2. Bahan Hukum Sekunder yakni bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, dengan cara menelusuri bahan-bahan literature yang relevan dengan penelitian seperti hasil-hasil penelitian atau
pendapat para pakar hukum baik yang berupa buku-buku hukum, jurnal, artikel-artikel dan juga berasal dari perpustakaan Universitas Sumatera
Utara, Perpustakaan Fakultas Hukum USU dan juga data-data yang berasal dari situs internet.
3. Bahan Hukum Tersier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum.
C. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisa secara kuantitatif, yaitu mengungkapkan secara mendalam mengenai pandangan dan konsep yang diperlukan dan kemudian
akan diuraikan secara menyeluruh untuk menjawab persoalan yang ada dalamskripsi ini serta menganalisa data yang berupa keterangan-keterangan dan
bahan-bahan tertulis. Penguraian data informasi yang berhubungan dilakukan dengan pendekatan deduktif-induktif yakni berawal dari hal yang umum kepada
hal-hal yang khusus, menganalisa terhadap tata yang mempunyai bobot dalam hubungan dengani pokok permasalahan.
Universitas Sumatera Utara
H. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi yang berjudul Aspek Hukum Keselamatan Penerbangan Pesawat Udara Dengan Studi Kasus Bandara Internasional Kuala Namu,
Sistematika Penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjuan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II
PENGATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL INTERNASIONAL
Pada bagian ini akan membahas mengenai, pengertian penerbangan sipil internasional, Peraturan Penerbangan Sipil yang diatur oleh
International Civil Aviation Organization ICAO dan Konvensi Chicago 1944 .
BAB III PENGATURAN
KESELAMATAN PENERBANGAN
BERDASARKAN KETENTUAN HUKUM NASIONAL INDONESIA
Pada bab ini akan membahas tentang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan,sejarah dan perkembangan
penerbangan dan Aspek-aspek Yang menunjang Keselamatan Penerbangan nasional.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ASPEK HUKUM KESELAMATAN PENERBANGAN
PESAWAT UDARA Bab ini akan membahas mengenai Aspek hukum Keselamatan
Penerbangan Pesawat Udara, Peraturan Pemerintah Perhubungan tentang Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan KKOP
Bandara Udara Dimedan dan Peraturan Daerah tentang KKOP Kawasan Keselamatan operasional Penerbangan Bandara
Internasional Kuala Namu. BAB V
Sebagai penutup, berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran sebagai rekomendasi yang berkaitan
dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN KESSELAMATAN PENERBANGAN SIPIL
INTERNASIONAL
A. Pengertian Penerbangan Sipil Internasional
Dalam dunia penerbangan dikenal perbedaan antara pesawat udara sipil civil aircraft dengan pesawat udara Negara state aircraft . Perbedaan antara
pesawat udara sipil civil aircraft dengan pesawat udara Negara state aircraft diatur dalam Konvensi Paris 1919, Konvensi Havana 1928, Konvensi Chicago
1944, Konvensi Jenewa 1958 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang UNCLOS.
Menurut Pasal 30 Konvensi Paris 1919 pesawat udara start aircraft adalah pesawat udara yang digunakan untuk militer yang semata-mata untuk
pelayanan publik public services seperti pesawat udara polisi dan bea cukai sedangkan yang dimaksud dengan pesawat udara sipil civil aircraft adalah
pesawat udara selain pesawat udara Negara state aircraft . Dalam Pasal 3 Konvensi Chicago 1944 juga diatur mengenai pesawat
udara Negara dan pesawat udara sipil. Pesawat udara Negara state aircraft adalah pesawat udara yang digunakan untuk militer, polisi, dan bea cukai
sedangkan yang dimaksud dengan pesawat udara sipil civil aircraft adalah pesawat udara selain pesawat udara Negara state aircraft. Pesawat udara Negara
tidak mempunyai hak untuk melakukan penerbangan diatas Negara-negara anggota lainnya, sedangkan pesawat udara sipil yang melakukan penerbangan
Universitas Sumatera Utara