f. Rujuk anak ke puskesmaspustuposkesdes.
2.3 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai jenjang kegiatan. Dilihat dari konteks pembangunan kesehatan, partisipasi adalah
keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan di antara masyarakat dan pemerintah dalam perencanaan, implementasi dan berbagai aktivitas
program kesehatan. Partisipasi adalah suatu proses sosial dimana anggota suatu kelompok masyarakat yang tinggal pada wilayah geografis tertentu mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhanya, mengambil keputusan dan memantapkan mekanisme untuk memenuhi kebutuhannya Notoatmodjo, 2005.
Cary 1970 dalam Notoatmodjo 2005 mengatakan bahwa partisipasi dapat tumbuh jika 3 kondisi berikut ini terpenuhi, yaitu : Pertama, adanya kesempatan
untuk berpartisipasi. Kedua, adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu. Ketiga, adanya kemauan untuk berpartisipasi. Untuk meningkatkan partisipasi,
maka kesempatan, kemampuan dan kemauan untuk berpartisipasi dalam pembangunan itu perlu ditingkatkan. Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu
proses di mana individu, keluarga dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan kesehatan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
meyakinkan masyarakat bahwa program tersebut perlu dilaksanakan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi
Menurut Lawrence Green 1980, perilaku seseorang dipengaruhi 3 faktor utama yaitu faktor-faktor predisposisi predisposing factors, faktor-faktor
pemungkin enabling factors dan faktor-faktor penguat reinforcing factors. Faktor-faktor yang dapat mempermudahpredisposisi mencakup pengetahuan
dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya, misalnya : pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu
tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya Notoatmodjo, 2005. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah
terwujudnya perilaku, maka disebut faktor pemudah. Perilaku ibu mengunjungi posyandu membawa anak balitanya, akan dipermudah jika ibu tahu apa manfaat
membawa anak ke posyandu. Faktor-faktor pemungkinpendukung mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi
dan sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dokter atau bidan
praktek swasta dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang
periksa kehamilan ke tenaga kesehatan tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat pemeriksaan kehamilan saja, melainkan ibu hamil tersebut dengan mudah harus dapat
Universitas Sumatera Utara
memperoleh fasilitas atau tempat pemeriksaan kehamilan, misalnya Puskesmas, Polindes, bidan praktek ataupun Rumah Sakit. Fasilitas ini pada hakekatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. Sebagai contoh mudahnya akses
ke tempat posyandu seperti tempat posyandu yang terjangkau dan tersedianya fasilitas peralatansarana posyandu yang memadai dapat mendukung sasaran untuk
berpartisipasi ke Posyandu. Faktor-faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan dan undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang
terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan serta kemudahan memperoleh fasilitas pemeriksaan kehamilan, juga diperlukan
peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan. Sebagai contoh, dalam program posyandu dimana yang
menjadi penguat adalah petugas kesehatanpuskesmas, ketua PKKKader Posyandu agar ibu mau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Pendidikan Kesehatan
Sumber : Notoadmodjo 2003
2.5. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Penimbangan Balita ke Posyandu
Dari hasil penelitian Pardede 2010 menyatakan bahwa cakupan penimbangan balita di posyandu terdapat hubungan yang bermakna dengan faktor
internal ibu balita karakteristik ibu antara lain pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, pengetahuan dan sikap ibu mengenai posyandu.
Karakteristik ibu yang merupakan bagian dari karakteristik individu seseorang mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan balita.
Keturunan Pelayanan Kesehatan
Status Kesehatan Lingkungan
Perilaku Proses Perubahan
Presdisposing factors, pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, nilai, dsb.
Enabling factors, ketersediaan
sumber- sumberfasilitas
Reinforcing factors, sikap
dan perilaku petugas
Komunikasi Penyuluhan
Pemberdayaan Masyarakat Permbedayaan Sosial
Training
Pendidikan Kesehatan Promosi Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Gultom 2010 menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel partisipasi ibu dalam penimbangan balita di posyandu
yaitu variabel pekerjaan, pengetahuan, dan sikap. Dari hasil penelitian Angkat 2010 menyatakan bahwa partisipasi ibu ke
posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 selama 1 tahun masih rendah tetapi partisipasinya sudah baik. Faktor yang
berhubungan dengan partisipasi ibu ke posyandu adalah pengetahuan ibu, sikap ibu, jarak, dukungan dari petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan beberapa pernyataan
dan pendapat para peneliti.
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal. Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi
pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan anak didik guna mencapai perubahan tingkah laku tujuan. Karena pendidikan itu adalah suatu proses maka
dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik. Sedangkan
keluaran pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu yang sesuai dengan tujuan pendidikan institusi yang bersangkutan. Notoatmodjo,
2003. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik,
Universitas Sumatera Utara
bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya
Soetjiningsih, 1998 Hasil studi kuantitatif yang dilakukan Pusat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Depkes RI dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang dikutip oleh Soeryoto dalam Gultom 2010, menyatakan faktor pendidikan ibu
balita yang baik akan mendorong ibu-ibu balita untuk membawa anaknya ke posyandu.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangga.
Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak membawa balitanya ke posyandu adalah karena mereka harus bekerja.
Hasil penelitian Pardede 2010 menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait dengan status pekerjaan ibu. Ibu balita yang mempunyai pekerjaan tetap akan
memengaruhi kesempatan untuk menimbangkan anaknya ke posyandu. Dari hasil pengamatan di lapangan oleh Gultom 2010, terlihat adanya
perbedaan dalam penimbangan balita di posyandu antara responden yang bekerja dengan yang tidak bekerja termasuk ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil
pengamatan ditemukan bahwa bekerja menyebabkan ibu balita tidak membawa balitanya ke posyandu untuk ditimbang, hal ini kemungkinan karena posyandu
diselenggarakan mulai jam 09.00 hingga 12.00 pada hari kerja.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengetahuan
Pengetahuan dalam Notoatmodjo 2007 adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior. Pengetahuan ibu balita yang baik mengenai posyandu
tentunya akan terkait dengan cakupan penimbangan balita. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat,
yakni: 1. Tahu know
Tabu diartikan sebagai mengingat suatu mated yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. 2. Memahami Comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenamya. Apiikasi di sini dapat diartikan apiikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis Synthesis Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
ada. 6. Evaluasi Evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
4. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku Notoatmodjo, 2003. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
Universitas Sumatera Utara
1. Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek. 2. Merespons Responding
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab Responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko yang paling tinggi.
5. Kehadiran Kader Posyandu
Kader merupakan motor penggerak kegiatan posyandu. Kader Kesehatan juga promoter kesehatan desa promkes adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh
masyarakat. Kader Posyandu sebagai kader pembangunan kesehatan didesa, dalam pelayanan di posyandu mempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari
pelaksanan Suparyanto, 2011. Kehadiran Kader Posyandu sangat menentukan berjalannya kegiatan pelayanan kesehatan posyandu seperti mengingatkanmengajak
ibu untuk penimbangan balita ke posyandu, menjelaskan hasil penimbangan, memberikan penyuluhan sesuai dengan hasil dari penimbangan.
Universitas Sumatera Utara
6. Jarak Posyandu
Akses geografis di maksudkan pada faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau yang menghambat pemanfaatannya, ini adalah hubungan
antara lokasi suplai dan lokasi dari masyarakat yang dapat diukur dengan jarak waktu tempuh, pemakaian pelayanan preventif lebih banyak di hubungkan dengan akses
geografis, dari pada pemakaian pelayanan kuratif Muninjaya, 2004 Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2003 yang menyatakan bahwa faktor
lingkungan fisikletak geografis berpengaruh terhadap perilaku seseorangmasyarakat terhadap kesehatan. Jarak antara tempat tinggal dengan posyandu sangat
mempengaruhi ibu untuk hadir atau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Adin 2011 mengungkapkan bahwa dari beberapa alasan yang sering
dikemukakan ibu yang tidak datang ke posyandu salah satunya adalah faktor geografi, dimana letak dan kondisi geografis wilayah tersebut. Kondisi geografis
diantaranya jarak dan kondisi jalan ke tempat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap keaktifan membawa balitanya ke posyandu.
Hanafiah membuktikan terdapat pengaruh secara signifikan persepsi ibu balita jarak posyandu dengan tempat tinggal responden terhadap pemanfaatan posyandu di
Desa Matang Tepah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang.
7. Kelengkapan Peralatan Posyandu
Peralatan posyandu merupakan semua alat yang digunakan dalam pelaksanaan posyandu baik peralatan yang digunakan untuk mengukur status gizi maupun
peralatan yang digunakan sebagai penunjang lancarnya pelaksanaan posyandu yaitu: ketersediaan alat-alat penunjang lainnya seperti timbangan bayibalita, timbangan
Universitas Sumatera Utara
dewasa, alat pengukur tinggipanjang badan, KMS untuk mencatat hasil penimbangan Angkat,2010.
Menurut Puspasari 2002 untuk kelancaran kegiatan posyandu selain diperlukan tempat yang memadai juga harus didukung oleh ketersediaan alat-alat
penunjang lainnya seperti timbangan bayibalita, timbangan dewasa, alat pengukur tinggipanjang badan, KMS untuk mencatat hasil penimbangan. Dari hasil observasi
dan data yang dikumpulkan sebanyak 54,5 posyandu yang belum memiliki sarana yang memadai di posyandu Kota Sabang Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun
2002. Keberhasilan posyandu sangat ditentukan ketersediaan saranaperalatan yang memadai. Pada umumnya permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
posyandu adalah partisipasi pengguna posyandu masih rendah, peralatan di posyandu belum memadai.
