2. Penandatanganan signature;
3. Pengesahan ratification;
10. Sumber Hukum Udara Nasional
Sumber hukum udara nasional terdapat diberbagai peraturan perundang- undangan Nasional sebagai implementasi undang-undang Dasar 1945 antara lain
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992, stb 1939-100, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1976, Undang-Undang Nomor
4 Tahun 1976, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003, semuanya beserta peraturan pelaksanaannya pada tataran peraturan pemerintah bsampai dengan
intruksi kepala Direktorat dan seterusnya. Di samping itu, berbagai peraturan pada tataran regulasi terdapat berbagai peraturan seperti keputusan mengenai kebandar
udaraan, keselamatan penerbangan, lalu lintas udara, angkutan udara, teknik perawatan udara dan lain-lain merupakan sumber hukum udara nasional.
Sumber hukum Nasional terdapat pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956, undang- Undang Tersebut merupakan Perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 tahun 1992 tentang
Penerbangan. Dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang keamanan dan keselamatan Penerbangan Lembar Negara Tahun 2001 Nomor
9, tambahan Lembaran Negara Nomor 4075
11. Sumber Hukum Udara Internasional
Sumber hukum udara dapat bersumber pada hukum internasional maupun hukum nasional. Sesuai dengan pasal 38 1 Piagam Mahkamah Internasional
mengatakan sumber hukum internasional adalah ‘‘international treaty,
Universitas Sumatera Utara
international custom, as evidence of a general practice, accepted as law’’. Sumber hukum udara internasional dapat berupa nmultilateral maupun bilateral
sebagai berikut; 1.
Multilateral Sumber hukum udara internasional bersifat multilateral berupa
konvensi-konvensi internasional bersifat multilateral juga bersifat bilateral. 2.
Bilateral Air Transport Agreement Indonesia telah mempunyai perjanjian angkutan udara internasional
timbal balik bilateral air transport agreement tidak kurang dari 67 negara yang dapat digunakan sebagai sumber hukum udara internasional antara lain dengan
Austria,Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Belanda, Bahrain, Iran, Belgia, Brunai Darussalam, Bulgaria, Czekoslovakia, Denmark, Hongaria, India, Inggris,
Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Korea Selatan, Libanon, Malaysia, Thailand, Myanmar, Norwegia, Slaindia Baru, Prancis, Pakistan, Papua New Guenia,
Filipina, Polandia, RRc, Rumania, Swiss, Singapore, Spanyol, Swedia, Sri Lanka, Taiwan, Yordania, Bangladesh, Turki, Uni Emerat Arab, Slovakia, Rusia,
Vietnam, Mauritius, Kyrghysztan, Kuwait, Madagaskar, Uzbekistan, Hongkong, Oman, Qatar, Canada, Ukraina.
3. Hukum Kebiasaan Internasional
Menurut pasal 38 1 Piagam Mahkamah Internasional, hukum kebiasaan internasional juga merupakan salah satu sumber hukum udara
internasional publik. Peran hukum kebiasaan internasional tersebut semakin berkurang dengan adanya konvensi internasional, mengingat hukum kebiasaan
internasional kurang menjamin adanya kepastian hukum.
Universitas Sumatera Utara
4. Prinsip-prinsip Hukum Umum General Principles Of Law
Salah satu ketentuan yang dirumuskan didalam Pasal 38 1 Piagam Mahkamah Internasional adalah ‘‘general principle or law recognized by civilized
nation’’ asas-asas tersebut antara lain;a prinsip bonafide itikad baik atau good faith artinya segala perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik, b pacta
sun survanda artinya apa yang dijanjikan dalam perjanjian internasional harus dipatuhi,ditaati, c abus de droit atau misbruik van recht maksudnya suatu hak
tidak boleh disalah gunakan, d nebis in idem artinya perkara yang sama tidak boleh diajukan dipengadilan lebih dari sekali, e equality rights maksudnya
kesederajatan yang diakui oleh Negara-negara maju didunia, ftidak boleh saling intervensi, g non lequid artinya hakim tidak dapat menolak dengan alasan tidak
ada peraturan atau tidak ada hakim, karena hakim mempunyai hak untuk menciptakan hukum.
5. Ajaran Hukum Doctrine
Didalam commont law System atau Anglo saxon System dikenal adanya ajaran hukum udara mengenai pemindahan risiko dari korban injured
people kepada pelaku actor. Menurut ajaran hukum tersebut, perusahaan bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh korban injured people.
6. Yurisprudensi
Ada beberapa yurisprudensi yang dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber-sumber hukum sebagaimana yang diatur dalam pasal 38 ayat 1.
Banyak kasus sengketa yang berkenaan dengan hukum udara, terutama berkenaan dengan tanggung jawab hukum perusahaan penerbangan terhadap penumpang dan
atau pengirim barang maupun terhadap pihak ketiga.
Universitas Sumatera Utara
G. Metode Penelitian A. Jenis Penelitian