Kepemilikan Manajerial Kebijakan Hutang

mekanisme tersendiri untuk memantau manajer dalam membuat keputusan yang terbaik bagi para pemegang saham.

2.1.2 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan dari dalam insider ownership bervarisai diantara perusahaan – perusahaan Demsetz dan Lehn, 1985 . Kepemilikan saham oleh manajer berkaitan erat dengan kontrol dan monitoring terhadap perilaku manajemen, sebagai konsekuensi dari adanya konflik keagenan. Jika tingkat kepemilikan manajemen rendah, berarri manajemen memiliki pengaruh dan voting power yang terbatas, sedangkan investor eksternal mempunyai kuasa untuk memonitor dan membatasi perilaku opurtunistik manajemen, sehingga mengurangi konlik keagenan. Konsekuensinya, kedua belah pihak mempunyai pengaruh positif terhadap managerial incentive problems Braidsfold et al, 2001, yakni dalam hal mengurangi perilaku oportunistik manajer. Konflik kepentingan dapat timbul diantara pemegang saham ketika pemegang saham memiliki kendali lebih besar daripada yang seharusnya. Apabila seseorang memiliki kendali yang terlalu besar atau berlebihan maka dia akan cenderung memiliki insentif untuk memperoleh kepentingan pribadi karenanya kinerja perusahaan akan menurun Jensen dan Meckling, 1976 . Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa kecenderungan ini akan meningkat ketika kepemilikan pemegang saham pengendali berkurang. Pada perusahaan dengan kepemilikan yang terbagi – bagi, pemilik saham terbesar Universitas Sumatera Utara akan menjadi pengendali perusahaan. Pada perusahaan yang dimiliki oleh konglomerat dengan kepemilikan institusi, pemegang saham pengendali akan mengendalikan perusahaan dengan sedikit kepentingan. Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan hutang mempunyai peranan penting, yaitu sebagai pengendali kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham Megginson, 1997 . Keinginan pemegang saham untuk menyamakan kepentingan dengan manajemen melalui program – program yang mengikat kekayaan pribadi manajemen kedalam kekayaan perusahaan.

2.1.3 Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang merupakan proksi dari resiko yang dihadapi oleh pemegang saham dan menjadi biaya keagenan dalam konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen. Myers 1977 dan Myers dan Majluf 1984 seperti dikutip Faisal, 2004 menjelaskan keterkaitan antara kebijakan hutang dengan profitabilitas perusahaan yang menyatakan bahwa perusahaan yang lebih menguntungkan akan menurunkan hutangnya karena memiliki sumber dana internal yang lebih besar dari laba earnings untuk membiayai kegiatan investasinya. Perusahaan menggunakan hutang untuk mendanai sebagian besar aktiva. Kebijakan hutang berhubungan positif dengan resiko sehingga peningkatan hutang akan meningkatkan resiko keuangan. Peningkatan resiko keuangan berarti menimbulkan konflik sehingga diperlukan pengaturan terhadap penggunaan hutang untuk meminimalkan konflik keagenan. Universitas Sumatera Utara Sementara itu, menurut Jensen dan meckling 1976 Kebijakan hutang merupakan proksi dari resiko yang dihadapi oleh pemegang saham dan menjadi biaya keagenan dalam konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen, sehingga pengaruh hutang terhadap kepemilikan manajerial adalah positif. Debt to Equity Ratio yang rendah diharapkan mengurangi resiko kebangkrutan dan financial distress. Terjadinya financial distress juga akan menimbulkan konflik keagenan diantaranya melalui asset substitution dan under investment, sehingga kepemilikan manajerial dengan resiko kebangkrutan yang disebabkan oleh hutang. Easterbrook 1984 , berargumentasi bahwa pemegang saham akan melakukan pengawasan terhadap manajemen, namun bila biaya monitoring tersebut tinggi, maka mereka akan menggunakan pihak ketiga untuk membantu melakukan pengawasan. Pihak ketiga tersebut dengan sendirinya akan berusaha untuk melakukan tindak pengawasan terhadap penggunaan dana tersebut. Perusahaan – perusahaan seperti perusahaan bank dan pembiayaan adalah contoh perusahaan yang mempunyai rasio hutang yang cukup tinggi. Apabila perusahaan berbentuk limited liability company maka kemungkinan terjadinya debt agency problems akan lebih besar. Semakin terkonsentrasi kepemilikan perusahaan, semakin besar kemungkinan terjadinya debt agency problems. Karena itulah para akan mensyaratkan berbagai covenant untuk melindungi kredit mereka yang mereka berikan. Ketentuan – ketentuan tersebut misalnya mempertahankan rasio likuiditas minimal tertentu, Universitas Sumatera Utara membatasi pembagian dividen maksimum dalam persentase tertentu dan sebagainya. Teori keuangan juga menjelaskan bahwa memaksimumkan nilai perusahaan dapat dilakukan atas biaya pengorbanan pihak kreditur. Agar agency problem tidak merugikan pihak pemilik perusahaan, mekanisme yang sering ditempuh adalah dengan meningkatkan monitoring dan kontrol terhadap keputusan – keputusan yang diambil manajemen. Dari sisi kreditor, transparansi manajemen akan mengurangi debt agency problem. Dengan pertimbangan bahwa perusahaan – perusahaan multinasional mempunyai monitoring dan kontrol yang lebih baik terhadap manajemen dan juga lebih transparan, maka diharapkan perilaku manajemen mereka akan lebih sesuai dengan kepentingan perusahaan. Dengan demikian maka keputusan pendanaan yang diambil diharapkan tidak akan merugikan pemilik perusahaan dan juga kreditornya Suad Husnan, 2001 .

2.1.4 Teori Keagenan Agency Theory

Dokumen yang terkait

Analsis Pengaruh Free Cash flow Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 40 90

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 52 101

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Industri Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 99 107

Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 42 93

Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

3 69 98

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 20

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 6 24

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAA MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 15 22

Hubungan Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial dan Free Cash Flow dengan Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar di BEI.

0 1 18

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 88