Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting, setiap orang berhak memperoleh pendidikan, sesuai yang tertuang di dalam UUD 1945 pasal 31 1 yang menyebutkan bahwa: “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”, maka dari itu usaha pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia yaitu dengan adanya sekolah gratis. Program ini membantu anak –anak yang ingin bersekolah tetapi tidak mempunyai biaya. Anak –anak harus terus belajar dan sekolah supaya mendapat pengetahuan dan karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Sekolah dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan itu semua merupakan proses yang umumnya dilalui anak dalam jenjang pendidikan, sesuai dengan tingkatan atau umur mereka. Anak –anak yang nantinya setelah lulus ingin bekerja atau tidak meneruskan belajar ke perguruan tinggi, umumnya mereka memilih sekolah menengah kejuruan SMK. Jumlah sekolah kejuruan di Indonesia ini banyak mulai dari yang negeri maupun swasta. Setiap sekolah kejuruan membekali siswa siswi mereka dalam hal keterampilan, sehingga setelah lulus dapat memenuhi kebutuhan dunia kerja, bagi mereka yang tidak melanjutkan di perguruan tinggi. Pengertian belajar secara psikologis dalam Slameto 2010:2, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan –perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Belajar itu merupakan proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. Belajar dalam Rifa’i dan Catharina 2011:82 merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting didalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan presepsi seseorang. Dalam proses belajar mengajar akan menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar dalam Rifa’i dan Catharina 2011:85 merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek- aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik, oleh karena itu, apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didik. Tujuan peserta didik merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukan bahwa belajar telah terjadi. Hasil belajar disekolah dilihat dari tuntas atau tidaknya seorang siswa dalam pelajaran yang ditempuhnya. Hasil belajar dapat memberikan manfaat bagi guru maupun siswa, bagi guru dapat digunakan untuk mengetahui informasi kemampuan belajar siswa dan pencapaian prestasi siswa dalam belajar, bagi siswa mereka dapat mengetahui sejauh mana kemampuan mereka pada satu mata pelajaran tertentu, sehingga dapat membantu siswa dalam membuat perencanaan studi lanjutan. Hasil belajar di sekolah bisa dilihat dari nilai ulangan harian dan nilai ulangan tengah semester UTS, nilai yang diberikan berupa angka, dari angka tersebut dapat dilihat seorang siswa sudah mencapai Kriteria Batas Minimal KKM atau belum, jika sudah memenuhi atau melebihi KKM itu menandakan seorang siswa sudah baik nilainya, jika belum maka seorang siswa harus memperbaiki dalam studi lanjutannya. Kriteria Ketuntasan Minimal tiap –tiap sekolah berbeda. Kriteria Ketuntasan Minimal di SMK Teuku Umar Semarang yaitu sebesar 75, dalam nilai Ulangan Tengah Semester UTS siswa –siswi kelas X AP 1 dan X AP 2 pada pelajaran Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran. Hasil belajar seharusnya siswa mendapat hasil yang bagus, tapi kenyataannya di kelas X jurusn AP di SMK Teuku umar ini hasil belajar sebagian besar siswa tidak tuntas, ini dibuktikkan dari hasil pengamatan observasi awal pada tanggal 11 Februari 2015 yang menyatakan hasil belajar siswa kurang maksimal karena ada beberapa siswa yang terlihat gugup saat menghadapi ulangan tengah semester, jam mengerjakkan ulangan tengah semester pada saat jam siang, siswa pada mengantuk dan sudah tidak bersemangat mengerjakkan. Berikut ini tabel data nilai UTS Mid Semester siswa kelas X AP 1 dan X AP 2 yang didapat dari guru AP. Tabel 1.1 Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X AP Tahun Pelajaran 20142015 Kelas KKM Nilai Siswa Jumlah Dibawah KKM Persen Diatas KKM Persen X AP 1 75 18 54,55 15 45,45 33 X AP 2 75 27 79,41 7 20,59 34 Sumber : Data Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa hasil belajar kelas X AP masih belum optimal. Dapat dilihat kelas X AP 1 yang belum tuntas ada 18 siswa atau 54,55 , yang sudah tuntas ada 15 siswa atau 45,45, sedangkan untuk kelas X AP 2 yang belum tuntas ada 27 siswa atau 79,41, yang sudah tuntas ada 7 siswa atau 20,59, presentase yang belum tuntas dengan yang sudah tuntas lebih besar yang belum tuntas. Faktor –faktor yang memberikan kontribusi terhadap hasil belajar dalam Slameto 2010:54 adalah kondisi internal dan eksternal. Faktor internal seperti faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan, sedangkan faktor eksternal meliputi, faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Untuk dugaan sementara pencapaian hasil belajar belum optimal pada mata pelajaran Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran siswa kelas X AP karena dipengaruhi oleh faktor kesiapan belajar, motivasi belajar dan lingkungan sekolah. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 11 Februari 2015, saat akan dimulai pelajaran ada beberapa siswa yang masih mengobrol dengan teman sebangku, jika tidak ditegur tidak diam, untuk buku panduan satu meja ada satu buku panduan, kesiapan belajar siswa kurang, selain itu hasil wawancara dengan guru AP Bu Rumdihastuti S.Pd. pada tanggal 14 Februari 2015 untuk mengetahui kesiapan awal siswa, menurut beliau siswa susah digerakkan untuk belajar, ketika akan diadakan ulangan, sudah diberi tahu, tapi tetap saja tidak belajar, selain itu untuk buku panduan sudah baik karena disediakan oleh perpus. Kesiapan dalam Slameto 2010:113 adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi responjawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respon. Kesiapan belajar yang baik akan berpengaruh baik juga terhadap hasil belajar. Kesiapan belajar yang seharusnya, siswa saat akan dimulai pelajaran sudah siap tidak ada yang mengobrol, tapi kenyataannya ada beberapa siswa yang masih mengobrol ketika akan dimulai pelajaran, lalu seharusnya saat guru menerangkan siswa mendengarkan dan memperhatikan tapi kenyataannya tidak. Ini dibuktikan dengan hasil pengamatan observasi awal yang sudah diterangkan diawal dan hasil angket observasi awal yang dibagikan kepada 31 siswa untuk melihat gambaran awal tentang peran kesiapan belajar, yaitu sebagai berikut : Tabel 1.2 Data Peran Kesiapan Belajar Siswa Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 20142015 No Interval Frekuensi Persentase Kriteria 1 21 – 24 5 siswa 16,13 Sangat Siap 2 17 – 20 8 siswa 25,81 Siap 3 13 – 16 8 siswa 25,81 Cukup 4 9 -12 9 siswa 29,03 Kurang Siap 5 5 – 8 1 siswa 3,22 Tidak Siap Jumlah 31 100 Sumber : Data Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tabel 1.2 menunjukkan bahwa kondisi kesiapan belajar siswa dalam keadaan kurang siap. Hal ini dapat dilihat melalui penyebaran angket kepada 31 siswa. Hasilnya menunjukkan paling banyak ada 9 siswa termasuk dalam kreteria kurang siap. Dengan melihat kondisi di atas, maka kesiapan belajar siswa perlu dikaji dalam penelitian ini. Jurnal yang dapat mendukung penelitian ini adalah jurnal dari Antara I Nyoman Runia dengan judul “Pengaruh Kesiapan Dan Transfer Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Di SMA Negeri 1 Ubud ” menunjukkan bahwa ada pengaruh antara kesiapan belajar terhadap hasil belajar secara signifikan yang terlihat dari nilai signifikansi 0,0090,05. Motivasi dalam Sardiman 2012:75 dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Hasil pengamatan, saat guru menjelaskan materi ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan, mengobrol dengan teman sebangku, saat diberi tugas ada beberapa siswa tidak mengerjakan dengan sungguh –sungguh, ada pula siswa yang mengerjakan tugas dengan mencontek milik teman tidak mengerjakan sendiri, ketika pengumpulan tugaspun ada beberapa siswa yang mengumpulkan tidak sesuai dengan kesepakatan atau mengumpulkan lebih dari batas waktu pengumpulan tugas. Selain itu hasil wawancara dengan guru AP saat siswa diberi kesempatan untuk bertanya, siswa yang bertanya tidak banyak, hanya beberapa. Motivasi belajar yang seharusnya, siswa tepat waktu saat mengumpulkan tugas, tapi kenyataannya tidak, saat pengumpulan tugas ada beberapa siswa yang tidak tepat waktu mengumpulkan. Ini dibuktikan dengan hasil pengamatan observasi awal yang sudah diterangkan diawal dan hasil angket observasi awal yang dibagikan kepada 31 siswa untuk melihat gambaran awal tentang peran kesiapan belajar, yaitu sebagai berikut : Tabel 1.3 Data Peran Motivasi Belajar Siswa Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 20142015 No Interval Frekuensi Persentase Kriteria 1 21 – 24 7 siswa 22,58 Sangat Tinggi 2 17 – 20 10 siswa 32,26 Tinggi 3 13 – 16 13 siswa 41,94 Cukup 4 9 -12 - 0,00 Kurang Tinggi 5 5 – 8 1 siswa 3,22 Tidak Tinggi Jumlah 31 100 Sumber : Data Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tabel 1.3 menunjukkan bahwa kondisi motivasi belajar siswa dalam keadaan cukup. Hal ini dapat dilihat melalui penyebaran angket kepada 31 siswa. Hasilnya menunjukkan paling banyak ada 13 siswa termasuk dalam kreteria cukup. Dengan melihat kondisi di atas, maka motivasi belajar siswa perlu dikaji dalam penelitian ini. Jurnal yang dapat mendukung penelitian ini adalah jurnal dari Kurniawan Rizal dengan judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah, Motivasi Belajar Dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Peralatan Kantor Kelas X Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 20122013” menunjukkan bahwa besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar sebesar 11,95. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman 2012:75 yang mengungkapkan bahwa hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat, sedangkan pendapat Rifa’i dan Catharina 2011:160 pentingnya motivasi dalam belajar yaitu sebagai berikut: “Motivasi adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep tersebut. Apabila terdapat dua anak yang memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai oleh anakyang termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun begitu, hal itu kadang –kadang menjadi masalah, karena motivasi bukanlah suatu kondisi. Apabila motivasi peserta didik anak itu rendah, umumnya diasumsikan bahwa prestasi peserta didik anak yang bersangkutan rendah”. Faktor lain yang diduga mempengaruhi hasil belajar dilihat dari faktor eksternnya adalah lingkungan sekolah, pengamatan awal terlihat hubungan siswa dengan guru baik, ketika berpapasan dengan guru siswa menyapa, hubungan dengan teman sekelas juga baik, tetapi ada beberapa siswa yang memakai seragam tidak rapi, saat akan dimulai pelajaran ada beberapa siswa yang masih belum diam, saat masuk sekolah ada beberapa siswa yang terlambat masuk kelas, ada beberapa siswa yang tidak menaati peraturan sekolah, seperti saat guru tidak di kelas, siswa keluar kelas membeli makanan di kantin, perbuatan itu dalam aturan sekolah tidak memperbolehkan. Hasil wawancara dengan tiga siswa, mereka ada yang tepat waktu sampai sekolah dan ada juga yang terlambat. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar dalam Slameto 2010:64 mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Lingkungan sekolah yang seharusnya, siswa datang kesekolah tepat waktu, tapi kenyataannya tidak, ada beberapa siswa yang terlambat masuk sekolah, lalu seharusnya ketika guru tidak dikelas siswa tetap dikelas, tapi kenyataannya ketika guru tidak dikelas mereka pergi ke kantin. Ini dibuktikan dengan hasil pengamatan observasi awal yang sudah diterangkan diawal dan hasil angket observasi awal untuk melihat gambaran awal tentang peran kesiapan belajar, yaitu sebagai berikut : Tabel 1.4 Data Peran Lingkungan Sekolah Siswa Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 20142015 No Interval Frekuensi Persentase Kriteria 1 21 – 24 6 siswa 19,36 Sangat Baik 2 17 – 20 9 siswa 29,03 Baik 3 13 – 16 15 siswa 48,39 Cukup 4 9 -12 - 0,00 Kurang Baik 5 5 – 8 1 siswa 3,22 Tidak Baik Jumlah 31 100 Sumber : Data Kelas X AP SMK Teuku Umar Semarang Tabel 1.4 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sekolah siswa dalam keadaan cukup. Hal ini dapat dilihat melalui penyebaran angket kepada 31 siswa. Hasilnya menunjukkan paling banyak ada 15 siswa termasuk dalam kreteria cukup. Dengan melihat kondisi di atas, maka lingkungan sekolah siswa perlu dikaji dalam penelitian ini, didukung penelitian Rizal Kurniawan 2014 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh lingkungan sekolah terhadap hasil belajar sebesar 30,7 . Lingkungan sekolah yang baik atau mendukung kegiatan belajar, akan mempengaruhi hasil belajar yang baik. Berdasarkan uraian di atas serta dengan melihat kesenjangan antara teori dan fakta yang terjadi di SMK Teuku Umar Semarang, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar dan Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran Di SMK Teuku Umar Semarang”

1.2. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENGARUH IKLIM KELAS DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN PADA MATA PELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK PGRI 2 SALATIGA

7 67 173

PENERAPAN METODE EXAMPLES DAN NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MEMAHAMI PRINSIP PRINSIP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

0 15 137

Pengaruh Kompetensi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Diklat Memahami Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Pati

0 13 153

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KKPI KOMPETENSI MENGOPERASIKAN SOFTWARE SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK ANTONIUS

0 9 121

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

1 14 95

Pengaruh Motivasi Intrinsik, Lingkungan Keluarga, dan Karakteristik Siswa Terhadap Prestasi Belajar pada siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran mata pelajaran Memahami Penyelenggaraan Prinsip

0 9 135

PENGARUH FASILITAS, MOTIVASI BELAJAR, DAN KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRODUKTIF SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NEGERI 1 SUKOHARJO.

0 0 1

(ABSTRAK) PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK BINA NEGARA GUBUG.

0 0 3

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA DAN STRATEGI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MENGELOLA SISTEM KEARSIPAN KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK TAMANSISWA KUDUS.

0 0 3

modul memahami prinsip prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran

1 1 46