tidak berjadwal dapat melakukan penerbangan diatas Negara anggota lainnya. Pesawat udara Negara state aircraft tidak mempunyai tanda pendaftaran dan
tanda kebangsaan nationality and registration mark, walaupun pesawat udara tersebut terdiri dari pesawat terbang aeroplane dan helikopter.
Konvensi Jenewa 1958 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa UNCLOS 1982
18
, juga terdapat perbedaan antara pesawat udara Negara state aircraft dengan pesawat udara sipil civil aircraft. Menurut Konvensi Jenewa
1958 istilah yang digunakan bukan pesawat udara sipil dan pesawat udara Negara, melainkan pesawat udar militer dan pesawat udara dinas pemerintah goverment
services disatu pihak dengan private aircraft dilain pihak. Sedangkan menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa UNCLOS
1982, private aircraft tidak mempunyai hak untuk menguasai dan menyita pesawat udara yang melakukan pelanggaran hukum, karena private aircraft tidak
mempunyai kewenangan penegak hukum, kewenangan penegak hukum tersebut hanya dimiliki oleh pesawat udar militer, pesawat udar dinas pemerintah
government services sebagaimana diatur dalam Pasal 21 Konvensi Jenewa1958.
B. Peraturan Penerbangan Sipil yang Diatur oleh International Civil
Aviation Orgsnization ICAO
ICAO merupakan suatu badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berkedudukan di Montreal. Badan ini secara resmi mulai berdiri pada tanggal 4
April 1947, sebagai kelanjutan dari PICAO Provisional International Civil Aviation Organization, yang mulai berfungsi setelah konvensi Chicago 1944,
18
Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Konvensi PBB tentang Hukum United Nations Convention on the Law of the Seas, Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 76 Tahun 1985 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3319.
Universitas Sumatera Utara
Maksud dan tujuan dari ICAO adalah untuk mengembangkan prinsip-prinsip dan tehnik-tehnik navigasi udara internasional dan membina perencanaan dan
perkembangan angkutan udara internasional.
19
Kebijakan ICAO yang dituangkan dalam 18 Annex dan berbagai dokumen turunannya yang selalu dan terus-menerus diperbarui melalui amandemen-amandemen
adalah kebijakan-kebijakan yang diputuskan berdasarkan kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan yaitu kebenaran-kebenaran ilmiah yang diperoleh dari berbagai
penelitian dan pengembangan Research and Development dari berbagai disiplin ilmu yang terkait baik dalam bentuk teori maupun model-model analisis.
Kebijakan-kebijakan ICAO yang dituangkan dalam 18 Annex dan berbagai dokumen turunannya melalui keputusan yang diambil dalam sidang Umum dan Sidang
Council, adalah kebijakan-kebijakan berlandaskan kebenaran-kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan.
20
Delapan belas Annex Konvensi Chicago 1944 pada dasarnya merupakan standart kelayakan yang ditunjukkan kepada seluruh anggota ICAO untuk menjamin keselamatan
penerbangan internasional, namun dalam prakteknya SARPs ini juga ditujukan untuk standar kelayakan kelayakan udara pada penerbangan internasional. Annex ini juga
menjadi landasan-landasan ICAO untuk membentuk International Standart and Recommended Proctices ISRPsSARPs adapun delapan belas Annex tersebut
adalah
21
Convention On International Civil Aviation Annex 1 to 18 International Civil Aviation Organization.
19
Suwardi, Penulisan Karya ilmiah tentang penentuan tanggung jawab pengangkut yang terikat dalam kerjasama pengangkutan udara Internasional, Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kehakiman, Jakarta,1994, hal 4
20
Yaddy Supriadi, Keselamatan Penerbangan Teori Problematika, Telaga Ilmu Indonesia, Tanggerang,2012, hal.1
21
AchmadMoegandi, Mengenal dunia Penerbangan Sipil, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1996
Universitas Sumatera Utara
1. Annex 1 - Personal Licensing : memuat pengaturan tentang izin bagi awak
pesawat mengatur lalu lintas udara dan personil pesawat udara. 2.
Annex 2 - Rules of The Air : aturan-aturan yang berkaitan dengan penerbangan secara visual dan penerbangan dengan menggunakan
instrument. 3.
Annex 3 - Meterological Service for International Air Navigation: memuat ketentuan mengenai layanan meteorological bagi navigasi internasional dan
pemberitahuan hasil observasi meteorology dari pesawat udara. 4.
