Hubungan tingkat religuisitas dengan kecemasan pasien dalam mengadapi pre operasi jantung di Rs. Janrung Harapan Kita

(1)

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Psikologi

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Knowledge, Piety, Integrity

Oleh : AULIA HAMZAH NIM: 104070002375

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2010 M


(2)

munaqasyah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 9 Desember 2010 Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhillah Suralaga, M.Si NIP.130 885 522 NIP.19561223 198303 2001

Anggota:

Drs. Rachmat Mulyono, M.Si. Psi Ikhwan Lutfi, M. Psi NIP.150293240 NIP:197307102005011006

Yufi Adriani, M. Psi NIP:198209182009012006


(3)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana Psikologi

Oleh

AULIA HAMZAH

NIM: 104070002375

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Ikhwan Lutfi, M. Psi Yufi Adriani, M. Psi

NIP:197307102005011006

NIP:198209182009012006

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M


(4)

“Bacalah dengan nama Tuhan-mu yang menciptakan.

Menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah! Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah.

Yang mengajar dengan kalam.

Mengajar manusia apa yang tiada ia tahu”

- QS Al ’Alaq (96:1-5) -

Ukuran tubuhmu tidak penting, Ukuran otakmu cukup penting

Ukuran hatimu itulah yang terpenting

- BC. Gorbes -

SUCCESS IS ACHIEVED BY AN ORDINARY MAN WHO WORKS EXTRAORDINARY HARD …(ANONIM)


(5)

Ku persembahkan skripsi ini untuk Ayah dan Ibu,

serta kedua adik ku,

juga untuk orang-orang yang kucintai


(6)

C. Aulia Hamzah

D. Hubungan Antara Preferensi Musik dengan Risk Taking Behaviour pada Remaja E. 74 halaman + Lampiran

F. Masa remaja adalah periode transisi antara masa kanak-kanak menuju dewasa, meliputi perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional. Di masa ini remaja seringkali mengalami kesulitan dalam membentuk jati diri dan identitas kelompok dalam peer group. Sebagian besar menjadikan musik sebagai sarana untuk merefleksikan diri, karena musik bukan hanya pengisi waktu luang saja, tetapi juga kekuatan sosial yang mempengaruhi cara mereka berbicara, berpakaian, bertingkah laku dan juga berpikir. Jenis musik dibagi menjadi dua kategori berdasarkan kualitasnya, yaitu heavy music

(tempo cepat dan nada keras), light music (tempo pelan dan nada lembut). Dari kedua jenis musik tersebut, heavy music dianggap memberi pengaruh buruk pada perilaku remaja karena musiknya yang keras dan lirik dalam lagu beraliran heavy banyak bertemakan tentang kekerasan. Walaupun light music dianggap dapat membantu meregulasikan dan mengekspresikan perasaan yang mereka alami, karena lirik yang ditemukan dalam lagu jenis ini biasanya membawakan tema mengenai hubungan dengan orang lain, sehingga mereka dapat lebih mudah bertransisi ke masa dewasa, namun ternyata di Indonesia terdapat beberapa kasus konser musik beraliran light yang diwarnai keributan antar penonton hingga menimbulkan kerusuhan, bahkan sampai jatuh korban jiwa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara preferensi musik yang dimiliki remaja dengan risk taking behaviour

yang mereka lakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Jumlah sampel yang digunakan berjumlah 50 orang. Pengambilan


(7)

mendekati valid dengan reliabilitas sebesar 0,743, untuk skala risk taking behaviour

terdapat 40 item yang valid dengan reliabilitas sebesar 0,914.

Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson

didapatkan skor korelasi (r hitung) 0,740 > (r tabel) 0,361, pada taraf signifikansi 1% (2-tailed). Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara preferensi musik dengan risk taking behaviour pada remaja, yang berarti semakin tinggi tingkat preferensi musik pada remaja akan diikuti dengan meningkatnya risk taking behaviour, begitu pula sebaliknya.

Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperbanyak item yang akan digunakan, karena dalam penelitian ini hanya terdapat 15 item yang valid ditambah 4 item mendekati valid, serta menambah jumlah responden, dan lokasi penyebaran kuesioner yang lebih luas. Pengambilan data juga dapat dilakukan pada saat berlangsungnya konser musik. Atau dapat melakukan penelitian lanjutan yang membahas risk taking behaviour dengan variabel lain seperti persepsi terhadap resiko, agresivitas, tipe kepribadian, sensation seeking, dan sebagainya.

G. Bahan bacaan :32 (1962-2010)


(8)

Tiada untaian kata yang pantas untuk diucapkan kecuali ucapan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan berbagai nikmat, taufik dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan kepada kita semua umatnya. Selama proses penyusunan skripsi ini ditemui banyak hambatan, rintangan, dan tantangan, tetapi dibalik semua itu, kesuksesan dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi, Bapak Jahja Umar, Ph.D dan para pembantu Dekan, serta Bapak Dr. Achmad Syahid M.A selaku dosen pembimbing akademik.

2. Bapak Ikhwan Lutfi, M. Psi selaku pembimbing I dan Ibu Yufi Adriani, M. Psi selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran, dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah membantu proses pembelajaran, terima kasih untuk semua ilmu yang telah diberikan. Serta seluruh staf akademik dan

perpustakaan Fakultas psikologi atas bantuannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Untuk Ayah dan Ibu ku tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan tiada henti-hentinya menyemangati serta mendoakan anakmu ini agar dapat secepatnya

menyelesaikan skripsinya. Juga kedua adik laki-laki ku yang selalu ada untuk kumintai tolong, semoga kalian menjadi anak yang lebih cerdas dan berbakti kepada kedua orang tua.Amiin. Dan tidak ketinggalan untuk keluarga besar Datuk Sutan Malenggang (i’m very proud to be a part of this great family).


(9)

6. All kids at Bambu Kuning Big Family (26,Benk’s,Water,Futsal,Melodic,SD,Net) 7. Kiki Rizki Amalia yang telah mewarnai hari-hari penulis selama menuntut ilmu disini,

semoga apa yang terjadi diantara kita dapat menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan.

8. Semua remaja yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Semua orang yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat kepada mereka semua.

Akhirnya, Semoga Allah SWT selalu meridhoi langkah kita dan menuntun kita selalu berada di jalan-Nya. Amiin.

Jakarta, Desember 2010

Penulis


(10)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Aulia Hamzah

NIM : 104070002375

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan antara Preferensi Musik dengan Risk Taking Behaviour pada Remaja” adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat. Adapun kutipan-kutipan dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi saya ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 16 Desember 2010

Aulia Hamzah NIM: 104070002375


(11)

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Motto ... iv

Persembahan ... v

Abstraksi ... vi

Kata Pengantar ... viii

Halaman Pernyataan ... x

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xv

Daftar Bagan ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 11

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 12

1.3.1 Pembatasan Masalah ... 12

1.3.2 Perumusan Masalah ... 12

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 13

1.4.2 Manfaat penelitian ... 13

1.5. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Musik ... 15

2.1.1 Pengertian Musik ... 15 xi


(12)

2.2.2 Tahapan dan Tugas Perkembangan Remaja ... 25

2.2.3 Kebutuhan khas dan Bahaya Masa Remaja ... 27

2.3. Risk Taking Behaviour ... 30

2.3.1 Pengertian Risk Taking Behaviour ... 30

2.3.2 Tipe-tipe Risk Taking Behaviour ... 31

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Risk Taking Behaviour ... 34

2.4. Kerangka Berpikir ... 37

2.5. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 41

3.1.2 Metode Penelitian ... 41

3.2. Variabel Penelitian ... 41

3.2.1 Definisi Konseptual Variabel ... 42

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 42

3.3. Subyek Penelitian ... 44

3.3.1 Populasi dan Sampel ... 44

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 44

3.4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 45

3.4.1 Teknik Pengumpulann Data ... 45

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data ... 46

3.5. Teknik Uji Instrumen ... 47

3.5.1 Uji Validitas ... 48


(13)

3.7. Teknik Analisa Data ... 52

3.8. Prosedur Penelitian ... 53

BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 55

4.1.1 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

4.1.2 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia ... 56

4.1.3 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Pendidikan ... 56

4.1.4 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Total Mendengarkan Musik ... 57

4.1.5 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Intensitas Menonton Konser ... 57

4.1.6 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Konser Yang Sering Ditonton ... 58

4.1.7 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Risk Taking Behaviour Yang Dilakukan ... 59

4.2. Deskripsi Statistik ... 59

4.2.1 Gambaran Skor Preferensi Musik ... 60

4.2.2 Gambaran Skor Risk Taking Behaviour ... 61

4.3 Uji Hipotesis ... 62

4.4 Hasil Tambahan ... 63

4.4.1 Perbedaan Skor Risk Taking Behaviour Antara Remaja Yang Pernah Merokok dan Tidak ... 64

4.4.2 Perbedaan Skor Risk Taking Behaviour Antara Remaja Yang Pernah Tawuran dan Tidak ... 64


(14)

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Diskusi ... 68

5.3 Saran ... 72

5.3.1 Saran Teoritis ... 72

5.3.2 Saran Praktis ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN


(15)

Tabel 3.2 Blue Print Try Out Skala Risk Taking Behaviour ... 47

Tabel 3.3 Skoring Jawaban ... 47

Tabel 3.4 Kaidah Reliabilitas ... 49

Tabel 3.5 Blue Print Field Test Skala Preferensi Musik ... 51

Tabel 3.6 Blue Print Field Test Skala Risk Taking Behaviour ... 52

Tabel 3.7 Indeks Koefisien Korelasi ... 53

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia ... 56

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan ... 56

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Total Mendengar Musik ... 57

Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Intensitas Menonton Konser ... 57

Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Jenis Konser Musik Yang Sering Ditonton ... 58

Tabel 4.7 Responden Berdasarkan Risk Taking Behaviour yang dilakukan ... 59

Tabel 4.8 Deskripsi Statistik Skor Preferensi Musik ... 60

Tabel 4.9 Kategorisasi Skor Skala Preferensi Musik ... 60

Tabel 4.10 Deskripsi Statistik Skor Risk Taking Behaviour ... 61

Tabel 4.11 Kategorisasi Skor Skala Risk Taking Behaviour ... 62


(16)

Tabel 4.15 Nilai Uji t Risk Taking Behaviour minum alkohol ... 65 Tabel 4.16 Nilai Uji t Risk Taking Behaviour narkoba ... 66


(17)

xvii


(18)

1.1 Latar Belakang Masalah

Musik memang seakan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dan menjadi bagian dari kehidupan karena merupakan sebuah produk dari kebudayaan dan juga cerminan sosial dalam masyarakat. Blacking (dalam Djohan, 2005), mengatakan bahwa musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal, serta memiliki karakter penting dalam kehidupan manusia sehingga tidak ada satu masyarakat atau budaya yang tidak memiliki musik.