Angkat 2010 dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan peralatan posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota
Subulussalam masih tidak lengkap. Masih banyak ibu-ibu yang mempunyai anak balita khususnya anak berusia 36 bulan keatas mengatakan malas membawa anaknya
ke posyandu karena di posyandu tidak tersedia timbangan injak untuk anaknya karena anaknya tidak mau ditimbang dengan menggunakan timbangan dacin karena anak
balita takut, terbukti saat ditimbang anak menangis.
8. Sikap Kader
Kader merupakan motor penggerak kegiatan posyandu. Kader Kesehatan juga promotor kesehatan desa promkes adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh
masyarakat. Kader Posyandu sebagai kader pembangunan kesehatan didesa, dalam
Universitas Sumatera Utara
pelayanan di posyandu mempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari pelaksanan Suparyanto, 2011.
Hasil penelitian Angkat 2010 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari kader dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke
posyandu. Bahwa ibu yang mendapat dukungan dari kader terlihat dari partisipasi ibu menimbangkan balita cukup baik.
9. Sikap Keluarga
Sikap keluarga terdekatsuami, ibu atau pengasuh balita akan aktif ke posyandu jika ada dorongan dari keluarga terdekat. Sikap keluarga yang mendukung
ibu untuk aktif ke posyandu sangat berperan dalam memelihara dan mempertahankan status gizi balita yang optimal. Keluarga merupakan system dasar dimana perilaku
sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamankan, keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama
merawat anggota keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional
perawatan kesehatan.Adin, 2011 Hasil penelitian Angkat 2010 menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara dukungan dari keluarga ibu dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu. Bahwa ibu yang mendapat dukungan dari keluarga terlihat dari
partisipasi ibu menimbangkan balita sudah cukup baik.
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Pendekatan teori yang dipakai dalam mengamati tingkat partisipasi ibu untuk menimbangkan balita ke posyandu adalah teori Lowren Green 1980. Dimana teori
Universitas Sumatera Utara
ini menggambarkan dalam perubahan perilaku kesehatan individu maupun sebuah masyarakat dapat dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu perilaku itu sendiri dan faktor
diluar perilaku tersebut. Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu : faktor predisposisi, faktor pendukung enabling factor, serta faktor pendorong reinforcing
factor. Ketiga faktor ini dapat menggambarkan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh beberapa hal baik yang
berasal dari dalam individu, dari luar berupa lingkungan dan saranaprasarana serta sikap dari kader dan sikap keluarga.
Peneliti ingin mengetahui mengenai keadaan yang mempengaruhi tingkat partisipasi ibu balita dalam penimbangan balita ke posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu untuk
menimbangkan anaknya ke posyandu, namun keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa faktorvariable penelitian saja. Apabila ada faktor lain
diluar dugaan peneliti, peneliti berharap dapat menemukannya pada saat pengambilan data.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Faktor Predisposing • Pendidikan Ibu
• Pekerjaan Ibu • Pengetahuan Ibu
• Sikap Ibu
Faktor Enabling • Kehadiran Kader Posyandu
• Jarak Posyandu • Kelengkapan Peralatan Posyandu
Faktor Reinforcing • Sikap Kader
• Sikap Keluarga
Gambar 2.2 Keramgka Konsep
2.7.Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan antara factor predisposingpredisposisi mempermudah yang
meliputi pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap ibu dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke posyandu.
2. Ada hubungan antara factor enabling pendukung yang meliputi kehadiran kader posyandu, jarak posyandu dan kelengkapan peralatan posyandu dengan
tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke posyandu. Tingkat Partisipasi Ibu
dalam Penimbangan Balita ke Posyandu
Universitas Sumatera Utara
3. Ada hubungan antara factor reinforcing Penguat yang meliputi sikap kader, sikap keluarga dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke
posyandu.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah metode penelitian descriptive analitic dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2013.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah dengan pertimbangan bahwa dari tiga puskesmas yang
terdapat di Kecamatan Medan Petisah merupakan yang paling rendah untuk cakupan penimbangan balitanya. Puskesmas Darussalam mencakup 2 Kelurahan dan 20
Posyandu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan yang namanya terdaftar dalam posyandu serta mempunyai KMS. Berdasarkan
data yang diperoleh dari posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam, jumlah ibu yang mempunyai balita tersebut di atas adalah 241 orang.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel satu populasi untuk uji hipotesis data proporsi Hidayat, 2007, yaitu :
� = � �
1−�
��
�
1 − �
+ �
1−�
��
�
1 − �
�
�
2
�
�
− �
2
Universitas Sumatera Utara