mengutamakan dan melindungi penerbangan nasional, menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas, sebagai pendorong, penggerak, dan penunjang
pembangunan nasional serta mempererat hubungan antar bangsa.
10
Untuk itu, diperlukannya aspek hukum untuk mengatur mengenai keselamatan penerbangan pesawat udara tersebut, agar dapat memberikan
jaminan keselamatan dan keamanan kepada para pengguna angkutan pesawat
udara pada umumnya. B.
Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dalam penulisan skripsi
ini dirumuskan masasalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan keselamatan penerbangan ditinjau dari Hukum
internasional? 2.
Bagaimana pengaturan Keselamatan Penerbangan berdasarkan ketentuan hukum Nasional Indonesia?
3. Bagaimana Pengaturan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan
KKOP Bandara Internasional KualaNamu?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, yang telah dikemukakan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan keselamatan penerbangan yang ditinjau dari
aspek hukum internasional, International Civil Aviation Organization ICAO dan Konvensi Chicago 1944?
10
http:hubud.dephub.go.id. Diunduh Pada Tanggal 16 Desember 2013
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui pengaturan keselamatan penerbangan berdasarkan
ketentuan Hukum Nasional Indonesia? 3.
Untuk mengetahui Bagaimana pengaturan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan KKOP Bandara Internasional KualaNamu?
C. Manfaat Penulisan
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat baik dari sisi
teoritis maupun praktis. 1.
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu hokum pada
umumnya dan hukum internasional pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
Membantu aparat penegak hukum dan pemerintah dalam penerapan pengetahuan kukum internasional mengenai keselamatan penerbangan pesawat
udara dn juga memberikan pengetahuan yang berguna bagi masyarakat mengenai haknya sebagai pengguna jasa penerbangan.
E. Keaslian Penulisan
Sebagai suatu karya tulis ilmiah yang dibuat untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana, maka Berdasarkan pengamatan serta penelusuran
keperpustakaan judul yang penulis pilih telah diperiksa dalam arsip bagian Hukum Internasional dan judul tersebut dinyatakan tidak ada yang sama dan telah
disetujui oleh Ketua Departemen Hukum Internasionl. Sehingga penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
dapat dikategorikan sebagai penelitian yang baru dan keasliannya dapat saya pertanggungjawabkan tanpa melakukan tindakan peniruanplagiat baik sebagian
maupun seluruh dari karya orang lain.
F. Tinjauan Kepustakaan 1.
Hukum Internasional
Menurut Mochtar Kesumaatmaja Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
Negara antara: 1.
Negara dengan Negara; 2.
Negara dengan subjekhukum lain bukan Negara atau subjek hukum bukan Negara satu sama lain.
2. Hukum Udara
Belum ada kesepakatan yang baku secara internasional mengenai pengertian hukum udara air law mereka kadang-kadang menggunakan istilah
hukum udara air law atau hukum penerbangan aviation law atau hukum navigasi udara air navigation law atau hukum transportasi udara air
transportation law atau hukum penerbangan aerial law atau hukum aeronautika aeronautical law atau udara udara- aeronautika air-aeronautical saling
bergantian tanpa dibedakan satu terhadap yang lain. Namun Verschoor memberikan defenisi hukum udara air law sebagai
hukum dan regulasi yang mengatur penggunaan ruang udara yang bermanfaat bagi penerbangan, kepentingan umum, dan bangsa-bangsa didunia.
Universitas Sumatera Utara
3. Angkutan Udara
Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, danatau pos untuk satu perjalanan atau
lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandara.
11
4. Pesawat Udara
Menurut undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang penerbangan; Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di
atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbanagan.
Pesawat udara mencakuppesawat terbangatau pesawat bersayap
tetap dan helikopter atau diartikan pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap putar yang rotornya digerakkan oleh mesin
.
Pesawat udara yang lebih berat dari udara disebut aerodin, yang masuk dalam kategori ini adalah
autogiro, helikopter, girokopter danpesawat terbangpesawat bersayap tetap.