Terdapat berbagai macam definisi musik, salah satunya The Oxford Concise Dictionary mendefinisikan musik sebagai seni yang mengkombinasikan suara, dari suara manusia atau instrumen untuk mencapai keindahan bentuk dan ekpresi emosi (dalam Deutsch, 1999). Jadi bisa dikatakan bahwa musik adalah suatu seni suara (suara manusia ataupun instrumen) yang mengekspresikan ide-ide dan emosi dalam bentuk yang signifikan dalam elemen ritme, melodi, harmoni dan warna yang telah diterima sebagai bentuk ekspresi dalam masyarakat yang digunakan secara luas.

Musik merupakan suatu hal yang bersifat universal dan tidak mengenal golongan masyarakat, siapapun dapat mengapresiasi musik walaupun ia tidak terpelajar dalam bidang musik. Musik digunakan banyak orang sebagai media untuk mengekspresikan diri (dapat berupa ide-ide atau nilai-nilai yang diyakininya), juga sebagai hiburan karena didalamnya terkandung lirik-lirik yang


(19)

sesuai dengan emosi yang sedang dirasakan seseorang, seperti senang, sedih, marah, gelisah, takut, cemburu, semangat dan sebagainya.

Nakagawa (2000) menyatakan membuat ataupun mendengarkan musik sama artinya dengan berdialog dengan tubuh, jika kita sedang menikmati musik, kita pasti sadar bahwa gerakan-gerakan tubuh kita itu bukan sekedar tubuh kita sehari-hari. Contohnya ketika kita sedang melakukan suatu aktifitas sambil mendengarkan musik maka disadari atau tidak salah satu bagian dari anggota tubuh akan bergerak mengikuti irama musik yang sedang kita dengarkan, seperti gerakan kepala yang mengangguk, jari tangan yang mengetuk-ngetuk, kaki yang menginjak-injak hingga menggoyang-goyangkan badan.

Peminat musik memang dari semua golongan, baik tua dan muda, anak kecil, wanita atau pria, namun tidak dapat dipungkiri lagi individu yang paling banyak dan sering mendengarkan musik adalah remaja. Musik merupakan bagian penting dari kebudayaan remaja, karena remaja tertarik oleh berbagai macam emosi yang diekspresikan dalam lagu-lagu yang populer (Rice, 1996).

Remaja sendiri secara istilah dapat diartikan tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa yang berasal dari bahasa latin yaitu adolescence. Dimana istilah yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, fisik dan sosial (Hurlock, 1999). Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak menuju orang dewasa yang meliputi perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional (Santrock, 2002).


(20)

Masa remaja sering diibaratkan juga dengan masa topan badai (strum and drang), karena mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai, sehingga remaja seringkali mengalami kesulitan dalam membentuk atau mencari jati diri dan identitas kelompok dalam peer group. Karenanya remaja berusaha mencari nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dirinya agar dijadikan sebagai tempat untuk bertahan dan melewati masa-masa remaja yang kadang sulit dipahami (Schafer & Sedlmeier, 2009).

Sebagian besar menjadikan musik sebagai sarana untuk merefleksikan diri ditengah kegalauan yang dialaminya. Bagi Hodges (1999), musik mempunyai peranan yang amat besar bagi kehidupan remaja, karena musik bukan hanya sebagai pengisi waktu luang saja, tetapi juga sebagai kekuatan sosial yang mempengaruhi cara mereka berbicara, berpakaian, bertingkah laku dan juga cara berpikir. Dimana pada masa ini ketika remaja sedang berusaha mengembangkan diri dan identitas kelompok, musik sangat mempunyai pengaruh besar untuk menjalankan keduanya.

Kebiasaaan para remaja untuk menghabiskan banyak waktu mendengarkan musik tidak jauh berbeda, tetapi tidak semua orang menyukai jenis musik yang sama. Setiap orang mempunyai preferensi musik yang berbeda yang terbentuk oleh berbagai faktor, diantaranya adalah karakteristik dari musik tersebut (tempo,rhytm,pitch,dsb), familiar dan sering mendengarkan suatu jenis musik, perasaan pada saat mendengarkan musik, dan yang tak ketinggalan adalah usia dari pendengar musik (Schafer & Sedlmeier, 2009)


(21)

Banyak remaja yang mempunyai preferensi (kecenderungan memilih/menyukai) musik yang pelan dan lembut (light music) karena dapat membuat nyaman dan menenangkan perasaan, tetapi tidak sedikit juga remaja yang mempunyai preferensi jenis musik keras (heavy music) yang dapat membuat semangat (Schwartz & Fouts, 2003).

Finnas (dalam Schwartz & Fouts, 2003), membedakan para penggemar musik menjadi 2 kategori berdasarkan kualitas musik yang didengarkannya, yaitu mereka yang menggemari musik dengan kualitas berat atau heavy music, yaitu jenis musik populer yang mempunyai tempo lagu cepat, nada yang keras dengan adanya penekanan irama yang kuat secara terus-menerus disertai dentuman bunyi yang berulang-ulang dan biasanya dimainkan dengan alat musik elektronik, contohnya musik rock dan sub-genrenya (punk, metal, hardcore, emo dll), musik rap (yang merupakan bagian dari kebudayaan hip-hop).

Ada lagi yang disebut light music, musik jenis ini meliputi balada-balada yang pelan dan emosional, yang mengandung tema-tema perkembangan, juga melodi beritme yang didesain untuk berdansa, seperti country, pop, pop remaja, jazz dan dance.

Kecenderungan dan kebiasaan mendengarkan salah satu jenis musik ternyata berpengaruh terhadap karakteristik dan tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Schwartz and Fouts (2003) dalam penelitiannya tentang preferensi musik, gaya kepribadian dan isu-isu perkembangan remaja, menyatakan bahwa remaja yang mempunyai preferensi musik heavy cenderung lebih independen, keras hati, sangat asertif dalam hubungannya dengan orang lain,


(22)

tidak acuh akan perasaan dan reaksi dari orang lain, lebih suka terbawa suasana hati, lebih pesimistis, sangat sensitif, tidak mudah puas, impulsif, lebih tidak hormat dari aturan masyarakat, dan lebih tidak percaya diri pada kemampuan akademis.

Sejalan dengan yang dikemukakan Christenson & Van Nouhuys (Roberts, Christenson & Gentile, 2008), bahwa penggemar musik heavy metal cenderung memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan remaja lainnya, disekolah mereka lebih sering terlibat konflik dengan para guru dan mengabaikan peraturan sekolah lainnya juga tidak menunjukkan kemampuan akademik yang baik bila dibandingkan dengan remaja lain yang lebih menyenangi musik mainstream (light

dan eclectic music). Mereka cenderung tidak ramah, dingin, jauh dari keluarga dan sering berselisih dengan kedua orangtua (Martin dkk, dalam Roberts, Christenson & Gentile, 2008).

Berbeda dengan para remaja yang mempunyai preferensi musik light yang cenderung berkarakteristik sebagai orang yang dapat bekerja sama, bersosialisasi, tidak impulsif, bertanggung jawab, menerima orang lain dan keluarga mereka, serta mempunyai kepercayaan diri dalam bidang akademik, selain itu ada juga hal-hal yang dikaitkan dengan kepercayaan diri, pertumbuhan fisik, hubungan romantis dengan kekasih dan diterimanya diri mereka oleh teman-teman sebaya. Sehingga mereka yang berada dalam kategori ini tidak mempunyai banyak kesulitan dalam masa remaja mereka (dalam Schwartz dan Fouts, 2003)

Berdasarkan penelitian diatas diketahui bahwa para remaja yang berpreferensi musik heavy mempunyai tingkat kesulitan lebih tinggi dalam


(23)

melewati tahapan perkembangannya dibandingkan mereka yang mempunyai preferensi musik light. Pandangan bahwa jenis musik heavy ini memberi pengaruh negatif juga diperkuat saat Hansen & Hansen (dalam Hargreaves, 1997) yang melakukan penelitian tentang perilaku individu yang menyenangi jenis musik

heavy, menyatakan bahwa penggemar musik heavy metal pada umumnya cenderung berperilaku amoral, manipulatif, menghalalkan segala cara, dan dalam perilaku seksual mereka cenderung mengarah kepada perilaku hiperseksual. Sedangkan pada remaja yang menggemari musik punk mereka cenderung terlibat dalam penyalahgunaan zat-zat adiktif (psikotropika), maupun terdorong untuk melakukan aksi kriminalitas.

Selain itu, Hansen & Hansen (dalam Schwartz dan Fouts, 2003), menemukan indikasi adanya asosiasi antara preferensi musik heavy dengan hiperseksualitas, kurangnya rasa hormat terhadap wanita oleh pria, adanya perilaku kriminal dan antisosial yang meningkat, serta meningkatnya risk-taking behavior (tingkah laku beresiko) atau sensation seeking. Martin dkk pada tahun 1993 (dalam Roberts, Christenson & Gentile, 2003) melaporkan lebih dari 200 siswa SMA di Australia yang menyukai musik hard rock dan heavy metal

mempunyai frekuensi perasaan depresi, pikiran bunuh diri, dan sengaja melukai diri sendiri lebih sering dibandingkan yang lainnya.

Rubin, West & Mitchell yang melakukan penelitian di tahun 2001 (dalam Anderson, Carnagey & Eubanks, 2003) menemukan para mahasiswa yang menggemari musik heavy metal dan rap mempunyai sikap bermusuhan, kurang


(24)

ajar terhadap wanita dan tingkat kecurigaan yang tinggi dibanding penggemar genre musik lain.

Dimasyarakat kita dapat ditemui peristiwa dimana konser musik heavy

disertai perusakan dan berakhir dengan kerusuhan. Konser grup band heavy metal

dari Amerika Serikat, Metallica di Stadion Lebak Bulus pada tanggal 11 April 1993 diwarnai dengan penjarahan, pembakaran warung dan toko, serta perampasan harta benda yang dilakukan oleh para penonton yang tidak mendapatkan tiket. Kerusuhan dalam konser musik yang disertai aksi perusakan ternyata tidak hanya terjadi ketika yang tampil adalah band dari luar negeri, konser musisi lokal pun sering berakhir dengan kekacauan dan menimbulkan korban, pada tanggal 18 Desember 2004 saat band GIGI menjadi pengisi acara inaugurasi mahasiswa baru di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terjadi peristiwa atap/kanopi Student Center roboh karena dinaiki oleh sekelompok orang dan menimpa para penonton dibawahnya, kejadian ini menyebabkan 57 orang luka-luka dan 2 orang meninggal dunia. Kemudian pada tanggal 9 Februari 2008, saat launching album sebuah band underground asal Bandung bernama Beside yang bertempat di Gedung Asia Afrika Bandung, terjadi kerusuhan yang diawali aksi dorong oleh para penonton yang tidak memilki tiket tetapi memaksa masuk hingga mengakibatkan tragedi yang menyebabkan 11 orang tewas terinjak-injak dan tergencet (www.detiknews.com).

