Berdasarkan pada penjelasan tersebut, maka penulis sangat tertarik melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Perubahan Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil PNS Pada Dinas Penataan Ruang dan
Permukiman Provinsi Sumatera Utara”. 1.2
Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah dan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut:
“Apakah perubahan struktur organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil PNS pada Dinas Penataan Ruang dan
Permukiman Provinsi Sumatera Utara?”
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perubahan struktur organisasi terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil PNS Pada
Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan perusahaan untuk
meningkatkan kinerja
pegawai melalui
perwujudan variabel
yang mempengaruhinya.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Peneliti Menambah dan memperluas pengetahuan peneliti dalam bidang Manajemen
Sumber Daya Manusia khususnya yang berhubungan dengan pengaruh struktur organisasi terhadap kinerja pegawai.
3. Bagi Pihak Lain Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi yang nantinya
dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang lain di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengorganisasian
2.1.1 Definisi Pengorganisasian
Sebelum kita mengetahui pengertian pengorganisasian, sebaiknya kita lihat dulu kata dari “pengorganisasian” tersebut, yang memiliki kata dasar “organisasi”.
Menurut Handoko 2003:167 organisasi mempunyai dua pengertian umum yaitu : 1. Menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi
perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah atau suatu perkumpulan olahraga.
2. Berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam mana kegiatan organisasi di alokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar
tujuan organisasi dapt tercapai dengan efisien. Menurut Hasibuan 2011:120, Organisasi adalah suatu system perserikatan
formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekolompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.
Dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa organisasi itu merupakan suatu kelompok fungsional yang tentunya memiliki satu tujuan yang sama dan memiliki
berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Handoko
2003:167 Pengorganisasian
merupakan proses
penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya- sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupnya. Sedangkan
Menurut Hasibuan 2011:118-119 Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas,
menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas
tersebut. Berdasarkan pernyataan di atas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa pengorganisasian merupakan proses awal untuk menempatkan orang-orang baik
individu maupun kelompok kedalam struktur organisasi demi mencapai tujuan organisasi tersebut.
Agar organisasi dapat selalu beradaptasi dengan perubahan lingkungan sekitarnya, diperlukan proses transformasi. Gouillart Kelly dalam Sadu Wasistiono
2003 : 85, mengemukakan model 4R untuk transformasi organisasi yaitu : 1. Reframing corporate direction
2. Restructuring the company 3. Revitalizing the enterprise
4. Renewing people
Universitas Sumatera Utara
Tahap pertama transformasi organisasi adalah menyusun kembali kerangka tujuan organisasi dengan menetapkan visi dan misi sesuai dengan kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi Analisis SWOT. Tahap kedua adalah menata ulang struktur oeganisasi sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Tahap ketiga adalah memperbaiki iklim, mekanisme serta budaya organisasi agar sesuai dengan visi dan misi yang baru. Tahap keempat adalah memperbaharui
orang, baik dalam arti fisik berupa pergantiang orang atau memperbaharui cara pandang dan semangatnya.
Kast dan Rosenzweig dalam Cahayani 2003:3, menyatakan bahwa suatu organisasi harus memuat empat unsur utama. Keempat unsur utama tersebut adalah:
1. Goals oriented, berarti suatu organisasi selalu berorientasi pada pencapaian sasaran.
2. Psychosocial system, adanya hubungan antara orang dalam suatu kelompok kerja. 3. Structured activities, orang bekerja sama dalam hubungan yang berpola.
4. Tecnological system, anggota organisasi menggunakan teknologi dan pengetahuan dalam melakukan kegiatannya.
2.1.2 Proses Pengorganisasian
Ada dua aspek utama dalam proses pengorganisasian suatu organisasi yaitu departementalisasi
dan pembagian
kerja. Departementalisasi
merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan yang
sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh suatu bagan
Universitas Sumatera Utara
organisasi. pembagian kerja adalah pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk dan melaksanakan sekumpulan kegiatan
yang terbatas, Handoko, 2003:167. Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur
berikut ini : 1. Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi. 2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logik
dapat dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan.
