lii Sangat Tidak
Setuju Tidak Setuju
Ragu-Ragu Setuju
Sangat Setuju
STS TS R
S SS
1 2 3
4 5
Sumber : sugiyono : Metode Penelitian Bisnis, 2005, hal. 87 Keuntungan penggunaan skala likert dari tingkat kepentingan dan tingkat
pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor variability of scorer sebagai akibat penggunaan skala 1-5, dengan dimensi mutu tercermin dalam daftar
pertanyaan, memungkinkan konsumen mengekspresikan tingkat pendapat mereka tentang motivasi dan keputusan pembelian.
Skala ordinal adalah angka yang diberikan dimana angka-angka tersebut mengandung pengertian tingkatan, ukuran ordinal digunakan
untuk mengurutkan objek data terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Skala ordinal hanyalah memberikan urutan atau rangking dan tidak
menggambarkan nilai absolut Puharyadi dan Purwanto, 2003.
2. Analisis Kuantitatif
a. Uji Validitas dan Reliabilitas 1 Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur apa yang ingin di ukur. Husein umar:2003:176
pengujian validitas tiap butir pertanyaan digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang
merupakan jumlah tiap butir dalam table ditunjukkan skor totalnya, yang merupakan jumlah skor tiap butir. Uji validitas ini
digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam daftar konstruk pertanyaanpernyataan Buhono:67.
Dalam analisis item ini Masrun seperti yang dikutip oleh Sugiyono 2006:124 meyatakan bahwa “teknik korelasi untuk
menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan”. Selanjutnya dalam memberikan
interpretasi terhadap koefisin korelasi, Masrun menyatakan “item yang mempunyai nilai korelasi positif dengan kriterium skor
total serta korelasi yang tinggi, menunjukan bahwa item ini mempunyai validitas r = positif+ jadi kalau korelasi antar butir
liii dengan skor total negatif - maka butir dalam instrumen tersebut
dinyatakan tidak valid. 2 Uji Reabilitas
Realibilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran
diulangi dua kali atau lebih. Secara internal reabilitas instrument dapat di uji deangan memganalisis konsistensi butir-butir yang ada
pada instrunen dengan teknik tertentu.Sugiono,metode penelitian bisnis,hal 122,2004
berikut ini dikemukakan Cara pengujian realibilitas instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus Croanbachs alpha Malhotra, 1996 : 305 yaitu mencari realibilitas instrumen bilamana
α ≥ 0,6 maka instrumen dikatakan realibel.
Dengan rumus : Dimana :
r
11
= Realibilitas instrumen k
= Bayaknya butir pertanyaan
σ²
= Varians total ∑
σ²
b
= Jumlah Varians butir Selanjutnya data di peroleh dengan menggunakan
kuesioner,dimana hasil analisisnya akan dipersentasikan dalam bentuk table.
b. Uji Asumsi Klasik Sebelum pengujian hipotesis, juga diuji apakah terdapat
penyimpangan asumsi klasik, diantaranya : 1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan mengetahui distribusi data dalam variable yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik
dan layak digunakan dalam penelitian adalah yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa
cara, diantaranya yakni dengan melihat kurva Normal P-plot. Suatu variable dikatakan normal jika gambar distribusi dengan
titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.
2 Autokorelasi r
11
=
⎭ ⎬
⎫ ⎩
⎨ ⎧Σ
−
2 2
1
t b
k k
σ σ
liv
2 1
2 1
2 t
n t
t a
t
e e
et DW
∑ ∑
= −
=
− =
Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam ra yang
berkaitan dengan tenggang waktu Time ngkaian waktu Length, ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu e
t
pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya
e
1 −
t
yang dapat diartikan bahwa hubungan korelasi dari masing- masing variabel waktu sekarang akan sama keadaannya pada masa
yang akan datang. Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui Autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson DW ,
dengan rumus sebagai berikut:
Cara mudah untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat juga digunakan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.2 Durbin Watson
DW Kesimpulan
1.10 Ada Autokorelasi
1.10 - 1.54 Tanpa Kesimpulan
1.55 - 2.46 Tidak ada Autokorelasi
2.46 - 2.90 Tanpa Kesimpulan
2.91 Ada Autokorelasi
3 Multikolinearitas Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan
linier antara variabel bebas independen dalam model regresi. Jika
lv variabel bebas berkorelasi sempurna maka dapat disebut dengan
Multikolinearitas sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya Multikolinearitas didalam model
regresi ditempuh dengan cara sebagai berikut : a Mengamati nilai R
2
, F hitung, dan T hitung. Jika nilai R
2
dan F hitung tinggi sementara nilai T hitung banyak yang tidak
signifikan, maka pada model regresi diindikasikan ada multikolinearitas Kuncoro, 2001:114
b Jika nilai varian inflation factor VIF berkisar pada angka 1 hingga 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka dapat
dikatakan terbebas dari Multikolinearitas VIF = 1tolerance, jika VIF = 10, maka tolerance 110 = 0,1. Semakin tinggi VIF
maka semakin rendah tolerance. c Jika nilai koefisien korelasi antara masing-masing variabel
independen kurang dari 0,60 maka model dapat dikatakan terbebas dari asumsi klasik Multikolinearitas.
4 Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain. Model regresi yang tidak terjadi
heterokedastisitas menunjukkan bahwa model regresi tersebut memiliki kesamaan varians atau data bersifat homogen.