Annex 4 - Aeronautical Charts: pengaturan tentang spesifikasi peta aeronautical yang digunakan dalam penerbangan internasional.
5. Annex 5 - Units of Measurement to be Used in Air and Ground Operation:
ketentuan mengenai satuan-satuan ukuran yang digunakan dalam penerbangan.
6. Annex 6 - Operation Aircraft: mengatur tentang spesifikasiyang akan
menjamin dalam keadaan yang sama, penerbangan diseluruh dunia berada pada tingkat keamanan diatas tingkat minimum yang telah ditetapkan.
7. Annex 7 - Aircraft Nationality and Registration Marks : membuat
persyaratan-persyaratan umum untuk pendaftaran dan identifikasi pesawat udara.
8. Annex 8 - Airworthiness of Aircraft: pengaturan tentang standar kelayakan
udara dan pemeriksaan pesawat udara berdasarkan prosedur yang seragam. 9.
Annex 9 – Facilitation: ketentuan mengenai standar fasilitas-fasilitas Bandar udara yang akan menunjang kelancaran dan masuknya pesawat udara,
penumpang dan cargo di Bandar Udara. 10.
Annex 10 - Aeranutical Communications : mengatur tentang prosedur standar, sistem, dan peralatan komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
11. Annex 11 - Air Traffic Service : memuat tentang pengadaan dan pengawasan
terhadap lalu lintas udara, informasi penerbangan dan layanan pemberitahuan serta peringatan mengenai keadaan bahaya.
12. Annex 12 - Search and Rescuce : memuat ketentuan tentang pengorganisiran
dan pemberdayaan fasilitas dalam mendukung pencarian pesawat yang hilang.
13. Annex 13 - Aircraft Accident Investigation : ketentuan tentang keseragaman
dan pemberitahuan investigasi, dan laporan mengenai kecelakaan pesawat. 14.
Annex 14 - Aerodrome: ketentuan tentang spesifikasi dan desain dan kegiatan dibandar udara.
15. Annex 15 - Aeronautical Information : metode untuk mengumpulkan cara
penyebaran informasi yang dibutuhkan dalam operasional dalam penerbangan.
16. Annex 16 - Enviromental Protectum : memuat ketentuan mengenai sertifikat
ramah lingkungan, pengawasan terhadap kebisingan yang ditimbulkan oleh emisi dari mesin udara.
17. Annex 17 - Enviromental Protectum : ketentuan mengenai perlindungan
keamanan penerbangan sipil internasional dari tindakan melawan hukum. 18.
Annex 18 - The Safe Transport of Dangerous Godds by Air : mengatur tentang tanda, cara mengepak, dan pengangkutan cargo yang berbahaya.
Kebijakan-kebijakan penerbangan yang dibuat oleh suatu Negara yang berkaitan dengan keselamatan safety dan keamanan security harus berdasarkan paradigma-
paradigma yang dipakai oleh ICAO yang telah dituangkan dalam 18 Annex dan berbagai dokumen turunannya.
ICAO tidak pernah membuat target zero accident. Zero accident adalah sasaran yang tidak pernah akan tercapai unachievable goal. Dalam Global Aviation Safety Plan
GASP target yang ingin dicapai ICAO adalah mengurangi jumlah kecelakaanfatal
Universitas Sumatera Utara
diseluruh Negara, mengurangi secara signifikan angka kecelakaan accident rates terutama dikawasan yang angka kecelakaannya tinggi, berupaya agar pada akhir tahun
2011 tidak ada satu kawasanpun yang angka kecelakaannya dua kali angka kecelakaan seluruh dunia. Yang harus dibuat dan ditetapkan Negara dan dilakukan upaya-upaya
pencapaiannya adalah an acceptable level of safety, jumalah kecelakaan yang bias diterima dalam sekian ribu atau juta kali penerbangan.
22
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional mempunyai peran yang sangat signifikan bagi perkembangan penerbangan sipil diindonesia, teritama dibidang
bantuan teknik. Indonesia yang telah menjadi anggota Organisasi Penerbangan Sipil Internasional sejak 27 april 1950 juga telah menikmati baebagai bantuan dari
organisasi tersebut, walaupun Indonesia juga harus membayar iuran tahunan sebagai anggota. Dalam bidang pendidikan penerbangan, Indonesia telah
memperoleh bantuan teknis sejak 20 Agustus 1950 pada saat Menteri Perhubungan Ir.H.Juanda meresmikan pendidikan penerbangan yang pada saat itu
bernama Akademi Penerbangan Indonesia API di curug, Tangerang. Bantuan tersebut berupa tenaga ahli dibidang penerbangan, peralatan pendidikan
penerbangan maupun peralatan navigasi penerbangan. Dengan bantuan tersebut Indonesia telah mampu mencetak tenaga terdidik dengan instruktur dari Amerika
Serikat, Inggris, Kanada, Denmark, dan Swedia, disamping tenaga Indonesia sendiri yang dikirim ke luar negeri.