Pesawat bersayap tetap umumnya
menggunakan mesin pembakaran dalam yang berupa mesin pistondengan baling- baling atau mesin turbin jet atauturboprop untuk menghasilkan dorongan yang
menggerakkan pesawat, lalu pergerakan udara di sayap menghasilkan gaya dorong ke atas, yang membuat pesawat ini bisa terbang. Sebagai
pengecualian, pesawat bersayap tetap juga ada yang tidak menggunakan mesin, misalnyaglider, yang hanya menggunakan gaya gravitasi dan arus udara
panas. Helikopter dan autogiro menggunakan mesin dan sayap berputar
11
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
Universitas Sumatera Utara
untukmenghasilkan gaya dorong ke atas, dan helikopter juga menggunakan mesin untuk menghasilkan dorongan ke depan.
Pesawat udara yang lebih ringan dari udara disebut aerostat, yang masuk dalam kategori ini adalah balon dan kapal udara. Aerostat menggunakan gaya
apung untuk terbang di udara, seperti yang digunakan kapal laut
untuk mengapung di atas
air. Pesawat udara ini umumnya menggunakan gas seperti helium, hidrogen, atau udara panas untuk menghasilkan gaya apung
tersebut. Perbedaaan balon udara dengan kapal udara adalah balon udara lebih mengikuti arus angin, sedangkan kapal udara memiliki sistem propulsi untuk
dorongan ke depan dan sistem kendali.
12
5. Penerbangan
Pengertian penerbangan menurut undang-undang; Menurut pasal 1 huruf a uu nomor 83 Tahun 1958 tentang penerbangan;
Penerbangan adalah penggunaan pesawat udara dalam dan atas wilayah republik Indonesia.
Menurut pasal 1 angka 1 uu nomor 15 Tahun 1992 tentang penerbangan; Penerbangan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan
wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara, angkutan udara, keamanan dan keselamatan penerbanagan serta kegiatan dan fasilitas penunjang lain yang terkait.
Menurut pasal 1 angka 1 uu Nomor 1 Tahun 2009 tentang penerbangan; Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan
wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara, angkutan udara, navigasi
12
http:id.wikipedia.org diunduh Pada Tanggal 24 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
6. Keselamatan Penerbangan
Keselamatan Penerbanganadalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
13
Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2001; Keselamatan penerbangan adalah keadaan yang terwujud dari
penyelenggaraanpenerbangan yang lancar sesuai dengan prosedur operasi dan persyaratan kelaikanteknis terhadap sarana dan prasarana penerbangan beserta
penunjangnya. Keselamatan Penerbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah faktor kondisi fisik pesawat, kondisi awak pesawat, infrastruktur, serta faktor alam. Tetapi yang menjadi faktor utama adalah kondisi fisik pesawat.
Kondisi fisik suatu pesawat tergantung dari perawatan yang dilakukan, semakin baik sebuah pesawat maka semakin besar pula biaya yang harus dilakukan begitu
sebaliknya.
7. Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan
Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan adalah wilayah daratan danatau perairan serta ruang udara di sekitar Bandar udara yang digunakan untuk
kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.
14
13
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
14
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
Universitas Sumatera Utara
Kawasan ini perlu diperhatikan untuk menjaga keselamatan operasional pesawat udara di sekitar bandar udara, hal yang paling umum dan sangat berkaitan
dengan kawasan ini adalah mengenai kondisi ketinggian bangunan atau halangan lainnya seperti gunung, bukit, pepohonan di sekitar wilayah operasi penerbangan
atau bandar udara. Kawasan ini juga menjadi faktor pendukung utama dalam pembuatan suatu wilayah pendaratan dan lepas landas pesawat udara.
