60 Berdasarkan Tabel 10 dari 172 siswa menunjukkan bahwa sebanyak
63 siswa 36,6 memiliki kemampuan menjalin hubungan sosial dengan kategori tinggi, sebabanyak 88 siswa 51,2 memiliki kemampuan menjalin
hubungan sosial dengan kategori sedang, dan sebanyak 21 siswa 12,2 memiliki kemampuan menjalin hubungan sosial dengan kategori rendah.
Dengan demikian sebagian besar siswa memiliki kemampuan menjalin
hubungan sosial dalam kategori sedang yang artinya sebagian besar siswa
telah mampu menjalin hubungan sosial dan mampu melihat kebutuhan individu yang lain dan membantu orang lain meskipun belum secara
maksimal. Hasil kategorisasi tersebut dapat digambarkan diagram pie berikut ini.
Gambar 5. Grafik Kemampuan Menjalin Hubungan Sosial
Kemampuan Menjalin
Hubungan Sosial; tinggi;
36,60 Kemampuan
Menjalin Hubungan
Sosial; sedang; 51,20
Kemampuan Menjalin
Hubungan Sosial; rendah;
12,20
Kemampuan Menjalin Hubungan Sosial
tinggi sedang
rendah
61
C. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kematangan emosi siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Sedayu sebagian besar dalam dalam kategori sedang sebanyak
102 siswa 59,3. Sisanya berada pada kategori tinggi sebanyak 24 siswa 16,9 dan kategori rendah sebanyak 41 siswa 23,8. Hal ini berarti
kemampuan siswa sudah cukup baik dalam hal sikap belajar, rasa tanggungjawab, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, dan kemampuan untuk menjalin
hubungan sosial. Kematangan emosi mempunyai peran yang besar dalam individu untuk
menentukan pola tingkah lakunya. Perkembangan emosi dalam diri seseorang akan mengalami peningkatan menuju kematangan emosi seiring dengan tahap
–tahap perkembangan yang dialami. Dariyo 2007:180 mendefinisikan bahwa
kematangan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya secara baik, dalam hal ini orang yang emosinya sudah
matang tidak cepat terpengaruh oleh rangsangan atau stimulus baik dari dalam maupun dari luar pribadinya.
Kematangan emosi merupakan suatu kondisi pencapaian tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi pada diri individu sesuai dengan pernyataan
dari hurlock. Individu yang mencapai kematangan emosi ditandai oleh adanya kesanggupan mengendalikan perasaan dan tidak dapat dikuasai perasaan dalam
mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain, tidak mementingkan diri sendiri tetapi mempertimbangkan perasaan orang lain. Dengan kata lain
62 kematangan emosi merupakan kemampuan seorang individu untuk menggunakan
emosinya secara baik, yang ditandai dengan pengontrolan diri, Pemahaman seberapa jauh baik buruk dan apakah bermanfaat bagi dirinya dalam setiap
tindakan maupun perbuatannya. Indikator kematangan emosi yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada pendapat Overstreet Puspitasari dan Nuryoto, 2002:23 meliputi sikap belajar, memiliki rasa tanggungjawab, memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif, dan memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan sosial. Berikut ini pembahasan masing-masing aspek dalam kematangan emosi.
1. Aspek Sikap untuk Belajar
Dalam penelitian ini aspek sikap untuk belajar sebagian besar siswa
masuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 84 siswa 48,8. Sisanya dalam
kategori tinggi sebanyak 35 siswa 20,3 dan rendah sebanyak 53 siswa 30,8. Hal ini berarti sebagian besar siswa sudah cukup baik dalam bersikap terbuka
untuk menambah pengetahuan, jujur, dan mempunyai motivasi diri yang cukup tinggi untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik.
Hasil penelitian ini sesuai yang dikemukakan oleh Sutardjo 2004: 25 yaitu yang lebih menunjukkan ciri pokok kematangan emosional seseorang dalam
tiga kategori, yaitu mereka yang memiliki kedisiplinan diri, determinasi diri dan kemandirian. Dalam hal ini termasuk sikap untuk belajar. Perkembangan emosi
pada usia remaja juga mempengaruhi sikap untuk belajar seseorang.