23
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional sebagai organisasi internasional merupakan badan khusus special agency PBB tidak hanya
22
Ibid hal 2
23
H.K.Martono,S.H.,LLM Dkk, Hukum udara Nasional dan Internasional Publik, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hal.335.
Universitas Sumatera Utara
berperan dalam adviser maupun pegawasan pembangunan Bandar udara, pengadaan sistem komunikasi, navigasi penerbangan, desain pesawat udara,
modernisasi peralatan penerbangan, menciptakan standar peraturan penerbangan dan berbagai peraturan penerbangan yang ditugaskan kepada Komisi Navigasi
Penerbangan Air Navigation Commision data tata cara operasi penerbangan.
24
Kepatuhan terhadap standar penerbangan internasional adalah aspek yang sangat fundmental. Ada kurang lebih 10.000 standar dan 40 Quasi-Standar yang
tercantum dalam Annex 1-8 ICAO beserta dokumen dan sirkulernya circular. Bila suatu Negara tidak pernah mengirim perbedaan differences kepada ICAO
maka berarti Negara tersebut harus mematuhi semua standard yang dibuat ICAO. Indonesia termasuk Negara yang tidak pernah mengirim nota perbedaan
kepada ICAO. Ini berarti Indonesia harus mematuhi semua standar yang telah ditetapkan ICAO.
ICAO selalu membuat dan merubah standar-standar yang tertuang dalam Pasal-pasal Annex maupun pedoman-pedoman dalam dokumen dan circular ICAO
sesuai dengan perkembangan penelitian dan teknologi penerbangan. Di masa lalu ICAO seolah-olah tidak peduli dan tidak mau tahu apakah standar itu dipatuhi dan
dilaksanakan oleh suatu Negara atau tidak. Dalam posisi ini ICAO berperan sebagai Passive International Standar Setting Body. Perannya hanya membuat
standar-standar yang berlaku bagi penerbangan sipil Internasional. Kini peran ICAO telah berubah, ICAO saat ini melakukan tiga peran.
ICAO bukan hanya berperan sebagai pembuat standar saja, tetapi juga peran kedua memonitor kepatuhan compliance yaitu memonitor pelaksanaan standar-
24
Ibid hal 336
Universitas Sumatera Utara
standar yang telah ditetapkan untuk kemudian peran ketiga meminta segera Negara mematuhi dan melaksanakan standar-standar yang belum atau tidak
dipatuhi. ICAO kini berperan sebagai Proactive International Regulatory Body.
25
Untuk mengetahui kepatuhan Negara terhadap standar-standar yang telah ditetapkan, ICAO membuat program Universal Safety Oversigh Safety Audit
ASOAP . Hasil audit ICAO merupakan dokumen yang sangat kuat powerfull untuk memaksa Negara anggota ICAO mematuhi standar keamanan dan
keselamatan penerbangan.
26
Tujuan ICAO; 1.
Menjamin perkembangan penerbangan sipil internasional yang aman dan teratur di seluruh dunia.
2. Mendorong seni-seni rancangan dan pengoperasian pesawat untuk tujuan-
tujuan damai. 3.
Mendorong pembangunan usaha penerbangan, bandara, dan fasilitas- fasilitas navigasi udara bagi penerbangan internasional.
4. Memenuhi kebutuhan masyarakat dunia akan tersedianya transportasi
udara yang aman, teratur, efisien, dan ekonomis. 5.
Mencegah pemborosan ekonomi yang disebabkan oleh persaingan tidak sehat.
6. Menghindari diskriminasi antara negara-negara yang ambil bagian.
7. Meningkatkan keamanan penerbangan dalam navigasi udara internasional.
25
Yaddy Supriadi, Keselamatan Penerbangan Teori Problematika, Telaga Ilmu Indonesia, Tanggerang, 2012,hal.6
26
http:www.icao.int diunduh pada hari kamis, 23 januari 2014.
Universitas Sumatera Utara
8. Meningkatkan secara umum perkembangan seluruh aspek aeromatika sipil
internasional.
C. Konvensi Chicago Tahun 1944 tentang Penerbangan