Tipe-Tipe Risk Taking Behaviour

lain. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa hal tersebut bukan sesuatu yang riskan karena mereka menganggap pengendara tersebut tentu sudah terampil atau sedang terburu-buru. Gullone dkk 2000 mendefinisikan risk sebagai akibat tidak pasti dari suatu tingkah laku yang diasosiasikan dengan kemungkinan terjadinya konsekuensi negatif, akan tetapi persepsi kemungkinan terjadinya kosekuensi positif juga ada, sehingga keadaan menjadi seimbang dan jika konsekuensi negatif melebihi konsekuensi positif maka tingkah laku itu dianggap sebagai risk taking behaviour. Risk taking behaviour menurut The Encyclopedic Dictionary dalam Christia, 2001 adalah jika seseorang menempatkan sesuatu dengan taruhan atau resiko, dimana resiko itu sendiri menimbulkan konsekuensi positif dan negatif. Remaja adalah individu yang paling banyak dan sering melakukannya karena mempersepsikan diri mereka sebagai individu yang istimewa, unik dan kebal terhadap hal-hal yang beresiko Duffy, 2005 Jadi dapat disimpulkan bahwa risk taking behaviour adalah segala bentuk perilaku yang dianggap atau mengandung resiko dimana kemungkinan konsekuensi negatif yang akan diterimanya lebih besar daripada konsekuensi positif.

2.3.2 Tipe-Tipe Risk Taking Behaviour

Risk taking behaviour dapat dibagi menjadi empat tipe Gullone Moore, 2000, yaitu: 1. Perilaku mencari tantangan Thrill-seeking behaviour, Yaitu perilaku mencari sensasi yang intens dan diasosiasikan dengan perasaan naiknya kadar adrenalin di tubuhexcitement yang berupa perilaku mencari tantangan tetapi secara relatif dapat diterima secara sosial, contohnya adalah olahraga ekstrem atau berbahaya arung jeram, panjat tebing, in-line, bungee- jumping, skateboarding, bmx dll. 2. Perilaku berbahaya Reckless behaviour Pada bagian tertentu juga merupakan perilaku mencari tantangan namun kadar resikonya lebih tinggi karena akibat yang ditimbulkan biasanya juga dipersepsikan secara negatif oleh masyarakat luas, misalnya mabuk saat berkendara, kebut-kebutan, berkendara tidak menggunakan pengaman, mengkonsumsi narkoba, menggunakan jarum suntik secara bergantian, berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual. 3. Perilaku Memberontak Rebellious behaviour Yaitu mencari tantangan dengan melanggar aturan-aturan yang ada di masyarakat, biasanya kerap dilakukan remaja antara lain minum alkohol, merokok, mengutil, membolos, berkelahitawuran, vandalisme, dll. 4. Perilaku Antisosial Antisocial behaviour Merupakan tingkah laku yang paling rendah konsekuensi negatifnya secara langsung, namun sama-sama tidak disukai, baik di kalangan dewasa atau remaja sekalipun, salah satu contohnya adalah rakus, berjudi, berlaku curang, mengganggu dan menghina orang lain. Menurut Hillson Murray 2005. Dalam dunia Psikologi, individu dapat digolongkan menjadi empat tipe, antara lain: 1. Risk Seeking, yaitu orang-orang yang cenderung berani mengambil tindakan beresiko dan menikmati hidup seperti itu. 2. Risk Averse, yaitu mereka yang cenderung menghindari perbuatan yang mengandung resiko. 3. Risk Tolerance, yaitu kelompok orang yang dapat menerima tingkah laku beresiko dan menganggap hal tersebut sesuatu yang normal dalam kehidupan. 4. Risk Neutral, yaitu mereka yang menganggap tingkah laku beresiko adalah suatu hal yang wajar dilakukan untuk mendapatkan seseuatu yang berharga. Mereka tidak termasuk dalam risk seeking ataupun risk averse, akan tetapi dapat menerima ide-ide baru dan tidak takut untuk perubahan. Setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam risk taking behaviour, antara lain: 1. Risk perception, yaitu segala informasi yang dimiliki individu yang kemudian digunakan dalam memahami berbagai kemungkinan tindakan yang akan diambil aktif atau pasif terhadap suatu objek atau peristiwa. 2. Perceived benefits, yaitu memikirkan tentang manfaat atau hasil apa yang akan didapatkannya bila melakukan suatu tindakan. Apakah hal yang dilakukannya sesuai dengan kepentingan. 3. Consequences, yaitu setiap kemungkinan akibat yang akan diterimanya Pada dasarnya setiap orang dapat menjadi risk seeking maupun risk averse didalam kondisi yang berbeda didalam hidup dan tergantung nilai-nilai yang mereka pegang serta yakini. Sebagai contoh, seorang pembalap belum tentu berani mempertaruhkan semua uangnya diatas meja judi, begitu pula seorang penjudi bisa jadi sangat takut untuk diajak balapan.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risk Taking Behaviour

Dokumen yang terkait

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

36 272 102

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruangan RB2 RSUP HAM.

15 115 59

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PRE OPERASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA KLIEN PRE OPERASI

2 3 7

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

0 2 28

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

0 2 13

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD SETJONEGORO KABUPATEN WONOSOBO NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD SETJONEGORO KABUPATEN W

0 3 11

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

0 0 11

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAM

2 3 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERIOPERATIF DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RS MATA “Dr. YAP” YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PENGETAHUAN PERIOPERATIF DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RS MATA “DR. YAP” YOGYAKARTA

0 2 16

Hubungan Pengetahuan Operasi dengan Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pasien dengan Tindakan Spinal AnestesI - Repository Poltekkesjogja

0 2 22