Namun, ternyata di Indonesia, keributan tidak hanya terjadi pada konser musik heavy saja, beberapa konser band yang musiknya beraliran light juga berakhir rusuh, salah satunya konser Kangen band di Lapangan Genteng,


(25)

Banyuwangi, Jawa Timur, pada tanggal 28 November 2009 diwarnai kericuhan yang mengakibatkan puluhan orang terluka, akibat penonton saling lempar batu, sandal, dan botol air mineral. Walaupun polisi mencoba meredam dengan naik panggung dan menangkap para penonton yang dianggap biang kericuhan tapi upaya itu sia-sia, karena sejumlah penonton tetap tawuran, hingga polisi akhirnya membubarkan konser karena situasi sudah di luar kendali (http://www.indonesiantunes.com). Kasus lainnya adalah konser musik grup band Numata dan Garasi yang juga beraliran light, pada tanggal 26 Juni 2008 terjadi keributan disusul aksi lempar batu ditengah lautan penonton yang mengakibatkan lima orang terluka dan seorang penonton tewas karena terjatuh dari truk seusai pulang menonton konser (http://www.koranindonesia.com).

Dari beberapa kasus yang terjadi diketahui ternyata para penonton yang kebanyakan remaja dalam keadaan mabuk saat menonton, sehingga para remaja yang sedang dibawah pengaruh alkohol atau narkoba tidak dapat mengendalikan diri dan gampang sekali terpancing emosinya sehingga terjadi perkelahian antar penonton dan aksi perusakan yang berujung kerusuhan. Bahkan, untuk kasus launching album band Beside di Bandung yang menyebabkan 11 orang meninggal dunia, menurut reporter Ronald Tanamas berdasarkan keterangan beberapa korban yang selamat diketahui adanya pembagian minuman keras oleh panitia kepada sejumlah penonton sebelum memasuki arena konser dan pada saat konser berlangsung para personel Beside juga sempat membagi-bagikan minuman beralkohol kepada penonton dibarisan depan, hal itu diduga kuat menjadi pemicu kerusuhan (www.detiknews.com).


(26)

Perilaku para remaja yang mengkonsumsi alkohol, berkelahi, dan melakukan aksi perusakan dalam dunia psikologi dapat dikategorikan sebagai

rebellious behaviors (perilaku memberontak) dan antisocial behaviors (perilaku antisosial) yang termasuk dalam tipe-tipe tingkah laku beresiko (risk taking behaviour), yaitu segala bentuk perilaku dimana kemungkinan konsekuensi negatif yang akan diterimanya lebih besar daripada konsekuensi positif. Selain perilaku diatas, adalagi tipe didalam risk taking behaviour yang disebut thrill-seeking risk behaviors (perilaku mencari sensasi yang intens dan diasosiasikan dengan perasaan naiknya kadar adrenalin di tubuh/excitement), biasanya berhubungan dengan olahraga ekstrem (skateboarding, BMX, bungee-jumping,

arung jeram, panjat tebing, dll), serta reckless behaviour yang juga merupakan perilaku mencari tantangan namun kadar resikonya lebih tinggi karena akibat yang ditimbulkan biasanya juga dipersepsikan secara negatif oleh masyarakat luas, misalnya mabuk saat berkendara, kebut-kebutan, menggunakan jarum suntik secara bergantian, berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual.

Individu yang paling banyak serta sering melakukannya adalah remaja, karena mempersepsikan diri mereka sebagai individu yang istimewa, unik dan kebal terhadap hal-hal yang beresiko (Duffy, 2005). Hal itu juga karena pola pikir remaja yang berbeda dari orang dewasa dalam mengidentifikasi segala macam resiko dari setiap tindakannya, dan menyadari konsekuensi dari resiko tersebut serta nilai-nilai yang diperhatikannya sebelum melakukan sesuatu. Jika orang dewasa lebih berpegang pada norma-norma agama, hukum, susila dll, sementara remaja lebih mementingkan penerimaan dan pengakuan dari peer group walau


(27)

harus bertentangan dengan norma-norma tersebut. Contohnya, ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan narkoba pada suatu pertunjukan musik, maka akan ada evaluasi terhadap berbagai konsekuensi, yaitu resiko secara hukum dan kesehatan, efek sampingnya, dan penilaian dari orang lain yang hadir pada saat itu. Baik remaja maupun orang dewasa akan mempertimbangkan semua kemungkinan ini, tetapi orang dewasa relatif lebih menitikberatkan pada resiko hukum dan kesehatan dari narkoba, sedangkan remaja lebih pada konsekuensi sosial jika tidak menggunakan narkoba yang didapatnya, dapat berupa penolakan ataupun pelecehan dari teman kelompoknya (Steinberg, 1999).

Pengaruh usia juga cukup menentukan, karena terdapat perbedaan yang signifikan dalam mempersepsikan resiko dari suatu tingkah laku, seseorang yang berusia muda atau remaja berpendapat resiko dari risk taking behaviour mereka tidaklah besar sehingga kemungkinan mereka terlibat lebih tinggi daripada yang berusia lebih tua (Gullone dkk, dalam Christia, 2001).

Itu sebabnya dalam pandangan masyarakat awam, musik yang beraliran

heavy dianggap berdampak negatif terhadap perkembangan remaja karena mendorong mereka untuk melakukan tindakan-tindakan yang termasuk dalam kategori risk taking behaviour. Meskipun demikian kenyataan yang terjadi di Indonesia tidak hanya konser musik heavy yang sering berakhir rusuh tetapi konser musik light juga.

Mengingat semakin banyaknya fenomena dimasyarakat yang berkaitan dengan masalah diatas maka peneliti merasa tertarik dan penting untuk menelitinya, apalagi akibat dari risk taking behaviour yang dilakukan para remaja


(28)

sangat merugikan diri sendiri juga orang-orang disekitarnya, baik secara sosial, finansial, kesehatan bahkan sampai yang terburuk dapat menyebabkan kematian. Selain itu Finnas (dalam Schafer & Sedlmeier, 2009) menekankan tentang pentingnya mengetahui preferensi musik bagi perkembangan kultur musik itu sendiri, masyarakat dan perkembangan kepribadian seseorang.

Lagipula beberapa penelitian terdahulu dilakukan diluar negeri, karenanya peneliti bermaksud mengetahui apakah kecenderungan dan kebiasaan mendengarkan salah satu jenis musik pada remaja di Indonesia dapat menyebabkan tingkah laku beresiko, selain karena perbedaan letak geografis dan demografis serta kultur budaya yang berbeda, sekaligus juga untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada kehidupan sosial budaya masyarakat kita, khususnya para remaja. Dengan demikian peneliti mengajukan judul “Hubungan Antara Preferensi Musik dengan Risk Taking Behaviour Pada Remaja” sebagai bahan untuk membuat skripsi sebagai syarat kelulusan dan mendapatkan gelar kesarjanaan Psikologi.

1.2 Identifikasi Masalah

• Apakah ada hubungan antara preferensi musik dengan risk taking behaviour

pada remaja.

• Apakah remaja yang mempunyai preferensi musik tinggi cenderung melakukan risk taking behaviour.


(29)

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1 Pembatasan Masalah

Agar masalah yang akan diteliti tidak melebar, maka peneliti membatasi permasalahan penelitian sebagai berikut :

• Preferensi Musik adalah kecenderungan untuk memilih dan menyukai salah satu jenis musik populer yang sedang berkembang sejajar dengan perkembangan media audio visual dari awal abad ini sampai sekarang.

Risk taking behaviour adalah segala bentuk perilaku yang dilakukan secara sukarela yang dianggap atau mengandung resiko dimana kemungkinan konsekuensi negatif yang akan diterima seseorang lebih besar daripada konsekuensi positif.

• Remaja adalah suatu periode transisi dari masa kanak-kanak sampai dengan dewasa yang meliputi perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Masa Remaja dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun.

1.3.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara preferensi musik dengan


(30)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa ada hubungan antara preferensi musik heavy dengan risk taking behaviour pada remaja.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis: secara teorirtis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menambah khazanah keilmuan pada ilmu Psikologi, khususnya cabang Psikologi Perkembangan, Psikologi Klinis dan Psikologi Sosial.

Manfaat praktis: secara praktis diharapkan dapat memberi masukan bagi para remaja agar lebih selektif lagi dalam memilih musik yang didengarkan dan dapat mengambil manfaatnya secara positif.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman pada tulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(31)

Bab 2 Kajian Teori

Bagian in membahas teori tentang preferensi musik, remaja, risk taking behaviour, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bagian ini memaparkan pendekatan penelitian, karakteristik sampel, teknik pengambilan sampel, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik uji instrumen, hasil uji instrumen penelitian, teknik analisa data, prosedur penelitian, Bab 4 Presentasi dan Analisa Data

Terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, presentasi data, uji hipotesis, hasil tambahan (t-test).

Bab 5 Penutup


(32)

2.1 Musik

2.1.1 Pengertian Musik

Musik (music) berasal dari bahasa Yunani ”muse” yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti sebuah bentuk ”renungan”. Sejak dulu manusia telah menyadari keajaiban dari kekuatan musik, dalam sejarah Yunani kuno, Plato menuliskan bahwa belajar musik lebih manjur dalam membentuk sifat dibandingkan yang lainnya, karena irama dan harmoni dapat masuk kedalam jiwa seseorang dimana kekuatannya dapat mengendalikan seseorang (Swanson, 1962)

Seashore (1988) menuliskan sebuah syair yang menggambarkan tentang musik, yaitu ”music is the medium through which we express our feelings of joy and sorrow, love and patriotism, penitence and praise. It is the charm of the soul, the instrument that lifts mind to higher regions, the gateway into the realms of imagination. It makes the eye to sparkle, the pulse to beat more quickly. It cause emotions to pass over our being like waves over the far-reaching sea”. Atau dapat diartikan musik adalah ”sebagai media untuk mengekspresikan keadaan dalam diri, seperti kesenangan dan kesedihan, cinta dan patriotisme, penyesalan dan keyakinan. Sebuah cahaya yang memikat jiwa, sebuah instrumen yang mampu membawa pikiran ketingkat yang lebih tinggi, sebuah gerbang menuju kenyataan imajinasi, dapat membuat mata berbinar-binar, jantung berdetak lebih cepat, serta


(33)

menyebabkan emosi yang dapat mengguncang pemikiran bagaikan ombak di lautan luas”.

The Oxford Concise Dictionary (dalam Deutsch, 1999) mendefinisikan musik sebagai seni yang mengkombinasikan suara dari suara manusia atau instrumen untuk mencapai keindahan bentuk dan ekspresi emosi.. Jadi dapat dikatakan musik adalah suatu seni suara yang mengekspresikan ide-ide dan emosi dalam bentuk yang signifikan dalam elemen ritme, melodi, harmoni dan warna, dan telah diterima sebagai bentuk ekspresi otentik dalam masyarakat yang digunakan secara luas.

