Partisipasi Masyarakat Kerangka Konsep Penelitian

f. Rujuk anak ke puskesmaspustuposkesdes.

2.3 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai jenjang kegiatan. Dilihat dari konteks pembangunan kesehatan, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan di antara masyarakat dan pemerintah dalam perencanaan, implementasi dan berbagai aktivitas program kesehatan. Partisipasi adalah suatu proses sosial dimana anggota suatu kelompok masyarakat yang tinggal pada wilayah geografis tertentu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhanya, mengambil keputusan dan memantapkan mekanisme untuk memenuhi kebutuhannya Notoatmodjo, 2005. Cary 1970 dalam Notoatmodjo 2005 mengatakan bahwa partisipasi dapat tumbuh jika 3 kondisi berikut ini terpenuhi, yaitu : Pertama, adanya kesempatan untuk berpartisipasi. Kedua, adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu. Ketiga, adanya kemauan untuk berpartisipasi. Untuk meningkatkan partisipasi, maka kesempatan, kemampuan dan kemauan untuk berpartisipasi dalam pembangunan itu perlu ditingkatkan. Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu proses di mana individu, keluarga dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan kesehatan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa program tersebut perlu dilaksanakan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Universitas Sumatera Utara

2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi

Menurut Lawrence Green 1980, perilaku seseorang dipengaruhi 3 faktor utama yaitu faktor-faktor predisposisi predisposing factors, faktor-faktor pemungkin enabling factors dan faktor-faktor penguat reinforcing factors. Faktor-faktor yang dapat mempermudahpredisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya, misalnya : pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya Notoatmodjo, 2005. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka disebut faktor pemudah. Perilaku ibu mengunjungi posyandu membawa anak balitanya, akan dipermudah jika ibu tahu apa manfaat membawa anak ke posyandu. Faktor-faktor pemungkinpendukung mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dokter atau bidan praktek swasta dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang periksa kehamilan ke tenaga kesehatan tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat pemeriksaan kehamilan saja, melainkan ibu hamil tersebut dengan mudah harus dapat Universitas Sumatera Utara memperoleh fasilitas atau tempat pemeriksaan kehamilan, misalnya Puskesmas, Polindes, bidan praktek ataupun Rumah Sakit. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. Sebagai contoh mudahnya akses ke tempat posyandu seperti tempat posyandu yang terjangkau dan tersedianya fasilitas peralatansarana posyandu yang memadai dapat mendukung sasaran untuk berpartisipasi ke Posyandu. Faktor-faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan dan undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan serta kemudahan memperoleh fasilitas pemeriksaan kehamilan, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan. Sebagai contoh, dalam program posyandu dimana yang menjadi penguat adalah petugas kesehatanpuskesmas, ketua PKKKader Posyandu agar ibu mau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Pendidikan Kesehatan Sumber : Notoadmodjo 2003 2.5. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Penimbangan Balita ke Posyandu Dari hasil penelitian Pardede 2010 menyatakan bahwa cakupan penimbangan balita di posyandu terdapat hubungan yang bermakna dengan faktor internal ibu balita karakteristik ibu antara lain pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, pengetahuan dan sikap ibu mengenai posyandu. Karakteristik ibu yang merupakan bagian dari karakteristik individu seseorang mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan balita. Keturunan Pelayanan Kesehatan Status Kesehatan Lingkungan Perilaku Proses Perubahan Presdisposing factors, pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dsb. Enabling factors, ketersediaan sumber- sumberfasilitas Reinforcing factors, sikap dan perilaku petugas Komunikasi Penyuluhan Pemberdayaan Masyarakat Permbedayaan Sosial Training Pendidikan Kesehatan Promosi Kesehatan Universitas Sumatera Utara Gultom 2010 menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel partisipasi ibu dalam penimbangan balita di posyandu yaitu variabel pekerjaan, pengetahuan, dan sikap. Dari hasil penelitian Angkat 2010 menyatakan bahwa partisipasi ibu ke posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 selama 1 tahun masih rendah tetapi partisipasinya sudah baik. Faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu ke posyandu adalah pengetahuan ibu, sikap ibu, jarak, dukungan dari petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan beberapa pernyataan dan pendapat para peneliti.

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal. Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan anak didik guna mencapai perubahan tingkah laku tujuan. Karena pendidikan itu adalah suatu proses maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik. Sedangkan keluaran pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu yang sesuai dengan tujuan pendidikan institusi yang bersangkutan. Notoatmodjo, 2003. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, Universitas Sumatera Utara bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya Soetjiningsih, 1998 Hasil studi kuantitatif yang dilakukan Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Depkes RI dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang dikutip oleh Soeryoto dalam Gultom 2010, menyatakan faktor pendidikan ibu balita yang baik akan mendorong ibu-ibu balita untuk membawa anaknya ke posyandu.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangga. Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak membawa balitanya ke posyandu adalah karena mereka harus bekerja. Hasil penelitian Pardede 2010 menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait dengan status pekerjaan ibu. Ibu balita yang mempunyai pekerjaan tetap akan memengaruhi kesempatan untuk menimbangkan anaknya ke posyandu. Dari hasil pengamatan di lapangan oleh Gultom 2010, terlihat adanya perbedaan dalam penimbangan balita di posyandu antara responden yang bekerja dengan yang tidak bekerja termasuk ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan bahwa bekerja menyebabkan ibu balita tidak membawa balitanya ke posyandu untuk ditimbang, hal ini kemungkinan karena posyandu diselenggarakan mulai jam 09.00 hingga 12.00 pada hari kerja. Universitas Sumatera Utara