Menurut Buhono 2005:62, cara untuk memprediksi ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model tersebut. Analisisi
pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat hoteroskedastisitas jika :
a Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau di sekitar
angka 0.
lvi b Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau di bawah
saja. c Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d Penyebaran titik-titik sebaiknya tidak berpola. c. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel independent
bebas X
1,
X
2
,dan variabel dependent Y. Persamaan regresi linear berganda dirumuskan sebagai berikut :
Y = a+ β
1
X
1
+b β
2
X
2
+
ε
Keterangan : Y = keputusan pembelian produk
X
1
= motivasi interinsik X
2
= motivasi eksterinsik a = Bilangan konstanta
β = Koefisien regresi ε = Standart error
Dari penghitungan dengan SPSS 15 akan diperoleh keterangan atau hasil mengenai koefisien determinasi, Uji F, Uji t untuk menjawab
perumusan masalah penelitian. Berikut ini keterangan yang berkenaan dengan hal tersebut diatas, yakni:
1 Koefisien determinasi R
2
Koefisien determinasi R
2
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel model summary
b
dan tertulis R square. 2 Uji F Uji Simultan
lvii
1 2
2
1 2
−
− −
= k
n R
R F
Uji F dilakukan untuk melihat dan mengetahui pengaruh bersama- sama variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.
Untuk menguji hipotesa : Ho : b = 0, maka langkah-langkah yang akan digunakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan uji F
adalah sebagai berikut: a Menentukan Ho dan Ha.
Ho : b = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Ha : b ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen. b Menentukan level of significance.
Level of significance yang digunakan sebesar 5 atau
α = 0,05.
c Menentukan nilai F F
hitung
Menentukan F hitung perumusannya sebagai berikut:
dimana: R
2
= koefisien determinasi n = jumlah pengamatansampel
k
-1
= jumlah variabel independent d Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho
Jika Probabilitas 0,05 tolak Ho Jika Probabilitas 0,05 diterima Ho
3 Uji t hitung parsial Digunakan untuk membuat kesimpulan mengenai pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, untuk menguji koefisien hipotesa, untuk itu langkah yang
digunakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan hipotesa sebagai berikut:
Ho :
β = 0 koefisien regresi tidak signifikan Ha :
β
1
≠ koefisien regresi signifikan Maka penulis akan menggunakan uji t dengan rumus sebagai
berikut :
lviii
2
2 2
2
− Σ
− Σ
− Σ
= ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ Σ −
Σ =
− =
n XY
b Y
a Y
Se n
X Y
Se Sb
Sb Se
b t
hitung
Dimana : a = konstanta
b = koefisien korelasi n = jumlah sampel
Sb = kesalahan baku koefisien korelasi Se = kesalahan baku koefisien estimasi
Apabila thitung ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya independen secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Apabila thitung ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
A. Definisi Operasional Variable 1.Variable Bebas independent Variable
Teori motivasi terdiri dari dua jenis, yaitu motivasi interinsik dan motivasi ekstrinsik. Basu Swasta dan Handoko, 1997: 79-84
Variable bebas dalam penelitian ini adalah Motivasi interinsik yang di konotasikan dengan huruf X
1
. dan motivasi eksterinsik X
2
merupakan salah satu komponen penting dalam faktor psikologi konsumen dalam proses
pengambilan keputusan pembelian, 2. Variable terikat dependent Variable
Tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap menurut Bilson Simamora 2003:94. Yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi,
evaluasi alternative, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.
lix Variable terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian produk yang
dikonotasikan dengan huruf Y. Tabel 3.3
Variabel Operasional
No Variabel Sub
Variabel Indikator
Ukuran
1 Motivasi Interinsik
X1
Basu Swasta dan Handoko, 1997
1,.Motif pernyataan
1.1Produk sebagai simbol atau image
1.2 Life style users Ordinal
2. Motif konsistensi 2.1Rasa kepercayaan
terhadap suatu produk kualitas dengan
harga 3. Motif teleologis
3.1 situasi berdasarkan
persepsinya dengan situasi yang ada
sekarang. 4. Motif mereduksi
ketegangan 4.1pemilihan produk
yang dapat mengurangi rasa
jenuh atau bosan 2
Motivasi eksterinsik
X
2
Basu Swasta dan Handoko, 1997
Motif sifat 2.1produk dimengerti
atau dianggap dapat mendukung aktivitas
penngunanya sesuai dengan kegitan
penggunanya Motif manfaat
2.2 dorongan untuk mendapatkan
informasi produk yang bermanfaat, yang
digunakan dalam memecahkan masalah
Motif reinforcment
2.3kecendrungan untuk memilih produk
yang menguntungkan
lx Motif Stimulus
2.4 motif yang Secara alamiah perasaan
ingin tahu dan mencoba sesuatu yang
baru. Motif models
2.5Merupakan motif konsumen untuk
melakukan tindakan yang sama dengan
apa yang dilakukan oleh orang lainnya.
Motif self
ekspresuion 2.6 dorongan untuk
mengekspresikan dirinya.
3 Keputusan pembelian
Y
Bilson Simamora 2003:94,
1. Pengenalan masalah
1.1 Kebutuhan akan produk Keingan atau
selera konsumen Ordinal
2. Pencarian
informasi 2.1 Sumber pribadi
Keluarga,teman dan tetangga
2.2 Sumber komersial iklan,poster dan alin-
lain
3. Pembelian
produk 3.1 pertimbangan
harga 3.2 lokasi
4. Evaluasi
pasca pembelian
4.1 kepuasan konsumen terhadap
produk
lxi
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN