Sistem Nilai Tukar Teori Nilai Tukar

a. Kekhawatiran akan berkurangnya suplai di pasaran akibat turunnya kapasitas produksi. Minyak merupakan sumber energi yang tak terbaharui, karenanya jumlah cadangan minyak dunia akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya penggunaan minyak tersebut. b. Penutupan perbaikan kilang minyak refineries. c. Faktor cuaca badai. Bencana yang dialami negara produsen minyak sangat mempengaruhi stok di pasar. Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan pada instalasi produksi minyak. d. Faktor geopolik terutama yang terjadi di wilayah produsen. e. Faktor melonjaknya permintaan dari negara emerging market terutama China dan India, serta meningkatnya aksi spekulatif di pasar komoditi.

D. Nilai Tukar Mata Uang

Nilai tukar exchange rate adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Terdapat dua cara untuk menyatakan kurs, yaitu: a. Model Eropa yang sering disebut dengan Inderect Quote. Model ini merupakan cara yang paling umum dipakai dalam perdagangan valuta asing atau antar bank diseluruh dunia. Penetapan kursnya dilakukan berdasarka beberapa unit mata uang asing dalam negeri. b. Model Amerika yang sering disebut Direct Quote. Model ini disebut sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik.

1. Sistem Nilai Tukar

Sistem pokok nilai tukar valuta asing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem nilai tukar tetap fixed exchange rate dan sistem nilai tukar mengambang Universitas Sumatera Utara flexible exchange rate. Pembedaan ini berdasarkan pada besar cadangan devisa dan intervensi bank sentral yang diperlukan untuk mempertahankan kurs pada sistem tersebut.Abimanyu, 2004:8-10 Berdasarkan besarnya intervensi bank sentral dan cadangan devisa yang diperlukan untuk mempertahankan berbagai sistem tersebut, terdapat enam sistem nilai tukar yang dipakai oleh banyak negara di dunia, yaitu : a. Sistem fixed Pada sistem fixed , otoritas moneter selalu mengintervensi pasar untuk mempertahankan nilai tukar nata uang sendiri terhadap satu mata uang asing tertentu. b. Sistem Adjustable peg Pada sistem adjustable peg, otoritas moneter terikat untuk mempertahankan nilai tukar valuta asing. Namun, otoritas moneter berhak mengubah kurs apabila terjadi perubahan kebijakan. c. Sistem Crawling peg Dalam sistem crawling peg, otoritas moneter mengaitkan mata uang dalam negeri terhadap satu atau beberapa mata uang asing. Nilai tukar valuta asing dalam sistem ini diubah secara periodik dan berangsur – angsur dalam persentase yang kecil. d. Sistem Managed float Pada sistem managed float, otoritas moneter tidak terikat untuk mempertahankan nilai tuakr valuta asing tertentu. Namun, otoritas moneter secara kontinyu mengintervensi pasar berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu, seperti cadangan devisa yang menipis. Universitas Sumatera Utara e. Sistem Winder band Pada sistem winder band, otoritas moneter membiarkan nilai tukar valuta asing mengambang atau berfluktuasi diantara dua titik tertinggi dan terendah. f. Sistem free floating Sistem free floating berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem fixed. Dalam sistem ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu mengintervensi cadangan devisa.

2. Teori Nilai Tukar

Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan dengan nilai tukar valuta asing Berlianta, 2004:18-21. a Balance of Payment Approach Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta tersebut. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran dan permintaan tersebut adalah Balance of Payment. Apabila Balance of Payment suatu negara mengalami defisit dapat diartikan bahwa penghasilan arus uang masuk lebih kecil daripada pengeluaran arus uang keluar, maka permintaan akan valuta asing akan bertambah guna membayar defisit tersebut, nilai tukarnya akan cenderung mengalami penurunan dan sebaliknya. b Teori Purchasing Power Parity Teori ini agak berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Teori ini berusaha untuk menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta tersebut Universitas Sumatera Utara terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan apa yang disebut Law of One Price sebagai dasar. Dalam Law of One Price disebutkan bahwa dengan asumsi tertentu, dua barang yang identik sama dalam segala hal harusnya mempunyai harga yang sama. c Fisher Effect Teori ini diperkenalkan oleh Irving Fisher. Fisher Effect menyatakan bahwa tingkat suku bunga nominal di satu negara akan sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah tingkat inflasi di negara itu. Pernyataan tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: Suku Bunga Nominal = Suku Bunga Riil + Tingkat Inflasi Dengan kata lain, tingkat suku bunga nominal di dua negara dapat berbeda karena tingkat inflasi mereka berbeda. d Internasional Fisher Effect Pendapat ini didasari oleh Fisher Effect, bahwa pergerakan nilai mata uang suatu negara di banding negara lain pergerakan kurs disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Implikasi dari International Fisher Effect adalah bahwa orang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang negara yang suku bunganya tinggi tersebut akan terdepresiasi turun nilainya sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang mempunyai suku bunga nominal lebih rendah. Universitas Sumatera Utara

E. Tingkat Inflasi

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 18 83

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi Dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 – 2008

2 70 81

Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 33 99

PENGARUH INFLASI,SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)DI BURSA EFEK INDONESIA

2 27 51

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008 - 2012.

0 0 24

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 7

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 0 9

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI , TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 8