Dari definisi-definisi tersebut, dapat dipahami bahwa manajemen laba dianggap sebagai tindakan
opportunistic dari manager. Hal ini mengisyaratkan bahwa manajemen laba erat kaitannya dengan motivasi-motivasi
yang mendasari manajer dalam melakukan manajemen laba, sasaran-sasaran yang ingin dicapai manajer serta
penggunaan judgment-judgment dalam laporan keuangan yang dapat merugikan dan menyesatkan stakeholders.
2.1.3.2. Faktor-faktor yang Memotivasi Terjadinya Manajemen
Laba
Pada dasarnya manajer melakukan manajemen laba karena laba telah dijadikan sebagai target dalam
proses penilaian prestasi kerja departemen manajer secara khusus dan perusahaan organisasi secara umum.
Scott 2000:302 mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba:
1. Bonus Purposes Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih
perusahaan akan bertindak secara opportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan
laba Healey, 1985.
2. Political Motivations Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba
yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena
adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
Universitas Sumatera Utara
3. Taxation Motivation Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi
manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak
pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus
mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan berusaha memaksimalkan pendapatan agar tidak
diberhentikan.
Motivasi lain manajemen laba dilihat dari sudut pandang akuntansi adalah karena ada dua keterbatasan para
pengguna dalam menginterpretasi pelaporan keuangan. Pertama, kriteria penyajian elemen pelaporan keuangan
rentan terhadap kebijakan manajemen, yaitu pihak manajemen memiliki peluang dan kebebasan untuk
menerapkan kebijakan manajemen yang berhubungan dengan pencatatan dan metode akuntansi yang akan
digunakan untuk pelaporan keuangannya. Kedua, tidak ada observasi sempurna mengingat tidak semua kebijakan
manajemen dapat diobservasi oleh para pengguna laporan keuangan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya asimetri
informasi antara investor dengan manajemen perusahaan yang berpeluang untuk melakukan manipulasi laba
sehingga mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan ke publik.
Universitas Sumatera Utara
Teknik dan Pola Manajemen Laba Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im
2000 dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi
akuntansi. Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment
perkiraan terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun
waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi dan lain-lain.
2. Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk
mencatat suatu transaksi. Contoh : mengubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka
tahun ke metode depresiasi garis lurus.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan. Contohnya adalah mempercepat atau menunda
pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya,
mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda
pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai lagi.
Menurut scott 2000 pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara :
1. Taking a bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk
pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar untuk meningkatkan laba di masa
yang akan datang.
2. Income Minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat
profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat
diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas
income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk bonus yang lebih besar.
4. Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang
dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih
menyukai laba yang relatif stabil.
2.1.3.3. Metode Deteksi Manajemen Laba