3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadau dan harmonis.
Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi menjaga perhatiannya pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidak-efisienan
dan konflik-konflik yang merusak. Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses, akan membuat suatu
organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini akan tercemin pada struktur organisasi, yang mencangkup aspek-aspek penting organisasi dan proses
pengorganisasian, yaitu; pembagian kerja, departementalisasi, bagan organisasi formal, rantai perintah dan kesatuan perintah, tingkat-tingkat hirarki manajemen,
saluran komunikasi, penggunaan komite, rentang manajemen dan kelompok- kelompok informal yang tak dapat dihindarkan, Handoko, 2003:168-169.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Struktur Organisasi
2.2.1 Definisi Struktur Organisasi
Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai struktur organisasi. Penyusunan struktur organisasi merupakan langkah awal dalam memulai pelaksanaan
kegiatan perusahaan dengan kata lain penyusunan struktur organisasi adalah langkah terencana dalam suatu perusahaan untuk melaksanakan fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Untuk menentukan pencapaian pelayanan secara efektif harus ada struktur
organisasi yang menjelaskan tugas yang jelas job discription, wewenang authority, dan tanggung jawab accountabillity antar bagianseksi dalam organisasi
dan hubungan antar personal yang dipercayainya akan menghubungkan perilakuindividu dan kelompok dalam peningkatan mutu pelayanan, sehingga
dengan demikian struktur organisasi sangat berpengaruh terhadap efektifitas pelayanan.
Pengertian struktur organisasi menurut Handoko 2003:169 adalah sebagai mekanisme-
mekanisme formal dengan mana organisasi dikelolah”. Menurut Robbins dan Coulter 2007:284, Struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja
formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Sedangkan menurut Gibson 2002:9, Struktur
organisasi adalah pola formal mengelompokkan orang dan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Struktur Organisasi
1. Pembagian Pekerjaan Division Of Work Pembagian pekerjaan adalah tingkat dimana tugas dalam sebuah organisasi
dibagi menjadi pekerjaan yang berbeda Robbins dan Coulter, 2007:285. Setiap orang tidak akan mampu melakukan seluruh aktivitas dalam tugas-tugas yang paling
rumit dan tidak seorang pun akan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai tugas yang tercakup dalam suatu pekerjaan yang rumit.
Melaksanakan suatu tugas yang memerlukan sejumlah langkah, perlu diadakan pemilahan bagian-bagian tugas dan membagi-bagikan kepada sejumlah orang,
pembagian kerja yang dispesialisasikan seperti itu memungkinkan orang mempelajari keterampilan dan menjadi pakar dalam bidang pekerjaan tertentu.
2. Departementalisasi Departementalisasi merupakan dasar yang digunakan untuk mengelompokkan
sejumlah pekerjaan menjadi satu kelompok Robbins dan Coulter, 2007:286. Setiap organisasi terdiri dari beberapa departemen divisi kerja. Banyaknya bagian suatu
organisasi tergantung dari kebutuhan perusahaan bersangkutan. 3. Hiearki
Hierarki adalah garis wewenang yang tidak terputus yang membentang dari tingkatan atas organisasi hingga tingkatan paling bawah dan menjelaskan hubungan si
pelapor kepada si penerima laporan Robbins dan Coulter, 2007:288. Pendelegasian wewenang oleh atasan kepada bawahan perlu agar suatu organisasi berfungsi secara
Universitas Sumatera Utara
rinci karena tidak ada atasan yang dapat mengawasi setiap tugas-tugas organisasi, terlebih apabila organisasi tersebut mempunyai aktivitas yang banyak dan kompleks.
4. Koordinasi Koordinasi adalah proses menyatukan aktivitas dari departemen yang terpisah
untuk mencapai sasaran organisasi secara efektif Robbins dan Coulter, 2007:288. Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada
satuan-satuan yang terpisah departemen atau bidang-bidang fungsional suatu organisasi mencapai tujuan organisasi secara efisien Handoko, 2003:195.
Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi Hasibuan,
2004:85. 5. Kesatuan Perintah Unity of Command
Dalam operasionalisasinya,penerapan prinsip “kesatuan perintah” biasanya dilaksanakan berdasarkan pendekatan “one step down”. Artinya, seorang manajer
memberika perintah kepada orang-orang yang setingkat lebih rendah daripadanya yang meneruskannya ketingkat yang lebih bawah lagi apbila hal itu diperlukan.
Dengan demikian dapt dicegah kesimpang siuran, bukan hanya dalam pemberian perintah, akan tetapi juga dalam hal pertanggungjawaban. Dampak positf dari
penerapan prinsip ini terlihat tidak hanya dalam hal adanya kepastian perintah yang diterima oleh seseorang, akan tetapi juga berkaitan langsung dengan pembinaan
perilaku para bawahan yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Dimensi dan Indikator Struktur Organisasi
Adapun indikator mengenai Struktur Organisasi menurut Stephen Robbins 2003: 215-224 adalah sebagai berikut:
1. Spesialisasi pekerjaan. Sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam beberapa
pekerjaan tersendiri. 2. Departementalisasi.
Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama. Departementalisasi dapat berupa proses, produk, geografi, dan pelanggan.
3. Rantai komando. Garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari puncak organisasi ke
eselon paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa. 4. Rentang kendali.
Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan efektif.
5. Sentralisasi dan Desentralisasi. Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat pengambilan keputusan
terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi. Desentralisasi adalah lawan dari sentralisasi.
6. Formalisasi. Sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kinerja Pegawai
2.3.1 Definisi Kinerja Pegawai
Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau “prestasi” Keban,
2004 : 191. Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa asing
prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Landasan yang sesungguhnya dalam suatu organisasi adalah kinerja. Jika
tidak ada kinerja maka seluruh bagian organisasi, maka tujuan tidak dapat tercapai. Kinerja perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pemimpin atau manajer.
Menurut Nawawi 2006: 63 adalah “Kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target
kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan”. Kinerja menjadi rendah jika diselesaikan melampui batas waktu yang
disediakan atau sama sekali tidak terselesaikan. Sedangkan menurut
Prawirosentono 2008:2 “Kinerja adalah Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tu tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika.
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah kemampuan mencapai persyaratan-
persyaratan pekerjaan, dimana suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan sehingga tujuannya akan
sesuai dengan moral maupun etika perusahaan. Dengan demikian kinerja karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan tersebut.
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan
serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Soesilo dalam Nogi 2005 : 180, kinerja suatu organisasi dipengaruhi adanya faktor-faktor berikut :
1. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi
2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi 3. Sumber daya manusia, yang berhubungan dengan kualitas karyawan untuk
bekerja dan berkarya secara optimal 4. System informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base
untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi. 5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan
teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Atmosoeprapto, dalam Nogi 2005:181 mengemukakan bahwa kinerja organisasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, secara lebih
lanjut kedua faktor tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Faktor eksternal, yang terdiri dari:
1. Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuasaan Negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan
mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal. 2. Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh pada
tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor- sektor lainya sebagai suatu system ekonomi yang lebih besar.
3. Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi
peningkatan kinerja organisasi. b. Faktor internal, yang terdiri dari:
1. Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi.
2. Struktur organisasi, sebagai hasil desain antara fungsi yang akan dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.
3. Sumber Daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota organisasi sebagai penggerak jalanya organisasi secara keseluruhan.