2.1.2 Musik dan Tingkah Laku Manusia

Musik memang seakan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sejak dahulu hingga sekarang dan merupakan suatu bahasa universal yang dapat diterima dan dimengerti oleh setiap manusia diberbagai belahan dunia, serta tidak membedakan pendengarnya dalam suatu golongan masyarakat, sehingga siapapun dapat mengapresiasi musik dan menikmatinya walaupun ia tidak terpelajar di bidang musik.

Blacking (dalam Djohan, 2005) menyatakan bahwa musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal, serta memiliki karakter penting dalam kehidupan manusia sehingga tidak ada satu pun masyarakat atau budaya di dunia yang tidak memiliki musik. Menurut Parker (dalam Djohan, 2005) elemen vibrasi (fisika & kosmos) atas frekuensi, bentuk, amplitudo dan durasi belum menjadi musik bagi manusia sampai semua itu ditransformasi secara neurologis dan


(34)

diinterpretasikan melalui otak. Transformasi kedalam musik dan respon manusia (perilaku) adalah unik untuk dirasa (afeksi) karena otak besar manusia (kognisi) berkembang dengan amat pesat sebagai akibat pengalaman musikal sebelumnya.

Menurut Sloboda (dalam Tambunan, 2001) Aktifitas musikal pada manusia dapat berupa penciptaan karya musik, performa musikal atau mendengarkan karya musik. Dengan melakukan salah satu dari tiga hal tersebut, seseorang sudah dapat dikatakan terlibat dalam aktifitas musikal. Dua aktifitas pertama merupakan suatu proses yang menghasilkan produk tertentu yang dapat dipersepsi, sementara aktifitas yang ketiga lebih berupa kegiatan pasif yang tidak selalu membutuhkan hasil fisik yang dapat diamati, walaupun tetap mengetengahkan sejumlah aktifitas mental.

Djohan (2005) berpendapat musik yang bersifat stimulatif (tempo cepat dan nada yang keras) dapat meningkatkan detak jantung seseorang sementara yang bersifat non stimulatif/sedatif (tempo sedang atau pelan dan nada yang lembut) dapat menurunkan detak jantung seseorang. Kemudian Lewis dkk (dalam Djohan, 2005) menyatakan bahwa musik memiliki pengaruh yang kuat terhadap suasana hati. Musik dengan kategori positif menghasilkan peningkatan suasana hati positif demikian pula musik yag sedih juga menghasilkan suasana hati yang negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa musik bisa mempengaruhi ekspresi emosi orang yang mendengarkannya.

Nakagawa (2000) menambahkan bahwa musik adalah ekspresi seni yang berpangkal pada tubuh, musik terdiri atas suatu peredaran atau arus balik (feedback) dari membunyikan, mendengarkan, dan membunyikan kembali.


(35)

Karenanya membuat atau mendengarkan musik sama artinya berdialog dengan tubuh, jika kita sedang menikmati musik, kita pasti menjadi sadar bahwa gerakan-gerakan tubuh kita itu bukan sekedar tubuh kita sehari-hari. Contohnya ketika kita sedang melakukan suatu aktifitas sambil mendengarkan musik maka disadari atau tidak salah satu bagian dari anggota tubuh akan bergerak mengikuti irama musik yang sedang kita dengarkan, seperti gerakan kepala yang mengangguk, jari tangan yang mengetuk-ngetuk, kaki yang menginjak-injak hingga menggoyang-goyangkan badan

Karena itu tidak dapat dibantah lagi musik mempunyai peranan dalam sejarah perkembangan manusia dari masa ke masa, begitu juga pada tahapan perkembangan manusia, tidak terkecuali pada masa remaja dimana pada saat peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini remaja menjadi rentan terhadap hal-hal yang baru mereka alami (perubahan fisik dan situasi sosial) sehingga emosi mereka menjadi labil, dan belum secara penuh dan sadar menyadari arti dari setiap peristiwa yang dialami.

Saat itu musik dengan lirik-liriknya menjadi sarana hiburan untuk melepas kepenatan serta refleksi dari diri mereka. Dikatakan musik merupakan bagian penting dari kebudayaan remaja. Karena remaja tertarik oleh berbagai macam emosi yang diekspresikan dalam lagu-lagu populer yang biasanya mengangkat tema-tema yang dekat dengan remaja, seperti percintaan, pertemanan, pencarian, jati diri dan permasalahan sosial yang sering terjadi dalam masyarakat (Rice, 1996).


(36)

Hodges (1999) menyatakan bahwa musik tidak dapat dipungkiri lagi memegang peranan yang penting pada perkembangan masa remaja. Musik bukan hanya sebagai pengisi waktu luang saja, tetapi juga sebagai kekuatan sosial yang mempengaruhi cara mereka berbicara, berpakaian, bertingkah laku dan juga berpikir. Masa ketika remaja sedang berusaha mengembangkan diri dan identitas kelompok, musik sangat mempunyai pengaruh besar untuk menolong remaja menjalankan keduanya.

Menurut Larson (dalam Steinberg, 1999), kebanyakan remaja menghabiskan 13% kegiatan sehari-hari berada dalam kamar, kemudian sekolah dan sisanya yang paling banyak adalah menghabiskan waktu mendengarkan musik. Selain itu remaja lebih memilih musik sebagi media untuk merepresentasikan diri mereka, karena sifat dari musik itu sendiri yang luwes dan universal juga tidak memiliki banyak aturan yang baku, sehingga mereka dapat menyalurkan ide-ide yang dimiliki sebebas-bebasnya tanpa ada rasa takut.

2.1.3 Jenis-jenis Musik

Agar tidak memperlebar masalah dalam penelitian ini, maka peneliti berusaha menjelaskan jenis-jenis preferensi musik yang berasal dari musik populer (mainstream) yang kini sedang disukai oleh para remaja.

Setiap orang mempunyai preferensi (kecenderungan memilih) musik yang berbeda-beda yang terbentuk oleh berbagai faktor, Schafer & Sedlmeier (2009) menyatakan preferensi musik pada seseorang disebabkan karakteristik dari musik tersebut (tempo,rhytm,pitch,dsb), familiar dan sering mendengarkan suatu jenis


(37)

musik, perasaan pada saat mendengarkan musik, dan yang tak ketinggalan adalah usia dari pendengar musik. Sementara White (dalam Schwartz & Fouts, 2003) menekankan bahwa preferensi musik merefleksikan para pendengarnya tentang mereka sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, Finnas (Dalam, Schwartz & Fouts, 2003) membedakan penggemar musik menjadi 2 kategori berdasarkan kualitas musik yang didengarkannya, yaitu mereka yang menggemari musik dengan kualitas berat atau heavy music, mereka yang menggemari musik dengan kualitas ringan atau light music.

Yang dimaksud heavy music adalah jenis musik populer yang mempunyai tempo lagu cepat, nada yang keras dengan adanya penekanan irama yang kuat secara terus-menerus disertai dentuman bunyi yang berulang-ulang dan biasanya dimainkan dengan alat musik elektronik. Yang termasuk kedalam kategori heavy music adalah musik rock beserta semua sub-genrenya (punk, metal, hardcore, emo dll), musik rap (Schwartz & Fouts, 2003).

Yang tergolong light music adalah musik pop, pop remaja dan dance (Schwartz & Fouts, 2003). Musik jenis ini meliputi balada-balada yang pelan dan emosional, yang mengandung tema-tema perkembangan, juga melodi beritme yang didesain untuk berdansa. Lirik yang ditemukan dalam lagu-lagu ini biasanya membawakan tema mengenai hubungan dengan orang lain (keluarga, teman atau kekasih), otonomi dan identitas serta keadaan sosial.

Preferensi musik pada remaja merefleksikan nilai-nilai, image (gaya yang dihayati dan ingin ditampilkan diri sendiri) dan identifikasi yang membentuk


(38)

sense of self pada remaja. Selain itu remaja menggunakan produk-produk media dalam memperlihatkan perbedaan individual diantara mereka dalam hal yang menyangkut nilai-nilai, kepercayaan, minat dan karakteristik kepribadian (Arnett & Larson, dalam Schwartz & Fouts, 2003). Sementara Lull (dalam Schwartz & Fouts, 2003) menyatakan bahwa remaja menggunakan musik untuk melawan otoritas pada segala tingkat, menunjukkan kepribadiannya, membangun hubungan

peer group dan hubungan romantis, juga untuk mempelajari hal-hal yang selama ini tidak pernah disentuh oleh orang tua dan sekolah.

Menurut Schwartz & Fouts (2003), remaja yang mempunyai preferensi musik heavy cenderung lebih independen, keras hati, sangat asertif dalam hubungannya dengan orang lain, tidak acuh akan perasaan dan reaksi dari orang lain, lebih suka terbawa suasana hati, lebih pesimistis, sangat sensitif, tidak mudah puas, impulsif, lebih tidak hormat dari aturan masyarakat, dan lebih tidak percaya diri pada kemampuan akademis. Mereka belum mempunyai identitas yang stabil sehingga mereka berpegang pada kebingungan dan perasaan tidak nyaman yang lebih mereka kenal daripada menghadapi masalah-masalah mereka di dunia nyata dimana membentuk dan mempertahankan identitas diri tidaklah mudah.

Mendengarkan musik heavy yang mempunyai tema-tema yang sesuai dengan perasaan mereka serta suara yang merefleksikan kekalutan diri mereka, merasa berbagi dengan pendengar atau pemusik lainnya yang mempunyai karakteristik mirip. Dengan demikian, musik heavy yang mereka dengarkan dapat memberi perasaan bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan, memberikan validasi akan kebingungan terhadap identitas diri


(39)

mereka dan memberikan keadaan yang aman untuk mengeksplorasi dan menyusun suatu pemahaman terhadap diri mereka.

Selain itu musik heavy juga dapat mengalihkan perhatian remaja dari emosi yang meledak-ledak dengan stimulasi suara dari musik yang keras dan cepat, sehingga menghindari perasaan yang tidak nyaman serta masalah-masalah perkembangan (Schwartz & Fouts, 2003). Menurut Hansen & Hansen (dalam Hargreaves, 1997), penggemar musik heavy metal pada umumnya cenderung berperilaku amoral, manipulatif, berpaham machiaveli (menghalalkan segala cara), dan dalam perilaku seksual mereka cenderung mengarah kepada perilaku hiperseksual. Sedangkan pada remaja yang menggemari musik punk mereka cenderung memiliki perilaku yang lebih parah dari pada para penggemar musik

heavy metal, seperti terlibat dalam penyalahgunaan zat-zat adiktif (psikotropika), maupun terdorong untuk melakukan aksi kriminalitas.

Arnett (dalam Rice, 1996) melaporkan bahwa remaja yang menyukai jenis musik heavy mempunyai tingkat keterlibatan yang tinggi dalam reckless behaviour (perilaku berbahaya), meliputi mabuk saat berkendara, kebut-kebutan, berhubungan seks tanpa pengaman dan dengan orang yang baru dikenal, menggunakan obat-obatan terlarang, pencurian di toko dan vandalism.

