Pendapat dari Endang Saifudin pengertian dakwah terbagi menjadi dua bagian. Pertama, dakwah dalam pengertian sempit yaitu penyampaian
Islam kepada manusia baik melalui lisan, tulisan, maupun lukisan. Kedua, dakwah dalam kehidupan manusia termasuk bidang politik, ekonomi, sosial,
pendidikan, iptek, kesenian, keluarga dan sebagainya. Menurut Taufik Al-
Wa‟i dalam buku Filsafat Dakwah karangan Abdul Basit, dakwah adalah mengajak manusia kepada pengesaan Allah
dengan menyatakan dua kalimat syahadat dan mengikuti manhaj Allah di muka bumi baik perkataan maupun perbuatan, sebagaimana yang terdapat di
dalam Al-Quran dan Assunnah, agar memperoleh agama yang diridhaiNya dan manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
9
Pengertian para ahli diatas pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dalam mengartikan dakwah meskipun terdapat perbedaan dalam hal
redaksinya. Dalam perbedaan tersebut peneliti dapat memberikan penjelasan bahwa dakwah adalah sebuah kegiatan yang dilakukan para da‟i untuk
menyebarkan ajaran agama Islam dengan menggunakan media dan metode agar manusia menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya sesuai
dengan apa yang diperintahkan dalam Al-Quran dan juga Hadits agar terwujudnya akhlak karimah dalam diri manusia.
Dakwah Islam mempunyai tiga gagasan pokok yang berkaitan dengan hakikat dakwah Islam tersebut, yang pertama adalah dakwah merupakan
proses kegiatan mengajak kepada jalan Allah. Aktivitas tersebut bisa berbentuk tabligh, taghyir, dan uswah. Kedua, dakwah merupakan proses
9
Abdul Basit, Filsafat Dakwah, Depok: PT Raja Grafindo Persada, cet ke-1, h. 44.
persuasi memengaruhi. Berbeda dengan pengertian pertama, memengaruhi disini tidak hanya mengajak, melainkan membujuk agar para mad‟u mau
mengikuti apa yang da‟i sampaikan tanpa adanya paksaan karena dalam Al- Quran Allah mejelaskan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Ketiga,
dakwah adalah sebuah sistem yang terpola, dimana ketika berdakwah maka terdapat sub sistem yang tidak dapat dipisahkan yaitu, da‟i, mad‟u, dan pesan
dakwah. Proses keberhasilan suatu dakwah tidak hanya menyangkut salah satu sub sistem dakwah saja, melainkan ada tujuh sub sistem dalam
menduku ng proses keberhasilan dakwah yaitu, da‟i, mad‟u, materi, metode,
media, evaluasi, dan faktor lingkungan.
10
2. Unsur-Unsur Dakwah
Berbicara mengenai dakwah tidak terlepas dengan apa yang disebut dengan unsur-unsur dakwah, unsur-unsur dakwah terdiri dari :
a. Da‟i
Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau
bentuk organisasi atau lembaga.
11
Dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan kepada khalayak yang juga disebut
mad‟u. Seseorang dapat disebut da‟i atau ulama apabila secara keilmuan ia telah mengetahui tentang ajaran-ajaran agama
Islam. Begitu juga dari segi wawasan intelektual, pengalaman spiritual, sikap mental dan kewibawaannya. Seorang yang disebut
Da‟i biasanya akan terlihat
10
Abdul Basit, Filsafat Dakwah, Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013, cet ke-1, h. 45.
11
Wahyu Ilahi, KomunikasiDakwah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010.h.19
lebih matang dibandingkan dengan mad‟u.
12
Karena seorang d a‟i harus bisa
membimbing dan mengarahkan orang agar tidak ada keliruan dalam menjalani ibadah agar kehidupannya bisa selamat dunia dan akhirat. Dalam
sebuah misi penyebaran agama khususnya agama Islam tidak terlepas dari penyampaiannya
yang kita kenal dengan sebutan da‟i, da‟i adalah orang yang melakukan dakwah.
13
Pengertian da‟i dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni da‟i dalam pengertian umum dan d
a‟i dalam pengertian khusus. Dalam pengertian umum maka tiap-
tiap pribadi muslim menjadi Da‟i bagi dakwah Islamiah.
14
Dengan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Da‟i mengandung dua pengertian:
a. Secara umum adalah setiap muslim dan muslimat yang berdakwah
sebagai kewajiban yang melekat sesuai dengan misinya sebagai penganut Islam, sesuai hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan
oleh Bukhari, “ballighu anni walau ayat” yang artinya :
sampaikanlah walau satu ayat. b.
Secara khusus adalah “mereka yang mengambil keahlian khusus mutakhsis dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan
yang luar biasa dan dengan Qudrahhaanah kehendak yang baik.
15
12
Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002.h.
13
Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT. Ikhtiar Ouve, 1992.h.137
14
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.h.23-24
15
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.h.27
b. Mad‟u
Mad‟u dapat diartikan sebagai orang atau kelompok yang lazim disebut dengan jamaah yang senang mendengarkan dan memahami ajaran
agama dari seorang Da‟i. Seorang Da‟i akan menjadikan mad‟u sebagai objek
bagi transformasi keilmuan yang dimilikinya. Mad‟u yang menjadi objek dakwah adalah orang yang menjadi
audience yang akan diajak kedalam Islam secara kaffah keseluruhan. Mereka bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi misalnya: atheis, animis,
musyrik, bahkan ada juga yang muslim tetapi fasik atau menyandang dosa atau maksiat. Dari sudut lain juga berbeda baik intelektualitas, status sosial,
kesehatan dan seterusnya, ada yang kaya dan ada juga yang miskin dan sebagainya.
16
Muhammad Abduh membagi mad‟u menjadi tiga golongan yaitu:
1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran dan dapat
berpikir kritis, cepat menangkap persoalan. 2.
Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi. 3.
Golongan yang berbeda dengan golongan di atas, adalah mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam
batas tertentu tidak sanggup mendalami benar.
17
Mad‟u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu,
16
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.h.32
17
Wahyu Ilahi, KomunikasiDakwah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010.h.21