4. Budaya Organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja dalam suatu organisasi. Namun secara
garis besarnya, faktor yang sangat dominan mempengaruhi kinerja organisasi adalah faktor internal faktor yang datang dari dalam organisasi dan faktor eksternal faktor
yang datang dari luar organisasi. Setiap organisasi akan mempunyai tingkat kinerja yang berbeda-beda karena pada hakekatnya setiap organisasi memiliki ciri atau
karakteristik masing-masing sehingga permasalahan yang dihadapi juga cenderung berbeda tergantung pada faktor internal dan eksternal organisasi.
2.3.3 Indikator Kinerja
Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Winarsih 2005:175 menjelaskan tentang indikator yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi, yang
terdiri atas beberapa faktor berikut: 1. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya ketampakan fisik dari gedung,
peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh providers. 2. Reliability atau reabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan
yang dijanjikan secara akurat. 3. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong customers
dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam
memberikan kepercayaan kepada customers. 4. Emphaty adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh providers
kepada customers.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Kumorotomo dalam Dwiyanto 2006 : 52 mengemukakan bahwa untuk menilai kinerja organisasi dapat digunakan beberapa kriteria sebagai pedoman
penilaian kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain: 1. Efisiensi
Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta
pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan
kriteria efisiensi yang sangat relevan. 2. Efektivitas
Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi,
serta fungsi agen pembangunan. 3. Keadilan
Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep
ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi.
Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan pada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.
Universitas Sumatera Utara
4. Daya Tanggap Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi
pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut
secara keseluruahan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.
2.4 Kerangka Konseptual
Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara Distarukimsu merupakan salah satu instansi teknis yang ditetapkan sebagai
pelaksana dan pengembang tugas serta kewenangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam bidang Penataan Ruang dan Permukiman, dan mengimplentasikan
kebijakan yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara.
Dalam rangka memperbaiki citra Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara Distarukimsu, Dinas Penataan Ruang dan Permukiman
Provinsi Sumatera Utara Distarukimsu merasa perlu melakukan perubahan. Reformasi yang dilakukan oleh Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi
Sumatera Utara Distarukimsu ini bersifat menyeluruh dan komprehensif, yang meliputi perubahan struktur organisasi yang berbeda dengan Dinas Penataan Ruang
dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara Distarukimsu pada sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Robbins dan Coulter 2007:284, Struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas
pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Perubahan struktur organisasi terjadi pada tahun 2008, dimana dalam menangani perancangan struktur
organisasi Distarukimsu menggunakan dua komponen yaitu departementasi dan formalisasi.
Departementasi maksudnya adalah dasar yang dipakai dalam pengelompokan pekerjaan sehingga tugas yang sama atau mirip dapat dikoordinasikan dengan lebih
baik dimana Distarukimsu menambahkan bidang kelompok jabatan fungsional yang dibawahi langsung oleh kepala dinas Distarukimsu.
Formalisasi adalah suatu tingkat dimana pekerjaan dalam organisasi itu dibakukan. Jika pekerjaan sangat diformalkan, pelaksana pekerjaan hanya punya
sedikit keleluasaan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan bagaimana seharusnya mengerjakannya dimana posisi bagian tata usaha berganti
nama menjadi sekretaris dan ditambahnya bidang kelompok jabatan fungsional yang seluruh kegiatannya harus sesuai prosedur yang terdefinisi dengan jelas pada
Distarukimsu.
Universitas Sumatera Utara
Teori mengatakan bahwa ada pengaruh dari struktur organisasi terhadap kinerja karyawan di suatu perusahaan, tergantung pada bentuk struktur organisasi
yang dipakai perusahaan tersebut. Menurut Chandler dalam Robbins 2003:183, Jika manajemen membuat suatu perubahan yang penting dalam strategi organisasi,
struktur akan perlu dimodifikasikan untuk mengakomodasikan dan mendukung perubahan ini.
Sumber: Stephen Robbins 2008 dan Agus Dwiyanto 2006 Gambar 2.2: Kerangka Konseptual
2.5 Hipotesis