Sementara para remaja yang mempunyai preferensi pada musik light

cenderung berkarakteristik sebagai orang yang dapat bekerja sama, bersosialisasi, tidak impulsif, bertanggung jawab, menerima orang lain dan keluarga mereka, serta mempunyai kepercayaan diri dalam bidang akademik. Tetapi, ada juga


(40)

hal-hal yang dikaitkan dengan kepercayaan diri, pertumbuhan fisik, hubungan romantis dengan kekasih dan diterimanya diri mereka oleh teman-teman sebaya.

Ini terjadi karena pada umumnya light music membawakan tema-tema ini dan emosi-emosi yang berhubungan dengan tema tersebut, sehingga merefleksikan diri mereka serta memvalidasi siapa mereka dan bagaimana perasaan mereka pada tahap perkembangan ini (Larson, Rosenbaum & Thompson, dalam Schwartz & Fouts, 2003). Arnett (dalam Schwartz & Fouts, 2003) berpendapat bahwa musik light membantu untuk meregulasikan dan mengekspresikan perasaan yang mereka alami, sehingga mereka dapat lebih mudah bertransisi ke masa dewasa.

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Dalam ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan, ada salah satu tahapan perkembangan dalam hidup manusia yang dianggap unik dan berperan penting dalam kehidupan seseorang, sehingga banyak dijadikan sebagai bahan penelitian oleh para ahli. Tahapan perkembangan yang dimaksud adalah masa remaja.

Dalam Hurlock (1999), istilah adolescence yang dipergunakan saat ini mempunyai arti cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, fisik dan sosial. Masa remaja bisa dibilang adalah masa penghubung atau masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa.


(41)

Sementara definisi remaja secara lengkap menurut WHO (dalam Sarwono, 2010) terbagi dalam tiga konseptual, yaitu:

1. Individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan.

2. Individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Santrock (2002) menyatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan orang dewasa yang meliputi perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Masa remaja disebut juga masa topan badai (strum & drang), karena mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai.

Karena hal itu, tidak salah jika para ahli sendiri ternyata mempunyai perbedaan dalam menentukan batasan masa remaja. Hal ini disebabkan banyaknya faktor yang mempengaruhi perkembangan setiap individu. Santrock (2002) berpendapat bahwa masa remaja dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun. Papalia (1998) memberikan batasan usia yang hampir sama, yaitu sekitar 12-13 tahun hingga akhir belasan atau pada awal dua puluhan.

Kemudian Hurlock (1999) mengemukakan bahwa masa remaja awal berlangsung kira-kira dari usia 13-16 atau 17 tahun dan masa remaja akhir berawal dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hukum. Sementara Sarwono (2010) membuat batasan mengenai remaja indonesia


(42)

sesuai dengan kultur budaya yang ada dimasyarakat kita. Menurutnya remaja Indonesia adalah individu yang berada pada usia 11-24 tahun, dan belum menikah. Usia 11 tahun adalah saat seseorang mulai mengalami perubahan seksual yang umumnya berakhir pada usia 24 tahun. Sedangkan dalam masyarakat Indonesia, seseorang yang sudah menikah (berapapun usianya) akan dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa.

2.2.2 Tahapan dan Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Sarwono (2010), dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, setiap remaja harus melewati tiga tahapan perkembangan, yaitu:

1. Remaja Awal (early adolescence), remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis.

2. Remaja Madya (middle adolescence), pada tahap ini remaja sangat tergantung pada teman dan senang kalau mempunyai banyak teman. Terdapat kecenderungan “narcistic”, menyukai teman-teman yang mempunyai sifat dan minat yang sama. Selain itu remaja dalam tahap ini berada dalam kondisi bingung untuk memilih, antara peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis.

3. Remaja Akhir (late adolescence), tahap ini adalah masa konsolidasi remaja menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu:


(43)

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).

Sedangkan, menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999), semua tugas perkembangan remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapai masa dewasa, antara lain:

1. Mencapai hubungan yang baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria atau wanita.

2. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. 4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. 5. Mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akan datang.

6. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

7. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi.


(44)

2.2.3 Kebutuhan Khas dan Bahaya pada Masa Remaja

Para ahli sepakat berpendapat bahwa terdapat kebutuhan yang khas pada remaja. Kebutuhan itu berkaitan dengan psikologis-sosiologis yang mendorong remaja untuk bertingkah laku yang juga khas. Menurut Garrison (Mappiare, dalam Ali & Asrori, 2009), terdapat beberapa kebutuhan yang khas bagi remaja, antara lain: 1. Kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan ini ada sejak remaja dilahirkan

dan menunjukkan berbagai cara perwujudan selama masa remaja.

2. Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok merupakan hal yang penting sejak remaja ”melepaskan diri” dari keterikatan keluarga dan berusaha memantapkan hubungan dengan teman lawan jenis.

3. Kebutuhan untuk berdiri sendiri yang dimulai sejak usia muda sangat penting manakala remaja dituntut untuk menentukan berbagai macam pilihan dan mengambil keputusan.

4. Kebutuhan untuk berprestasi menjadi sangat penting seiring dengan pertumbuhannya mengarah kepada kedewasaan dan kematangan.

5. Kebutuhan akan pergaulan dengan orang lain, terjadi sejak mereka bergantung dalam hubungan dengan teman sebaya.

6. Kebutuhan untuk dihargai dirasakannya berdasarkan pandangan sendiri yang menurutnya pantas bagi dirinya.

7. Kebutuhan memperoleh falsafah hidup yang utuh terutama nampak dengan bertambahnya kematangan untuk mendapatkan kepastian. Remaja mulai memerlukan beberapa petunjuk yang akan memberikannya dasar dalam membuat keputusan.


(45)

Dalam masa remaja terdapat bahaya-bahaya yang mungkin saja terjadi dikarenakan oleh suatu hal. Bahaya tersebut dapat dibedakan kepada kedua kategori, yaitu bahaya fisik dan bahaya psikologis (Hurlock, 1999)

a. Bahaya Fisik

Terdapat beberapa macam bahaya fisik yang dialami selama masa remaja, yaitu kematian, bunuh diri, cacat fisik, kekuatan, kecanggungan dan kekakuan, bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan seksnya. Kematian akibat terjangkitnya suatu penyakit jarang terjadi, dikarenakan kondisi fisik pada masa remaja cenderung lebih baik dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya . Bunuh diri atau percobaan bunuh diri merupakan salah satu bentuk bahaya fisik yang mengkhawatirkan, adapun hal yang menyebabkan perlaku bunuh diri tersebut antara lain karena remaja mengalami alienasi sosial ataupun mengalami keacauan keluarga dan masalah di sekolah.

Cacat fisik seperti gigi yang bengkok, penglihatan dan pendengaran yang kurang baik memang masih dapat diperbaiki namun penyakit kronis seperti asma atau kegemukan dapat menghambat remaja melakukan hal-hal yang dilakukan oleh teman-teman sebaya. Akibat pertumbuhan otot selama masa awal remaja, kekuatan meningkat, tetapi sayangnya tidak semua remaja mengalaminya sehingga mereka yang kekuatan ototnya tidak begitu meningkat cenderung merasa kurang mampu dalam melakukan suatu kegiatan. Kecanggungan dan kekakuan terjadi karena perkembangan keterampilan dan motorik tidak seperti teman sebayanya.


(46)

Selain itu bagi remaja, bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan seksnya dapat mengganggu karena remaja lebih dinilai melalui penampilan diri yang sesuai dengan kelompok seksnya dibandingkan anak-anak.

b. Bahaya Psikologis

Bahaya psikologis yang pokok pada masa remaja adalah berkisar pada kegagalan menjalankan peralihan psikologis ke arah kematangan yang merupakan tugas perkembangan masa remaja yang penting. Diantaranya adalah masalah perilaku sosial, perilaku seksual, perilaku moral dan hubungan keluarga. Dalam perilaku sosial, ketidakmatangan ditunjukkan dalam pola pengelompokkan yang kekanak-kanakan serta diskriminasi yang didasarkan pada ras, agama, atau sosial ekonomi yang berbeda. Bila hal ini berlanjut sampai akhir masa dewasa, maka akan mengakibatkan ketidakmatangan. Menurut Lubis (dalam Wibawa, 2004), keadaan emosi remaja yang masih labil erat hubungannya dengan keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dilain waktu ia dapat marah sekali.

Hal ini terlihat pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Dalam hal perilaku seksual, remaja juga mengalami ketidakmatangan, hal ini terjadi karena perubahan yang ekstrim, yang mana pada akhir masa kanak-kanak cenderung memusuhi lawan jenis pada masa remaja justru menaruh minat dan mengembangkan kasih sayang pada lawan jenis. Masalah-masalah hubungan seks diluar pernikahan, serta kehamilan usia dini merupakan ciri-ciri ketidakmatangan remaja.


(47)

Secara perilaku moral, remaja cenderung terlibat dalam kenakalan remaja hingga penggunaan obat terlarang. Dalam hubungan dengan keluarga, remaja yang memiliki hubungan keluarga kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya hubungan yang buruk diluar lingkungan keluarganya.

2.3 Risk Taking Behaviour

2.3.1 Pengertian Risk Taking Behaviour

Menurut Steinberg (1999) tingkah laku adalah hasil dari rangkaian proses: a. Identifikasi alternatif pilihan

b. Identifikasi konsekuensi dari tiap pilihan

c. Evaluasi terhadap kemungkinan dari tiap konsekuensi

d. Mengecek segala sesuatu yang biasa terjadi pada tiap konsekuensi

e. Mengkombinasikan seluruh informasi yang didapat untuk membuat keputusan

Menurut Hillson dan Murray (2005) risk atau resiko didefinisikan sebagai ketidakpastian terhadap sesuatu yang dapat berdampak positif atau negatif. Fischoff dkk. (dalam Yates, 1992), menyebutkan risk sebagai adanya ancaman terhadap nyawa atau kesehatan seseorang. Yates (1992) menyatakan bahwa risk

itu subyektif karena setiap individu mempunyai persepsi berbeda mengenai hal-hal yang mereka anggap beresiko.

Misalnya, ketika kita melihat pengendara motor yang ugal-ugalan, ada yang berpendapat hal tersebut sangat membahayakan baik untuk dirinya juga orang


(48)

lain. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa hal tersebut bukan sesuatu yang riskan karena mereka menganggap pengendara tersebut tentu sudah terampil atau sedang terburu-buru.

Gullone dkk (2000) mendefinisikan risk sebagai akibat tidak pasti dari suatu tingkah laku yang diasosiasikan dengan kemungkinan terjadinya konsekuensi negatif, akan tetapi persepsi kemungkinan terjadinya kosekuensi positif juga ada, sehingga keadaan menjadi seimbang dan jika konsekuensi negatif melebihi konsekuensi positif maka tingkah laku itu dianggap sebagai risk taking behaviour.

