawahPermukaan Kerucut ditentukan oleh kemiringan 5 lima Persen kearah atas dan keluar, dimulai dari tepi luar kawasan dibawah permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian +46m sampai memotong permukaan Horizontal Luar pada ketinggian +151M. 79 74 Pasal 9 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 75 Pasal 10 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 76 Pasal 11 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 77 Pasal 12 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 78 Pasal 13 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 79 Pasal 16 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara Batas ketinggian pada permukaan garis batas luar kawasan Dibawah permukaan kerucut dengan garis batas dalam kawasan Dibawah permukaan Horizontal luar ditentukan +14,6m diatas ketinggian ambang landas pacu 23R. 80 Batas-batas ketinggian pada kawasan Dibawah permukaan Transisi ditentukan oleh kemiringan 14,3 empat belas koma tiga persen arah keatas dan keluar, dimulai dari sisi panjang dan pada ketinggian sama seperti permukaan utama serta permukaan pendekatan dan lepas landas menerus sampai memotong permukaan horizontal dalam pada ketinggian +46m diatas ketinggian ambang landas pacu 23R. 81 Batas-batas ketiggian pada Kawasan Disekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi penerbangan ditentukan; 1. Batas ketinggian disekitar Alat Doppler Very High Frequenty Omni Direction Range DUOR Distance Measuring Equipment DME ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut keatas dan keluar dari titik antene pada ketinggian bidang counterpolis dan pada jarak kurang 600m dilarang adanya transmisi tegangan tinggi, bangunan dari meral seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketiggian sudut tersebut. 2. Batas ketinggian disekitar Glide Path GP Distance Measuring Equipment DME dobatasi oleh bidang yang dibentuk dengan sudut 2° dua derajat dari titik tengah dasar antena Glide Path terhadap bidang horizontal sejauh 6.000m kearah pendaratan. 80 Pasal 17 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 81 Pasal 18 PP Nomor KM 57 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara 3. Batas ketinggian disekitar alat Localizer dibatasi oleh bidang yang dibentuk dengan sudut 1° satu derajat dari titik tengah dasar antenna Localizer terhadap bidang horizontal sejauh 2.000m kearah landas pacu. 82 Bangunan atau suatu benda yang ada secara alami berada dikawasan keselamatan akan tetapi diduga dapat membahayakan keselamatan opeerasi penerbangan, harus diberi tanda dan atau dipasangi lampu. 83

C. Peraturan Daerah Tentang KKOP Kawasan Keselamatan

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Peningkatan Pelayanan Jasa Bagi Penumpang Pesawat (Studi Pada Bandar Udara Kuala Namu)

3 26 103

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 1 9

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 0 1

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 0 11

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 0 25

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 0 2

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 0 9

Aspek Hukum Peningkatan Pelayanan Jasa Bagi Penumpang Pesawat (Studi Pada Bandar Udara Kuala Namu)

0 0 1

BAB II PENGATURAN KESSELAMATAN PENERBANGAN SIPIL INTERNASIONAL A. Pengertian Penerbangan Sipil Internasional - Aspek Hukum Keselamatan Penerbangan Pesawat Udara (Studi Kasus Bandara Internasional Kuala Namu)

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Keselamatan Penerbangan Pesawat Udara (Studi Kasus Bandara Internasional Kuala Namu)

0 8 19