Pembahasan Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Pengujian Pengaruh Kompensasi Eksekutif dan Manajemen Laba Secara Simultan Terhadap Risiko Kebangkrutan Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah pengaruh kompensasi eksekutif dan manajemen laba secara simultan terhadap risiko kebangkrutan. Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa secara simultan variabel kompensasi eksekutif dan manajemen laba berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko kebangkrutan baik untuk model pertama nilai F hitung 25.923 dengan signifikansi 0.000 maupun untuk model kedua nilai F hitung 131.000 dengan signifikansi 0.000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga H3 diterima.

4.4.3. Pembahasan

Pengujian yang dilakukan secara parsial terhadap hipotesis pertama H1 menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan kompensasi eksekutif terhadap risiko kebangkrutan H1 diterima. Nilai t hitung yang positif menunjukkan bahwa besaran kompensasi searah dengan nilai Altman Z-Score, yang berarti bahwa semakin tinggi kompensasi yang diterima eksekutif maka semakin rendah risiko perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Wei Ting et. al. 2009 yang menemukan ada pengaruh negatif antara kompensasi eksekutif dengan risiko kebangkrutan dan hasil penelitian Ozkan 2007 yang menemukan Universitas Sumatera Utara adanya hubungan positif antara kompensasi eksekutif dengan kinerja perusahaan. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan nilai t hitung yang positif dengan signifikansi yang jauh di bawah 0.05 mengindikasikan pengaruh yang signifikan tetapi searah dengan nilai Altman Z-Score, artinya bahwa semakin besar nilai akrual diskresioner dalam hal ini dipandang memaksimumkan laba – accrual discretionary positif maka semakin besar pula nilai Altman Z-Score, yang artinya risiko kebangkrutan yang lebih rendah. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko kebangkrutan. Hasil ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian Wei Ting et al 2009 yang menemukan adanya hubungan positif signifikan manajemen laba terhadap risiko kebangkrutan. Penyebab yang mungkin mendasari hasil penelitian ini adalah bahwa investor tidak melakukan analisis fundamental dalam menilai laporan keuangan perusahaan atau tidak bereaksi terhadap informasi-informasi yang menunjukkan tindakan manajemen dalam memanfaatkan asimetri informasi. Indikasi ini sejalan dengan hasil penelitian Muid, dkk 2005 yang menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan reaksi pasar antara perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Universitas Sumatera Utara Pengujian secara simultan terhadap kedua model yang disusun dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang negatif signifikan, hal ini mendukung hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel kompensasi eksekutif dan manajemen laba berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko kebangkrutan. Hasil ini diperkirakan karena rencana kompensasi bagi eksekutif memotivasi mereka untuk memanipulasi laba dan informasi keuangan mereka laporkan kemudian direspon positif oleh investor sehingga risiko kebangkrutan perusahaan semakin rendah. Selain itu, dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa nilai adjusted R2 menunjukkan model kedua mampu menjelaskan variabel risiko kebangkrutan lebih baik dari model pertama 20.3 untuk model 1 dan 76.9 untuk model 2, artinya bahwa variabel kontrol yang disertakan pada model kedua mendukung model pertama. Ketiga variabel kontrol yang disertakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset, debt ratio dan return on assets. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel debt ratio berpengaruh positif signifikan terhadap risiko kebangkrutan dengan nilai t hitung sebesar -15.581 dan signifikansi 0.000, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan rasio utang yang besar memiliki risiko kebangkrutan yang tinggi. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Wei Ting et al. 2009. Variabel ukuran perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan dan Universitas Sumatera Utara arah pengaruh juga tidak sesuai dengan yang diperkirakan yaitu positif. Arah hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian secara umum tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan. Variabel kontrol yang ketiga yaitu return on assets menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan dengan nilai t hitung 9.162 dan signifikansi 0.000. Artinya bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian aset yang tinggi memiliki risiko kebangkrutan yang lebih rendah. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Wei Ting et al. 2009 dan Vasiliou et al 2003. Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Coefficients a Model t Sig. Arah regresi Arah analisis keterangan 1 Constant 10.100 .000 sqrtEC 5.661 .000 Positif Negatif Semakin besar EC maka RISK semakin besar, artinya risiko kebangkrutan semakin rendah. sqrtDACC 4.220 .000 Positif Negatif Semakin besar DACC maka RISK semakin besar, artinya risiko kebangkrutan semakin rendah. a. Dependent Variable: sqrtRISK 2 Constant 8.536 .000 sqrtEC 3.115 .002 Positif Negatif Semakin besar EC maka RISK semakin besar, artinya risiko kebangkrutan semakin rendah. sqrtDACC 3.843 .000 Positif Negatif Semakin besar DACC maka RISK semakin besar, artinya risiko kebangkrutan semakin rendah. sqrtSIZE -.380 .704 Negatif Positif Semakin besar SIZE maka semakin kecil RISK, artinya risiko kebangkrutan semakin tinggi. hasil tidak signifikan sqrtDEBT -15.581 .000 Negatif Positif Semakin besar DEBT maka RISK semakin kecil, artinya risiko kebangkrutan semakin tinggi. sqrtROA 9.162 .000 Positif Negatif Semakin besar ROA maka RISK semakin besar, artinya risiko kebangkrutan semakin rendah. a. Dependent Variable: sqrtRISK Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2012 Universitas Sumatera Utara Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis lanjutan ANOVA b Model F Sig. Arah Regresi Arah Analisis keterangan 1 Regression 25.923 .000 a Positif Negatif Semakin besar EC dan DACC secara simultan maka RISK semakin besar, artinya risiko kebangkrutan semakin rendah a. Predictors: Constant, sqrtDACC, sqrtEC b. Dependent Variable: sqrtRISK 2 Regression 131.000 .000 a Positif Negatif Semakin besar EC, DACC, SIZE, DEBT dan ROA secara simultan maka RISK semakin besar, artinya risiko kebangkrutan semakin rendah a. Predictors: Constant, sqrtROA, sqrtDACC, sqrtSIZE, sqrtDEBT, sqrtEC b. Dependent Variable: sqrtRISK Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2012 Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya tentang pengaruh kompensasi eksekutif dan manajemen laba terhadap risiko kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2008 sd 2010, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Variabel kompensasi eksekutif dan manajemen laba berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko kebangkrutan baik secara parsial maupun simultan. Dengan demikian, maka : 1. Hipotesis pertama yang menyatakan kompensasi eksekutif berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko kebangkrutan, diterima. Sebagaimana dijelaskan dalam tinjauan teoritis bahwa kompensasi memberikan dampak terhadap motivasi, keputusan dan bahkan terhadap level dan arah usaha eksekutif yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perusahaan, dapat dikatakan bahwa besaran kompensasi yang diterima oleh eksekutif turut mempengaruhi motivasi mereka dalam bertindak bagi kepentingan perusahaan. Asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagaimana disampaikan pada bagian pendahuluan, mengungkapkan dua sisi motivasi eksekutif terkait dengan kompensasi yang diterimanya. Di satu sisi kompensasi dapat meningkatkan motivasi Universitas Sumatera Utara