KKOP di bagi menjadi beberapa kawasan, seperti :
1. Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas;
2. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
3. Kawasan di bawah permukaan transisi;
4. Kawasan di bawah permukaan horizontal dalam;
5. Kawasan di bawah permukaan kerucut; dan
6. Kawasan di bawah permukaan horizontal luar.
Dalam pembahasan KKOP dijelaskan mengenai ketentuan batas-batas yang menjadi acuan keselamatan, seperti :
1. Batas-batas kawasan pada KKOP
2. Batas-batas ketinggian pada KKOP
3. Batas-batas di sekitar penempatan peralatan navigasi penerbangan.
15
8. Sumber Hukum Udara
Pada hakekatnya Sumber Hukum Udara terdiri dari UU Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. Undang-undang ini merupakan perubahan atas
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan. Selain itu sumber
15
http:id.wikipedia.org diunduh Pada Tanggal 24 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
Hukum Udara antara lain PP No.40 Tahun 1985 Tentang Angkutan Udara, PP No.3 Tahun 2001 tentang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan, konvensi
Chicago 7 Desembar 1944 Tentang Penerbangan Sipil Internasional menghasilkan ICAO, Konvensi Montreal Tahun 1999 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut
Udara dan Dokumen Angkutan, Konvensi Roma Tahun 1952 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Pada Pihak Ke-3, Konvensi Tokyo 1963 tentang Tindak
Pidana di Pesawat Udara.
9. Sumber Hukum Internasional
1. Perjanjian Internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus,
yang mengandung ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh Negara-negara yang bersengketa;
2. Kebiasaan Internasional, sebagai bukti dari suatu kebiasaan umum
yang telah diterima sebagai hukum; 3.
Prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab; 4.
Keputusan Pengadilan dan ajaran para sarjana yang paling terkemuka dari berbagai Negara sebagai sumber tambahan untuk mendapatkan
kaidah hukum. 1.
Perjanjian internasional Perjanjian Internasional Adalah perjanjian yang diadakan antara
anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu.
Tentang hal membuat perjanjian internasional dapat dibagi lagi dalam 3 tahap yaitu;
1. Perundingan negotiation;
Universitas Sumatera Utara
2. Penandatanganan signature;
3. Pengesahan ratification;
10. Sumber Hukum Udara Nasional
Sumber hukum udara nasional terdapat diberbagai peraturan perundang- undangan Nasional sebagai implementasi undang-undang Dasar 1945 antara lain
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992, stb 1939-100, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1976, Undang-Undang Nomor
4 Tahun 1976, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003, semuanya beserta peraturan pelaksanaannya pada tataran peraturan pemerintah bsampai dengan
intruksi kepala Direktorat dan seterusnya. Di samping itu, berbagai peraturan pada tataran regulasi terdapat berbagai peraturan seperti keputusan mengenai kebandar
udaraan, keselamatan penerbangan, lalu lintas udara, angkutan udara, teknik perawatan udara dan lain-lain merupakan sumber hukum udara nasional.
Sumber hukum Nasional terdapat pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956, undang- Undang Tersebut merupakan Perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 tahun 1992 tentang
Penerbangan. Dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang keamanan dan keselamatan Penerbangan Lembar Negara Tahun 2001 Nomor
9, tambahan Lembaran Negara Nomor 4075
11. Sumber Hukum Udara Internasional
Sumber hukum udara dapat bersumber pada hukum internasional maupun hukum nasional. Sesuai dengan pasal 38 1 Piagam Mahkamah Internasional
mengatakan sumber hukum internasional adalah ‘‘international treaty,
Universitas Sumatera Utara
international custom, as evidence of a general practice, accepted as law’’. Sumber hukum udara internasional dapat berupa nmultilateral maupun bilateral
sebagai berikut; 1.
Multilateral Sumber hukum udara internasional bersifat multilateral berupa
konvensi-konvensi internasional bersifat multilateral juga bersifat bilateral. 2.
Bilateral Air Transport Agreement Indonesia telah mempunyai perjanjian angkutan udara internasional
timbal balik bilateral air transport agreement tidak kurang dari 67 negara yang dapat digunakan sebagai sumber hukum udara internasional antara lain dengan
Austria,Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Belanda, Bahrain, Iran, Belgia, Brunai Darussalam, Bulgaria, Czekoslovakia, Denmark, Hongaria, India, Inggris,
Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Korea Selatan, Libanon, Malaysia, Thailand, Myanmar, Norwegia, Slaindia Baru, Prancis, Pakistan, Papua New Guenia,
Filipina, Polandia, RRc, Rumania, Swiss, Singapore, Spanyol, Swedia, Sri Lanka, Taiwan, Yordania, Bangladesh, Turki, Uni Emerat Arab, Slovakia, Rusia,
Vietnam, Mauritius, Kyrghysztan, Kuwait, Madagaskar, Uzbekistan, Hongkong, Oman, Qatar, Canada, Ukraina.