3. Pengetahuan

Pengetahuan dalam Notoatmodjo 2007 adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior. Pengetahuan ibu balita yang baik mengenai posyandu tentunya akan terkait dengan cakupan penimbangan balita. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni: 1. Tahu know Tabu diartikan sebagai mengingat suatu mated yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenamya. Apiikasi di sini dapat diartikan apiikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Universitas Sumatera Utara 4. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis Synthesis Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

4. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku Notoatmodjo, 2003. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: Universitas Sumatera Utara 1. Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2. Merespons Responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab Responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko yang paling tinggi.

5. Kehadiran Kader Posyandu

Kader merupakan motor penggerak kegiatan posyandu. Kader Kesehatan juga promoter kesehatan desa promkes adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat. Kader Posyandu sebagai kader pembangunan kesehatan didesa, dalam pelayanan di posyandu mempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari pelaksanan Suparyanto, 2011. Kehadiran Kader Posyandu sangat menentukan berjalannya kegiatan pelayanan kesehatan posyandu seperti mengingatkanmengajak ibu untuk penimbangan balita ke posyandu, menjelaskan hasil penimbangan, memberikan penyuluhan sesuai dengan hasil dari penimbangan. Universitas Sumatera Utara

6. Jarak Posyandu

Akses geografis di maksudkan pada faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau yang menghambat pemanfaatannya, ini adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi dari masyarakat yang dapat diukur dengan jarak waktu tempuh, pemakaian pelayanan preventif lebih banyak di hubungkan dengan akses geografis, dari pada pemakaian pelayanan kuratif Muninjaya, 2004 Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2003 yang menyatakan bahwa faktor lingkungan fisikletak geografis berpengaruh terhadap perilaku seseorangmasyarakat terhadap kesehatan. Jarak antara tempat tinggal dengan posyandu sangat mempengaruhi ibu untuk hadir atau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Adin 2011 mengungkapkan bahwa dari beberapa alasan yang sering dikemukakan ibu yang tidak datang ke posyandu salah satunya adalah faktor geografi, dimana letak dan kondisi geografis wilayah tersebut. Kondisi geografis diantaranya jarak dan kondisi jalan ke tempat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap keaktifan membawa balitanya ke posyandu. Hanafiah membuktikan terdapat pengaruh secara signifikan persepsi ibu balita jarak posyandu dengan tempat tinggal responden terhadap pemanfaatan posyandu di Desa Matang Tepah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang.

7. Kelengkapan Peralatan Posyandu

Peralatan posyandu merupakan semua alat yang digunakan dalam pelaksanaan posyandu baik peralatan yang digunakan untuk mengukur status gizi maupun peralatan yang digunakan sebagai penunjang lancarnya pelaksanaan posyandu yaitu: ketersediaan alat-alat penunjang lainnya seperti timbangan bayibalita, timbangan Universitas Sumatera Utara dewasa, alat pengukur tinggipanjang badan, KMS untuk mencatat hasil penimbangan Angkat,2010. Menurut Puspasari 2002 untuk kelancaran kegiatan posyandu selain diperlukan tempat yang memadai juga harus didukung oleh ketersediaan alat-alat penunjang lainnya seperti timbangan bayibalita, timbangan dewasa, alat pengukur tinggipanjang badan, KMS untuk mencatat hasil penimbangan. Dari hasil observasi dan data yang dikumpulkan sebanyak 54,5 posyandu yang belum memiliki sarana yang memadai di posyandu Kota Sabang Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2002. Keberhasilan posyandu sangat ditentukan ketersediaan saranaperalatan yang memadai. Pada umumnya permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan posyandu adalah partisipasi pengguna posyandu masih rendah, peralatan di posyandu belum memadai. Angkat 2010 dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan peralatan posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam masih tidak lengkap. Masih banyak ibu-ibu yang mempunyai anak balita khususnya anak berusia 36 bulan keatas mengatakan malas membawa anaknya ke posyandu karena di posyandu tidak tersedia timbangan injak untuk anaknya karena anaknya tidak mau ditimbang dengan menggunakan timbangan dacin karena anak balita takut, terbukti saat ditimbang anak menangis.