Risk taking behaviour menurut The Encyclopedic Dictionary (dalam Christia, 2001) adalah jika seseorang menempatkan sesuatu dengan taruhan atau resiko, dimana resiko itu sendiri menimbulkan konsekuensi positif dan negatif. Remaja adalah individu yang paling banyak dan sering melakukannya karena mempersepsikan diri mereka sebagai individu yang istimewa, unik dan kebal terhadap hal-hal yang beresiko (Duffy, 2005)

Jadi dapat disimpulkan bahwa risk taking behaviour adalah segala bentuk perilaku yang dianggap atau mengandung resiko dimana kemungkinan konsekuensi negatif yang akan diterimanya lebih besar daripada konsekuensi positif.

2.3.2 Tipe-Tipe Risk Taking Behaviour

Risk taking behaviour dapat dibagi menjadi empat tipe (Gullone & Moore, 2000), yaitu:


(49)

1. Perilaku mencari tantangan (Thrill-seeking behaviour),

Yaitu perilaku mencari sensasi yang intens dan diasosiasikan dengan perasaan naiknya kadar adrenalin di tubuh/excitement yang berupa perilaku mencari tantangan tetapi secara relatif dapat diterima secara sosial, contohnya adalah olahraga ekstrem atau berbahaya (arung jeram, panjat tebing, in-line, bungee-jumping, skateboarding, bmx dll).

2. Perilaku berbahaya(Reckless behaviour)

Pada bagian tertentu juga merupakan perilaku mencari tantangan namun kadar resikonya lebih tinggi karena akibat yang ditimbulkan biasanya juga dipersepsikan secara negatif oleh masyarakat luas, misalnya mabuk saat berkendara, kebut-kebutan, berkendara tidak menggunakan pengaman, mengkonsumsi narkoba, menggunakan jarum suntik secara bergantian, berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual.

3. Perilaku Memberontak (Rebellious behaviour)

Yaitu mencari tantangan dengan melanggar aturan-aturan yang ada di masyarakat, biasanya kerap dilakukan remaja antara lain minum alkohol, merokok, mengutil, membolos, berkelahi/tawuran, vandalisme, dll.

4. Perilaku Antisosial (Antisocial behaviour)

Merupakan tingkah laku yang paling rendah konsekuensi negatifnya secara langsung, namun sama-sama tidak disukai, baik di kalangan dewasa atau remaja sekalipun, salah satu contohnya adalah rakus, berjudi, berlaku curang, mengganggu dan menghina orang lain.


(50)

Menurut Hillson & Murray (2005). Dalam dunia Psikologi, individu dapat digolongkan menjadi empat tipe, antara lain:

1. Risk Seeking, yaitu orang-orang yang cenderung berani mengambil tindakan beresiko dan menikmati hidup seperti itu.

2. Risk Averse, yaitu mereka yang cenderung menghindari perbuatan yang mengandung resiko.

3. Risk Tolerance, yaitu kelompok orang yang dapat menerima tingkah laku beresiko dan menganggap hal tersebut sesuatu yang normal dalam kehidupan. 4. Risk Neutral, yaitu mereka yang menganggap tingkah laku beresiko adalah suatu hal yang wajar dilakukan untuk mendapatkan seseuatu yang berharga. Mereka tidak termasuk dalam risk seeking ataupun risk averse, akan tetapi dapat menerima ide-ide baru dan tidak takut untuk perubahan.

Setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam risk taking behaviour, antara lain:

1. Risk perception, yaitu segala informasi yang dimiliki individu yang kemudian digunakan dalam memahami berbagai kemungkinan tindakan yang akan diambil (aktif atau pasif) terhadap suatu objek atau peristiwa. 2. Perceived benefits, yaitu memikirkan tentang manfaat atau hasil apa yang

akan didapatkannya bila melakukan suatu tindakan. Apakah hal yang dilakukannya sesuai dengan kepentingan.

3. Consequences, yaitu setiap kemungkinan akibat yang akan diterimanya Pada dasarnya setiap orang dapat menjadi risk seeking maupun risk averse


(51)

mereka pegang serta yakini. Sebagai contoh, seorang pembalap belum tentu berani mempertaruhkan semua uangnya diatas meja judi, begitu pula seorang penjudi bisa jadi sangat takut untuk diajak balapan.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risk Taking Behaviour

Faktor-faktor yang mempengaruhi risk taking behaviour, menurut Gullone dkk (dalam Christia, 2001), adalah:

a. Belief tentang resiko.

Belief tentang resiko pada seseorang menentukan apakah ia akan melakukan

risk taking behaviour atau tidak. Semakin ia mempersepsikan suatu tindakan beresiko maka semakin besar kecenderungannya untuk tidak melakukan tindakan tersebut.

b. Jenis kelamin

Keterlibatan dalam risk taking behaviour secara signifikan dipengaruhi oleh jenis kelamin. Ini karena wanita cenderung mempunyai persepsi bahwa suatu tindakan dapat beresiko lebih tinggi, dibandingkan dengan para pria (terutama remaja) yang mempersepsikan diri mereka sebagai individu yang istimewa, unik dan kebal terhadap hal-hal yang beresiko.

c. Usia

Pengaruh usia juga cukup menentukan, karena terdapat perbedaan yang signifikan dalam mempersepsikan resiko dari suatu tingkah laku. Seseorang yang berusia muda atau remaja berpendapat resiko dari risk taking behaviour


(52)

mereka tidaklah besar sehingga kemungkinan mereka terlibat lebih tinggi daripada yang berusia lebih tua atau dewasa.

d. Kepribadian

Kepribadian juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi risk taking behaviour seseorang, walaupun tergantung dari tipe resiko perilaku, seperti adanya hubungan positif antara thrill seeking risk behaviour (mencari tantangan) dengan kepribadian ekstrovert. Karena pada sebagian besar orang dengan kepribadian ekstrovert diketahui bahwa mereka mempunyai sensation seeking yang tinggi, dan risk taking behaviour biasanya dilakukan oleh mereka yang mempunyai sensation seeking tinggi (Little dan Zuckerman, dalam Schwartz dan Fouts, 2003).

Terdapat juga beberapa penjelasan mengenai penyebab timbulnya risk taking behaviour pada remaja, antara lain:

a. Teori Keputusan Tingkah Laku (Behavioural Decision Theory)

Dalam teori ini menurut Steinberg (1999), sangatlah penting untuk mengetahui apakah remaja menggunakan proses yang berbeda dari orang dewasa dalam mengidentifikasikan, mengukur, dan mengevaluasi pilihan dan konsekuensi dari tingkah laku. Dan diketahui penyebabnya adalah karena adanya perbedaan dalam mengevaluasi kemungkinan dari konsekuensi yang berbeda. Contohnya, ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan narkoba pada suatu pesta atau pertunjukan musik, maka akan ada evaluasi terhadap berbagai konsekuensi, yaitu resiko secara hukum dan kesehatan, efek sampingnya, dan penilaian dari orang lain yang hadir pada saat itu. Baik remaja maupun orang dewasa akan


(53)

mempertimbangkan semua kemungkinan ini, tetapi orang dewasa relatif lebih menitikberatkan pada resiko hukum dan kesehatan dari narkoba, sedangkan remaja lebih lebih pada konsekuensi sosial tidak menggunakan narkoba yang didapatnya (dapat berupa penolakan dari teman kelompoknya).

Saat itu orang dewasa melihat keputusan remaja yang lebih menghargai penerimaan kelompok daripada kesehatan diri sebagai sesuatu yang tidak rasional. Teori ini menjelaskan bahwa semua tindakan termasuk yang beresiko sekalipun dapat dilihat secara rasional ketika kita mengerti cara yang dilakukan individu untuk mengukur dan mengevaluasi konsekuensi dari berbagai aksi atau tingkah laku manusia. Penekanan selanjutnya pada teori ini adalah keputusan beresiko pada remaja bukan karena keputusan yang tidak rasional, tetapi lebih pada bagaimana remaja memperoleh informasi yang mereka gunakan untuk membuat keputusan dan seberapa akurat informasi tersebut.

b. Teori Biologis atau Genetik

Menurut teori ini yang dijelaskan Steinberg (dalam Christia, 2001), risk taking behaviour dapat dikatakan sebagai tingkah laku yang tidak konvensional disebabkan karena adanya predisposisi yang bersifat menurun atau bawaan. Kemudian pandangan berikutnya bahwa secara dasar biologis ada perbedaan individu dalam dorongan (arousal) dan pencarian sensasi (sensation seeking), dimana hal ini menjelaskan bahwa risk taking behaviour berkaitan dengan dorongan yang berlebih dan kesenangan mencari tantangan (Little and Zuckerman, dalam Schwartz dan Fouts, 2003)


(54)

Timbulnya risk taking behaviour sebagai tingkah laku yang menyimpang merupakan hasil pendidikan dalam keluarga. Seorang anak dibesarkan dan disajikan tingkah laku yang bermasalah sebagai sumber respon yang adaptif untuk menghadapi dunia yang kejam (Steinberg, dalam Christia, 2001)

d. Teori Sosiologis

Dryfoos (dalam Steinberg, 1999) menyatakan bahwa keterlibatan pada suatu tingkah laku beresiko dapat menyebabkan keterlibatan pada tingkah laku beresiko yang lain. Misalnya penggunaan narkoba memungkinkan terjadinya perilaku seks bebas yang mengakibatkan meningkatnya kehamilan pranikah pada remaja atau yang lebih ekstrem tindakan bunuh diri.

e. Teori Kontrol Sosial (Social Control Theory)

Menurut Gottfredson dan Hirschi (dalam Christia, 2001), individu yang tidak memiliki ikatan yang kuat pada institusi masyarakat, seperti keluarga, sekolah, masyarakat atau tempat bekerja, akan lebih mudah bertingkah laku beresiko dalam berbagai cara. Teori ini menekankan bahwa perkembangan sikap yang tidak konvensional adalah akibat dari adanya keterlibatan pada kelompok yang tidak konvensional pula, atau keterlibatan pada satu tingkah laku beresiko dapat menciptakan rangkaian tingkah laku beresiko lainnya.

2.4. Kerangka Berpikir

Nakagawa (2000) menyatakan bahwa musik adalah ekspresi seni yang berpangkal pada tubuh, musik terdiri atas suatu peredaran atau arus balik (feedback) dari membunyikan, mendengarkan, dan membunyikan kembali. Karenanya membuat


(55)

atau mendengarkan musik sama artinya berdialog dengan tubuh, jika kita sedang menikmati musik, kita pasti menjadi sadar bahwa gerakan-gerakan tubuh kita itu bukan sekedar tubuh kita sehari-hari. Jadi musik berperan dalam sejarah perkembangan manusia dari masa ke masa, begitu juga pada tahapan perkembangan manusia, termasuk masa remaja.

