B. Komunikasi Intrapersonal dalam dakwah dzatiyah
Dakwah dzatiyah adalah dakwah kepada diri sendiri melalui pendekatan komunikasi di dalam diri. Pendakwah dan mitra dakwah melatih
dirinya menjadi manusia yang sehat jasmani sebagai makhluk basyariah. Mereka menjadi manusia yang sehat jiwanya sebagai makhluk insaniyah.
Manusia memiliki kapasitas jasmani, potensi-potensi kemanusiaan, dan potensi-potensi
kejiwaan. Pendekatan
komunikasi intrapribadi
ini menjelaskan dakwah dzatiyah. Kata dzatiyah ini mengikuti definisi tarbiyah
dzatiyah. Dakwah dzatiyah ini, mengajak diri sendiri untuk mengenal diri sendiri sebagai hamba Allah, khalifah di humi, mengenal Allah yang
berkesinambungan dan hubungan komunikasi terjadi hubungan interaktif antara hamba dan pencipta-Nya.
4
Dakwah dzatiyah meliputi semua komponen komunikasi dakwah dan proses komunikasi dakwahnya yaitu komunikator, pesan, saluran, dan mitra
dakwahnya. Peristiwa dakwah mencakup dimensi komunikasi manusia, bagaimana seseorang berada dalam tiga dimensi komunikasi yaitu, tingkat
komunikasi, konteks komunikasi dan saluran komunikasi. Tingkat komunikasi terdiri dari individu, keluarga, sahabat, kelompok, komunitas dan
organisasi tingkat lokal, nasional dan internasional. Konteks komunikasinya adalah perdagangan, politik, pendidikan, dan penyuluhan. Saluran
komunikasi menggunakan media cetak dan media elektronik, baik langsung maupun tidak langsung. Pendekatan komunikasi intrapribadi dalam dakwah
dzatiyah, komunikasi intrapribadi meliputi sensasi, persepsi, memori, dan
4
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, Jakarta: Amzah, 2012. h, 17.
cara berpikir yang Islami. Dakwah Dzatiyah mencakup kekuatan sensasi, persepsi, menjaga memori dan kekuatan cara berpikir pendakwah dan mitra
dakwahnya. Sebelum memanggil dan mengajak seseorang, pendakwah memiliki kekuatan kesehatan jasmani, rohani dan kecerdasan spiritual yang
tetap menjaga potensi bingkai fitrahnya ke dalam bingkai kepribadian muslim. Seorang pendakwah harus mampu memperhatikan faktor personal
dan juga faktor lingkungan dalam menjalankan dakwahnya. Dalam berdakwah para da‟i juga harus mempunyai kecerdasan yang baik dalam
menyampaikan pesan dakwahnya.
5
Adapun kecerdasan menurut psikologi Islam dalam dimensi manusia adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan nafs.
C. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Saat ini berdakwah banyak dilakukan oleh para juru dakwah yang mempunyai latar belakang kehidupan, pendidikan dan profesi. Tidak hanya
mereka yang berlatar belakang pendidikan agama melainkan mereka yang mempunyai profesi seperti sarjana kedokteran, sarjana ekonomi, polisi, artis,
dan lain sebagainya. Masyarakat pada saat ini merupakan individu yang mempunyai kemampuan intelektual serta berpikir secara kritis. Hal ini
menuntut para da‟i untuk memiliki daya kreatifitas yang tinggi dan harus ditunjang oleh pengetahuan, kecerdasan, dan juga keterampilan dalam
menggunakan teknologi untuk kegiatan berdakwahnya.
5
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, Jakarta: Amzah, 2012. h, 83
Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab, da‟watan yang merupakan bentuk masdar dari kata kerja
da‟a yad‟u yang artinya menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu.
6
Kemudian pengertian dakwah secara terminologi yang diungkapkan oleh salah satu ahli yaitu Prof. Toha Yahya Umar, dalam buku Retorika
Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan karangan A.H. Hasanudin, beliau pun membagi pengertian dakwah kepada dua segi, yaitu:
a. Pengetian dakwah secara umum
Ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara, tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,
menyetujui, melaksanakan suatu idelogi, pendapat, pekerjaan tertentu. b.
Pengertian dakwah menurut ajaran Islam Ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
7
Arifin M.Ed, mengatakan dalam buku Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan, baik dalam
bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual
maupun kelompok, supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan
yang disampaikan padanya tanpa unsur paksaan.
8
6
Drs. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009. h, 1.
7
A.H. Hasanudin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan , Surabaya: Usaha Nasional, 1982. h, 34.
8
Nasarudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, Jakarta: Firma Dara, h. 11.