8. Sikap Kader

Kader merupakan motor penggerak kegiatan posyandu. Kader Kesehatan juga promotor kesehatan desa promkes adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat. Kader Posyandu sebagai kader pembangunan kesehatan didesa, dalam Universitas Sumatera Utara pelayanan di posyandu mempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari pelaksanan Suparyanto, 2011. Hasil penelitian Angkat 2010 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari kader dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu. Bahwa ibu yang mendapat dukungan dari kader terlihat dari partisipasi ibu menimbangkan balita cukup baik.

9. Sikap Keluarga

Sikap keluarga terdekatsuami, ibu atau pengasuh balita akan aktif ke posyandu jika ada dorongan dari keluarga terdekat. Sikap keluarga yang mendukung ibu untuk aktif ke posyandu sangat berperan dalam memelihara dan mempertahankan status gizi balita yang optimal. Keluarga merupakan system dasar dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamankan, keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional perawatan kesehatan.Adin, 2011 Hasil penelitian Angkat 2010 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari keluarga ibu dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu. Bahwa ibu yang mendapat dukungan dari keluarga terlihat dari partisipasi ibu menimbangkan balita sudah cukup baik.

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Pendekatan teori yang dipakai dalam mengamati tingkat partisipasi ibu untuk menimbangkan balita ke posyandu adalah teori Lowren Green 1980. Dimana teori Universitas Sumatera Utara ini menggambarkan dalam perubahan perilaku kesehatan individu maupun sebuah masyarakat dapat dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu perilaku itu sendiri dan faktor diluar perilaku tersebut. Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu : faktor predisposisi, faktor pendukung enabling factor, serta faktor pendorong reinforcing factor. Ketiga faktor ini dapat menggambarkan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh beberapa hal baik yang berasal dari dalam individu, dari luar berupa lingkungan dan saranaprasarana serta sikap dari kader dan sikap keluarga. Peneliti ingin mengetahui mengenai keadaan yang mempengaruhi tingkat partisipasi ibu balita dalam penimbangan balita ke posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu untuk menimbangkan anaknya ke posyandu, namun keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa faktorvariable penelitian saja. Apabila ada faktor lain diluar dugaan peneliti, peneliti berharap dapat menemukannya pada saat pengambilan data. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Faktor Predisposing • Pendidikan Ibu • Pekerjaan Ibu • Pengetahuan Ibu • Sikap Ibu Faktor Enabling • Kehadiran Kader Posyandu • Jarak Posyandu • Kelengkapan Peralatan Posyandu Faktor Reinforcing • Sikap Kader • Sikap Keluarga Gambar 2.2 Keramgka Konsep 2.7.Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan antara factor predisposingpredisposisi mempermudah yang meliputi pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap ibu dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke posyandu. 2. Ada hubungan antara factor enabling pendukung yang meliputi kehadiran kader posyandu, jarak posyandu dan kelengkapan peralatan posyandu dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke posyandu. Tingkat Partisipasi Ibu dalam Penimbangan Balita ke Posyandu Universitas Sumatera Utara 3. Ada hubungan antara factor reinforcing Penguat yang meliputi sikap kader, sikap keluarga dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke posyandu. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode penelitian descriptive analitic dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah dengan pertimbangan bahwa dari tiga puskesmas yang terdapat di Kecamatan Medan Petisah merupakan yang paling rendah untuk cakupan penimbangan balitanya. Puskesmas Darussalam mencakup 2 Kelurahan dan 20 Posyandu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan yang namanya terdaftar dalam posyandu serta mempunyai KMS. Berdasarkan data yang diperoleh dari posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam, jumlah ibu yang mempunyai balita tersebut di atas adalah 241 orang. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel satu populasi untuk uji hipotesis data proporsi Hidayat, 2007, yaitu : � = � � 1−� �� � 1 − � + � 1−� �� � 1 − � � � 2 � � − � 2 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu balita dalam menimbang anaknya ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Rorotan Tahun 2015

7 56 159

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHADIRAN ANAK BALITA DALAM PENIMBANGAN POSYANDU FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHADIRAN ANAK BALITA DALAM PENIMBANGAN POSYANDU DI DESA CEPER KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH.

0 1 15

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu (Studi di Kelurahan Cabawan Wilayah Kerja Puskesmas Margadana Kota Tegal Tahun 2011).

0 0 1

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FREKUENSI PENIMBANGAN BALITA KE POSYANDU DESA DARUPONO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIWUNGU SELATAN KABUPATEN KENDAL TAHUN 2009 - UDiNus Repository

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Ibu Balita untuk Menimbang Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Bandar Lampung Tahun 2010 | Reihana | Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia 30788 70974 1 SM

0 0 6

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU MEMBAWA ANAKNYA KE POSYANDU KELURAHAN KRICAK WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

0 1 5

D. Data Tingkat Partisipasi Ibu Ke Posyandu - Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Ibu dalam Penimbangan Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2013

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Posyandu 2.1.1 Defenisi Posyandu - Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Ibu dalam Penimbangan Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2013

1 1 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Ibu dalam Penimbangan Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2013

0 0 8

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU DALAM PENIMBANGAN BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 13