Santrock (2002) menyebutkan bahwa masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan orang dewasa yang meliputi perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Pada masa ini remaja menjadi rentan terhadap hal-hal yang baru mereka alami (perubahan fisik dan situasi sosial) sehingga emosi mereka menjadi labil, dan belum secara penuh dan sadar menyadari arti dari setiap peristiwa yang dialami. Saat itu musik dengan lirik-liriknya menjadi sarana hiburan untuk melepas kepenatan serta refleksi dari diri mereka.

Kebiasaaan para remaja untuk menghabiskan banyak waktu mendengarkan musik tidak jauh berbeda, tetapi tidak semua orang menyukai jenis musik yang sama. Banyak remaja yang mempunyai preferensi (kecenderungan memilih/menyukai) musik yang pelan dan lembut (light music) karena dapat membuat nyaman dan menenangkan perasaan, tetapi tidak sedikit juga remaja yang mempunyai preferensi jenis musik keras (heavy music) yang dapat membuat semangat (Schwartz & Fouts, 2003).

Berdasarkan hal tersebut, terdapat kemungkinan kebiasaan mendengarkan salah satu jenis musik dapat memberi pengaruh bagi remaja baik positif ataupun negatif. Dari kedua jenis musik tersebut, heavy music dianggap memberi


(56)

pengaruh buruk pada tingkah laku remaja, pandangan bahwa jenis musik ini memberi pengaruh negatif diperkuat saat Hansen & Hansen (dalam Hargreaves, 1997) yang melakukan penelitian tentang perilaku individu yang menyenangi jenis musik heavy, menyatakan bahwa penggemar musik heavy metal pada umumnya cenderung berperilaku amoral, manipulatif, menghalalkan segala cara, dan dalam perilaku seksual mereka cenderung mengarah kepada perilaku hiperseksual. Sedangkan pada remaja yang menggemari musik punk mereka cenderung terlibat dalam penyalahgunaan zat-zat adiktif (psikotropika), maupun terdorong untuk melakukan aksi kriminalitas.

Sementara remaja yang berpreferensi musik light cenderung berkarakteristik sebagai orang yang dapat bekerja sama, bersosialisasi, tidak impulsif, bertanggung jawab, menerima orang lain dan keluarga mereka, serta mempunyai kepercayaan diri dalam bidang akademik, sehingga mereka dapat lebih mudah bertransisi ke masa dewasa. Meskipun demikian, di Indonesia banyak juga kasus dimana konser musik light yang berakhir rusuh.

Perilaku para remaja yang mengkonsumsi alkohol, berkelahi, dan melakukan aksi perusakan dalam dunia psikologi dapat dikategorikan sebagai

rebellious behaviors (perilaku memberontak) dan antisocial behaviors (perilaku antisosial) yang termasuk dalam tipe-tipe tingkah laku beresiko (risk taking behaviour), yaitu tingkah laku yang diasosiasikan dengan kemungkinan terjadinya konsekuensi negatif melebihi konsekuensi positif (Gullone dkk, 2000).

Dengan melihat fenomena yang terjadi di masyarakat kita, dimana musik semakin digemari oleh para remaja serta sering terjadinya kerusuhan pada konser


(57)

musik, baik heavy maupun light yang sampai menimbulkan korban jiwa. Maka penulis bermaksud ingin mengetahui apakah ada hubungannya antara preferensi musikpada remaja dengan tingkah laku beresiko (risk taking behaviour).

Bagan Kerangka Berpikir

Risk Taking Behaviour

Remaja Preferensi

musik

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara preferensi musik

dengan risk taking behaviour pada remaja.

b. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara preferensi


(58)

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini karena berkaitan dengan angka-angka dan datanya berwujud bilangan (skor/nilai peringkat/frekuensi), serta dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain (Arikunto, 2002).

3.1.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional. Penelitian korelasi adalah penelitian yang sering digunakan untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla, 1993)

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri (Kerlinger, dalam Sevilla, 1993). Variabel dibagi menjadi dua macam yaitu Variabel Bebas (Independen Variabel) dan Variabel Terikat (Dependen Variabel). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

a. Variabel Bebas : Preferensi Musik b. Variabel Terikat : Risk Taking Behaviour


(59)

3.2.1 Definisi Konseptual Variabel

Preferensi musik adalah kecenderungan untuk memilih dan menyukai salah satu jenis musik populer yang sedang berkembang sejajar dengan perkembangan media audio visual dari awal abad ini sampai sekarang.

Risk taking behaviour adalah segala bentuk perilaku yang dilakukan, yang dianggap atau mengandung resiko dimana kemungkinan konsekuensi negatif yang akan diterima seseorang lebih besar daripada konsekuensi positif.

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Operasional variabel artinya menerjemahkan konsep mengenai variabel yang bersangkutan ke dalam bentuk indikator perilaku (Azwar, 2003).

Preferensi musik adalah kecenderungan seseorang untuk menyukai salah satu jenis musik populer yang diukur menggunakan skor yang diperoleh berdasarkan kualitas musik yang disukai dan sering didengarkannya (Finnas, dalam Scwartz & Fouts, 2003), yaitu: Light music dan Heavy Music.

Light music terdiri dari 4 kualitas musik, yaitu: 1. romantis, bergairah dan berkhayal, 2. damai, lembut dan santai, 3. merenung, serius dan berpikir, 4. tradisional, kebaikan dan kebijaksanaan (pop, pop remaja, jazz, R&B, country, nasyid, classic, dance, dangdut dll). Heavy music terdiri dari 3 kualitas musik, yaitu: 1. penuh kekecewaan dan protes, 2. kuat, bising dan keras, 3. liar dan dimainkan dalam tempo cepat (rock, metal, punk, hardcore, emo, rap, ska dll). Cara mengukurnya, yaitu: subjek diberikan pernyataan tentang jenis musik apa yang sering mereka dengarkan, yang disukai, dan tidak disukai, dsb.


(1)

SKALA PREFERENSI MUSIK

Petunjuk pengisian

Baca dan pahamilah baik-baik setiap pernyataan berikut ini. Anda diminta untuk mengemukakan pendapat apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda. Cara pengisiannya adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang telah tersedia. Dan pilhan jawaban tersebut adalah:

SS : Sangat Setuju, jika pernyataan sangat sesuai dengan pendapat anda

S : Setuju, jika pernyataan sesuai dengan pendapat anda TS : Tidak Setuju, jika pernyataan tidak sesuai dengan

pendapat anda

STS : Sangat Tidak Setuju, jika pernyataan sangat bertentangan dengan pendapat anda

Contoh:

No PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya selalu mendengarkan musik setiap harinya

X

Artinya:

Anda selalu mendengarkan musik dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

No. PERNYATAAN SS S TS STS

1 Mendengarkan musik dangdut membuat saya ingin bergoyang

2 Ketika sedang marah saya lebih senang mendengarkan musik rock

3 Saya suka irama musik yang dapat membuat saya berdansa

4 Mendengarkan musik punk membuat saya bersemangat

5 Ketika di televisi ada video musik rock saya akan langsung menggantinya

6 Jika ada waktu saya selalu menyempatkan diri menonton konser musik rock

7 Menonton pertunjukan musik jazz memberikan saya inspirasi 8 Model rambut punk terlihat keren

9 Ketika sedang malas saya menyetel musik rock agar bersemangat lagi

10 Saya merasa risih jika dijalan bertemu dengan anak-anak punk

11 Bergaya hip-hop membuat saya percaya diri 12 Saya malas mendengar lagu yang

mendayu-dayu

13 Saat mendengar di radio ada lagu dangdut saya akan langsung menggantinya 14 Terkadang saya meniru cara berpakaian

penyanyi pop idola saya

15 Mendengarkan lagu emo dapat mengurangi kesedihan saya

16 Saya lebih suka membeli kaset atau cd lagu-lagu rock

17 Mendengarkan lagu rap hanya membuat pusing kepala

18 Mendengar lagu religi malah menambah kesedihan saya


(2)

No. PERNYATAAN SS S TS STS

19 Musik R&B membuat saya malas

SKALA RISK TAKING BEHAVIOUR

Petunjuk pengisian

Baca dan pahamilah baik-baik setiap pernyataan berikut ini. Anda diminta untuk mengemukakan pendapat apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda. Cara pengisiannya adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang telah tersedia. Dan pilhan jawaban tersebut adalah:

SS : Sangat Setuju, jika pernyataan sangat sesuai dengan pendapat anda

S : Setuju, jika pernyataan sesuai dengan pendapat anda TS : Tidak Setuju, jika pernyataan tidak sesuai dengan

pendapat anda

STS : Sangat Tidak Setuju, jika pernyataan sangat bertentangan dengan pendapat anda

Contoh:

No PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya memakai helm saat mengendarai motor

X

Artinya:

Anda selalu memakai helm saat akan bepergian menggunakan motor

No. PERNYATAAN SS S TS STS

No. PERNYATAAN SS S TS STS

1 Makan terlalu banyak bisa menjadi malas 2 Begadang hingga pagi bersama teman

terasa menyenangkan

3 Saya akan menerobos lampu merah jika memang sedang terburu-buru

4 Dengan mencorat-coret tembok dapat menyalurkan ekspresi saya

5 Saya akan menolak tantangan untuk berkelahi satu lawan satu

6 Saya tidak dapat menolak jika ada teman yang menawarkan minuman beralkohol 7 Mengendarai motor dengan kecepatan

tinggi sangat menyenangkan

8 Saya akan membantu teman-teman saya yang terlibat tawuran

9 Jika ada kesempatan saya tidak akan ragu mencium pacar saya ditempat umum

10 Saya tidak berani mengendarai motor tanpa membawa surat-surat yang lengkap

11 Melakukan hubungan seks sebelum menikah dengan pacar adalah hal biasa 12 Saya akan berkata-kata kasar kepada

orang yang tidak saya sukai

13 Saya yakin dengan kemampuan saya mengendarai motor, walau rem motornya nya rusak sekalipun

14 Saya tidak berani mengendarai motor tanpa menggunakan helm

15 Tidak enak rasanya jika habis makan tidak merokok

16 Bertaruh uang saat menonton


(3)