3. Hukum Kebiasaan Internasional
Menurut pasal 38 1 Piagam Mahkamah Internasional, hukum kebiasaan internasional juga merupakan salah satu sumber hukum udara
internasional publik. Peran hukum kebiasaan internasional tersebut semakin berkurang dengan adanya konvensi internasional, mengingat hukum kebiasaan
internasional kurang menjamin adanya kepastian hukum.
Universitas Sumatera Utara
4. Prinsip-prinsip Hukum Umum General Principles Of Law
Salah satu ketentuan yang dirumuskan didalam Pasal 38 1 Piagam Mahkamah Internasional adalah ‘‘general principle or law recognized by civilized
nation’’ asas-asas tersebut antara lain;a prinsip bonafide itikad baik atau good faith artinya segala perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik, b pacta
sun survanda artinya apa yang dijanjikan dalam perjanjian internasional harus dipatuhi,ditaati, c abus de droit atau misbruik van recht maksudnya suatu hak
tidak boleh disalah gunakan, d nebis in idem artinya perkara yang sama tidak boleh diajukan dipengadilan lebih dari sekali, e equality rights maksudnya
kesederajatan yang diakui oleh Negara-negara maju didunia, ftidak boleh saling intervensi, g non lequid artinya hakim tidak dapat menolak dengan alasan tidak
ada peraturan atau tidak ada hakim, karena hakim mempunyai hak untuk menciptakan hukum.
5. Ajaran Hukum Doctrine
Didalam commont law System atau Anglo saxon System dikenal adanya ajaran hukum udara mengenai pemindahan risiko dari korban injured
people kepada pelaku actor. Menurut ajaran hukum tersebut, perusahaan bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh korban injured people.
6. Yurisprudensi
Ada beberapa yurisprudensi yang dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber-sumber hukum sebagaimana yang diatur dalam pasal 38 ayat 1.
Banyak kasus sengketa yang berkenaan dengan hukum udara, terutama berkenaan dengan tanggung jawab hukum perusahaan penerbangan terhadap penumpang dan
atau pengirim barang maupun terhadap pihak ketiga.
Universitas Sumatera Utara
G. Metode Penelitian A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis penelitia Normatif. Penelitian Normatif merupakan penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian
terhadap sistem hukum dan penelitian terhadap sinkronisasi hukum.
16
Metode penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang lengkap, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya serta untuk
membandingkan pengaturan keselamatan mengenai penerbangan sipil di Indonesia maupun internasional yakni Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009,
ICAO dan Konvensi Chicago Tahun 1944.
B. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder, yang terdiri dari
17
: 1.
Bahan Hukum Primer yakni dalam penulisan ini bahan hukum primer yang digunakan adalah data-data yang didapatkan melalui buku-buku,
jurnal-jurnal ilmiah, data-data dari intrernet, undang-undang dan peraturan-peraturan perundang-undangan, konvensi hukum internasional,
deklarasi maupun protokol yang terkait dengan pokok permasalahan.
16
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif , Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hal 15
17
Bambang Sunggono, Metedologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 113-114.
Universitas Sumatera Utara
2. Bahan Hukum Sekunder yakni bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, dengan cara menelusuri bahan-bahan literature yang relevan dengan penelitian seperti hasil-hasil penelitian atau
pendapat para pakar hukum baik yang berupa buku-buku hukum, jurnal, artikel-artikel dan juga berasal dari perpustakaan Universitas Sumatera
Utara, Perpustakaan Fakultas Hukum USU dan juga data-data yang berasal dari situs internet.
3. Bahan Hukum Tersier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum.
C. Analisis Data