No. PERNYATAAN SS S TS STS

bersemangat

17 Olahraga panjat tebing terlihat menakutkan

18 Bermain kartu tanpa menggunakan uang terasa membosankan

19 Saya takut bermain in-line skate (sepatu roda)

20 Saya merasa risih jika melihat ada teman saya sedang menonton film porno di handphonenya

21 Setelah pulang sekolah, lebih baik saya pulang kerumah daripada nongkrong bersama teman-teman

22 Jika merasa bosan disekolah saya akan membolos

23 Mengendarai motor lebih dari dua orang bukan sesuatu yang berbahaya

24 Meminjam barang milik teman tanpa izin membuat saya gelisah

25 Saya malas masuk kelas jika sudah terlambat

26 Saya merasa gelisah setelah merusak telepon umum

27 Saya merasa resah jika melihat ada teman saya yang menggunakan narkoba 28 Saya tidak segan-segan menantang

berkelahi orang yang mengejek saya 29 Bersepeda dijalan raya tanpa

menggunakan pelindung adalah hal biasa

30 Walaupun mahir berenang saya tidak berani jika harus melompat dari papan loncat

31 Mengendarai motor dimalam hari tanpa menggunakan lampu adalah hal yang

No. PERNYATAAN SS S TS STS

biasa

32 Saya tidak ragu berlaku curang demi memenangkan sebuah pertandingan 33 Saya takut bergaul dengan teman yang

terlibat narkoba

34 Saya merasa cemas mengendarai motor tanpa memiliki SIM

35 Saling ejek diantara teman adalah hal yang wajar

36 Merokok meningkatkan rasa percaya diri saya

37 Saya akan menolak ajakan teman untuk menonton film porno

38 Saya akan menerobos masuk konser musik jika kehabisan tiket

39 Saya menyesal setelah mengejek orang lain

40 Saya malu jika nilai bagus yang didapat hasil mencontek


(4)

Lampiran 7

Data Mentah Skala Preferensi Musik (field-test)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 2 2 2 1 2 3 2 3 2 3 1 2 1 1 1 1 2 1 3 2 3 1 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 4 2 2 2 3 3 1 2 1 1 3 1 4 1 1 1 1 1 3 3 5 3 1 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 6 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 7 2 1 2 2 2 1 3 1 2 2 1 3 3 3 2 1 1 3 3 8 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 9 3 3 4 2 3 3 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 10 3 2 3 3 4 3 2 1 3 4 4 2 4 1 3 2 4 4 3 11 3 2 2 2 4 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 4 4 4 12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 13 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 14 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 2 3 4 3 15 4 3 4 2 2 3 3 1 3 1 3 3 3 2 3 2 2 2 3 16 3 2 2 4 4 3 2 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 2 2 17 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 18 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 19 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 2 4 2 3 4 4 4 4 20 3 2 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 21 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 3 1 4 1 4 3 4 4 1 22 3 3 2 3 4 1 2 1 2 1 2 4 3 1 2 2 4 1 4 23 2 2 3 3 3 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 24 4 4 4 4 4 4 2 1 4 3 4 4 2 2 4 3 4 4 3 25 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 26 3 4 2 4 4 3 3 3 4 2 4 2 1 1 3 3 4 2 3 27 3 2 2 4 3 3 1 1 3 1 3 1 3 1 2 3 3 2 3 28 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 1 2 2 3 3 3 3 2 29 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 30 1 4 3 3 3 1 3 1 3 2 2 3 1 3 2 2 3 1 3 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3 32 3 1 3 2 3 1 3 1 1 1 1 4 3 3 1 1 2 2 4 33 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 4 1 2 1 2 4 2 4 34 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 3 3 35 2 3 3 2 2 1 4 1 1 2 3 3 1 2 2 2 2 3 3 36 2 2 2 2 3 2 3 1 1 2 1 3 2 1 1 1 4 2 3 37 2 1 2 1 3 1 1 1 3 3 3 3 3 1 2 2 3 4 4 38 1 1 1 1 3 1 1 2 1 3 1 3 2 1 1 1 4 4 3

39 1 1 1 1 3 2 3 2 2 1 1 4 1 3 1 1 1 2 3 40 2 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 41 2 3 2 3 3 1 3 1 3 1 3 2 1 2 3 3 3 2 3 42 4 3 3 3 3 3 4 1 3 2 3 3 4 2 3 3 4 1 4 43 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 1 1 2 2 4 3 2 3 44 2 2 3 2 1 2 3 2 2 1 2 3 2 4 2 2 3 2 3 45 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 46 2 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 2 4 4 4 2 4 47 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 48 1 4 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 2 4 4 3 49 4 3 2 3 3 1 2 1 3 1 4 2 2 2 2 1 3 3 2 50 3 1 4 4 4 1 4 1 1 4 4 2 1 4 1 1 4 1 4


(5)

Lampiran 8

Data Mentah Skala Preferensi Musik (field-test)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 3 1 2 2 1 3 1 2 1 3 3 1 4 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 4 1 4 3 3 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 1 2 2 4 3 3 3 1 2 1 4 1 1 4 1 3 2 3 3 1 3 1 3 3 5 3 3 3 2 3 1 1 1 1 3 1 2 2 3 1 3 3 1 2 2 6 2 4 3 3 2 2 4 3 1 2 1 2 3 2 2 3 4 2 3 2 7 1 3 3 2 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 8 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 1 1 3 3 3 1 3 2 3 3 9 1 4 2 1 3 2 3 2 4 2 4 3 2 2 2 3 2 2 3 3 10 3 4 2 1 2 2 3 2 3 2 1 1 2 3 4 3 2 2 3 2 11 2 4 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 12 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 13 2 2 1 2 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 1 3 3 2 3 3 14 2 3 1 3 1 2 3 3 1 2 1 2 3 2 4 2 2 1 3 2 15 1 4 2 1 4 1 1 1 3 1 2 2 1 1 1 4 3 1 3 3 16 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 17 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 18 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 2 3 19 3 4 4 3 4 1 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 20 3 4 2 2 3 1 3 3 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 3 3 21 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 22 1 2 1 1 3 1 3 2 2 3 1 1 2 3 1 2 2 1 3 2 23 2 4 3 3 2 1 4 2 2 3 1 2 2 3 2 1 2 1 3 2 24 4 3 3 3 2 1 4 3 2 3 1 1 2 4 1 2 4 1 4 3 25 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 26 1 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 4 2 3 2 2 2 27 2 4 2 2 2 1 4 3 2 3 4 4 2 2 4 4 2 3 2 3 28 2 3 2 2 3 1 3 3 2 3 1 2 2 3 2 4 3 1 3 1 29 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2

30 1 3 2 2 2 4 2 2 2 2 1 3 2 3 1 3 1 1 2 2 31 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 3 1 1 3 2 3 1 32 3 4 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 33 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 3 1 3 1 34 1 3 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 3 2 1 2 3 35 2 3 2 2 4 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 3 1 36 2 3 2 2 3 1 3 1 1 3 1 2 2 3 1 1 3 1 3 2 37 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 4 1 3 1 38 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 3 1 39 2 3 1 2 3 1 2 1 2 1 1 3 1 1 1 2 3 1 2 2 40 2 4 2 2 3 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 41 2 1 3 3 2 1 2 2 1 1 3 3 3 1 2 1 2 2 2 2 42 3 4 3 4 4 3 3 2 4 2 4 2 2 1 4 3 4 3 3 3 43 2 4 1 4 1 1 3 1 2 3 1 2 1 1 1 2 2 1 3 3 44 2 4 2 2 3 2 2 1 4 2 4 3 1 2 1 3 3 3 3 3 45 3 3 2 1 2 1 3 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 46 1 4 2 2 3 3 2 2 2 1 2 3 3 1 4 2 2 2 2 2 47 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 48 2 4 1 3 3 1 3 1 1 3 1 3 3 2 1 2 1 1 1 1 49 2 2 1 1 2 1 3 1 1 3 1 2 2 3 1 1 2 1 3 1 50 1 4 1 4 1 1 4 2 3 2 1 3 3 3 2 2 2 2 3 2


(6)

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 1 1 2 3 2 2 2 1 1 3 3 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 1 3 2 2 2 1 2 1 4 1 1 1 1 3 1 1 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 3 3 2 1 2 1 2 3 2 4 1 2 1 4 3 1 3 3 3 1 1 1 4 2 1 1 1 4 3 1 2 1 2 1 5 3 3 2 2 3 2 1 3 2 2 1 2 3 2 3 1 2 2 3 3 6 2 2 2 1 2 2 2 1 4 3 3 1 3 3 2 3 3 2 1 2 7 1 2 2 2 3 1 2 2 3 1 2 2 1 1 3 1 2 1 2 1 8 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 1 4 3 3 2 2 3 2 2 9 3 3 2 2 3 2 1 4 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 10 1 3 2 1 3 4 2 3 1 2 3 3 3 2 4 4 3 4 2 3 11 2 4 1 1 4 2 1 3 1 4 1 1 4 1 4 1 1 1 2 3 12 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 13 3 2 2 2 2 2 2 2 4 3 1 2 4 3 3 2 3 2 3 3 14 2 3 3 2 2 2 2 4 4 3 1 2 3 3 3 4 3 4 2 2 15 3 1 1 1 1 1 2 4 1 1 3 1 3 2 3 1 4 2 1 2 16 3 3 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 17 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 18 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 19 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 1 3 4 4 4 3 2 3 1 20 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 3 2 4 3 3 2 2 2 21 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 22 2 1 1 1 1 2 1 3 3 2 1 1 3 1 3 2 2 1 2 2 23 2 2 3 2 2 1 1 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 24 1 1 1 2 4 2 2 4 3 1 2 2 4 1 4 1 2 4 2 2 25 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 26 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 27 4 3 2 2 3 3 1 2 1 3 1 1 1 1 4 3 3 2 2 1 28 2 2 3 2 3 3 1 4 3 3 3 2 2 3 3 2 1 3 2 2 29 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 3 1 2 2 2 3 30 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 1 4 2 2 2 31 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 3 2 1 1 1 1 1

32 1 2 1 2 2 1 2 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 1 1 2 33 3 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 34 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 1 1 1 2 3 1 1 2 2 2 35 2 2 1 2 2 2 1 3 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 2 3 36 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 37 2 1 2 2 3 1 1 1 3 3 1 1 2 3 2 1 1 1 1 2 38 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 2 39 3 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 4 4 2 2 2 2 2 3 40 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 41 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 1 1 3 1 2 1 2 2 42 2 2 1 2 3 2 1 2 2 3 1 2 1 1 3 2 3 1 2 2 43 2 3 1 1 3 2 1 1 2 2 1 1 1 1 3 1 2 1 2 3 44 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 45 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 46 3 2 2 1 3 2 2 2 3 4 3 2 4 3 4 3 2 4 2 2 47 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 48 2 3 3 2 3 3 1 4 3 1 1 1 1 4 3 1 1 1 2 2 49 3 1 3 2 1 1 1 2 2 4 1 1 1 2 3 1 1 1 2 1 50 1 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 1 1 3 2 2 3 1 1


Dokumen yang terkait

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

36 272 102

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruangan RB2 RSUP HAM.

15 115 59

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PRE OPERASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA KLIEN PRE OPERASI

2 3 7

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

0 2 28

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

0 2 13

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD SETJONEGORO KABUPATEN WONOSOBO NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD SETJONEGORO KABUPATEN W

0 3 11

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

0 0 11

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAM

2 3 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERIOPERATIF DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RS MATA “Dr. YAP” YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PENGETAHUAN PERIOPERATIF DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RS MATA “DR. YAP” YOGYAKARTA

0 2 16

Hubungan Pengetahuan Operasi dengan Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pasien dengan Tindakan Spinal AnestesI - Repository Poltekkesjogja

0 2 22