Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
steroid, ekstrak fase etanol E1 mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin, steroid, triterpenoid, dan tanin. Sedangkan ekstrak etanol E2
mengadung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid, dan triterpenoid.
Pengujian karakteristik ekstrak meliputi uji organoleptik dan uji kadar abu. Pemeriksaan organoleptik ekstrak meliputi bentuk, warna, dan bau. Penentuan
organoleptik ini termasuk salah satu parameter spesifik yang ditentukan dengan menggunakan panca indera dan bertujuan untuk pengenalan awal secara
sederhana dan bersifat subjektif. Penentuan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal. Pada pengujian
kadar abu, ekstrak dipanaskan sehingga senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan anorganik saja
Arifin, Anggraini, Handayani, Rasyid, 2006, pp. 91. Pengujian terhadap kadar abu ekstrak herba Ocimum americanum Linn menunjukkan hasil yang cukup
tinggi yaitu berkisar 8,44-16,28. Hal ini diduga karena tingginya kandungan mineral internal Ocimum americanum Linn. Kandungan mineral internal Ocimum
americanum Linn dilaporkan pada penelitian Aluko et al 2012, pada penelitian tersebut tercantum bahwa daun Ocimum americanum Linn mengandung kalsium
50,72±1,77 gkg, potassium 18,76±0,12 gkg, magnesium 4,26±0,01 gkg, Sodium 9,58±0,03 gkg, juga mengandung zat besi, fosfor, mangan, seng, timbal,
kadmium, dan vitamin C Aluko, Ologede, Afolayan, 2012, pp. 12699. Pembanding yang digunakan sebagai kontrol positif adalah vitamin C dan
rutin, masing-masing mewakili antioksidan sintetik dan antioksidan alami. Vitamin C dan rutin digunakan sebagai pembanding karena berfungsi sebagai
antioksidan sekunder yaitu menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai Praptiwi, Dewi, Harapini, 2006, pp. 35. Maslarova 2001
menyatakan bahwa vitamin C termasuk golongan antioksidan sekunder yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Hal itu dikarenakan
vitamin C mempunyai gugus hidroksi bebas yang bertindak sebagai penangkap radikal bebas dan jika mempunyai gugus polihidroksi akan meningkatkan
aktivitas antioksidan Isnidar, Wahyuono, Setyowati, 2011, pp. 160.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Uji aktivitas antioksidan ekstrak Ocimum americanum Linn dilakukan dengan menggunakan metode penangkapan radikal bebas DPPH 2,2-difenil-1-
pikrilhidrazil. Metode DPPH dipilih karena memerlukan sedikit sampel, sederhana, mudah, cepat, dan peka untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dari
senyawa bahan alam Hanani , Mun’in, Sekarini, 2005, pp. 130. Pada metode
ini, DPPH bertindak sebagai model radikal bebas yang akan berikatan dengan senyawa antioksidan Simanjuntak, Parwati, Lenny, Tamat, Murwani, 2004.
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak herba Ocimum americanum Linn diawali dengan uji pendahuluan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis KLT.
Uji antioksidan secara kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya aktivitas antioksidan dari ekstrak herba Ocimum americanum Linn. Ekstrak herba
Ocimum americanum Linn ditotolkan pada pelat KLT kemudian dielusi dengan eluen yang sesuai dan disemprot dengan larutan DPPH. Ekstrak yang berpotensi
sebagai antioksidan dapat terlihat berupa bercak kuning pada pelat KLT dengan latar belakang warna ungu. Dengan demikian terlihat dengan jelas bercak-bercak
yang memiliki potensi sebagai antioksidan. Berdasarkan hasil uji antioksidan secara kualitatif dapat diketahui bahwa ekstrak fase n-heksan, ekstrak fase etil
asetat, ekstrak fase etanol, dan ekstrak etanol memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif juga dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengujian secara kuantitatif ini
dilakukan untuk mengetahui absorbansi DPPH yang tersisa setelah ditambahkan ekstrak. Jika suatu senyawa memiliki aktivitas sebagai antioksidan, maka akan
terjadi penurunan nilai absorbansi DPPH pada panjang gelombang 515,4 nm. Penurunan absorbansi DPPH diukur terhadap absorbansi kontrol yaitu absorbansi
DPPH dalam metanol p.a tanpa penambahan bahan uji. Penurunan absorbansi DPPH ditunjukkan dengan terjadinya degradasi warna DPPH dari warna ungu
menjadi warna kuning. Proses degradasi warna DPPH berbanding lurus dengan konsentrasi ekstrak yang ditambahkan. Dari nilai absorbansi DPPH yang
diperoleh dapat ditentukan nilai persentasi penghambatan radikal DPPH inhibisi. Dari nilai inhibisi dapat ditentukan nilai IC
50
inhibitory concentration. Setelah diperoleh nilai IC
50
kemudian dihitung nilai AAI
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
antioxidant activity index dari masing-masing ekstrak. Nilai IC
50
merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak ppm yang mampu menghambat
proses oksidasi sebesar 50. Semakin kecil nilai IC
50
berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan Zuhra, Tarigan sihotang, 2008, pp.10. Nilai IC
50
diperoleh dari persamaan regresi linier sedangkan nilai AAI antioxidant activity index ditentukan dengan membandingkan antara konsentrasi DPPH yang
digunakan dalam uji ppm dengan nilai IC
50
yang diperoleh ppm dari masing- masing ekstrak. Nilai AAI perlu diketahui untuk menggolongkan sifat antioksidan
ekstrak. Jika nilai AAI0,5 antioksidan bersifat lemah, AAI0,5-1 antioksidan bersifat sedang, AAI1-2 antioksidan bersifat kuat, dan AAI2 antioksidan sangat
kuat Vasic et al, 2012, pp.211. Hasil optimasi panjang gelombang dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis menunjukkan bahwa serapan maksimum DPPH berada pada panjang gelombang 515,4 nm. Panjang gelombang maksimum dinyatakan sebagai analisis
larutan DPPH yang dapat menghasilkan absorbansi DPPH secara maksimum Molyneux, 2004. Selanjutnya kemampuan antioksidan dari ekstrak Ocimum
americanum Linn diukur pada panjang gelombang 515,4 nm. Mekanisme penangkapan radikal DPPH oleh senyawa antioksidan adalah
melalui donasi atom hidrogen sehingga menyebabkan perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning Hanani, Mun’im, Sekarini, 2005, pp. 130-131;
Syukur, Alam, Mufidah, Rahim, Tayeb, 2011, pp. 64. Perubahan warna DPPH terjadi karena adanya senyawa yang dapat memberikan radikal hidrogen kepada
radikal DPPH sehingga tereduksi menjadi DPPH-H 1,2-defenil-2-pikrilhidrazin Desmiaty, R.,R., 2008, pp. 72; Purwaningsih, 2012, pp. 41. Biasanya senyawa-
senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol karena mempunyai gugus hidroksi yang terdistribusi pada pada posisi ortho dan para
terhadap gugus -OH dan -OR Purwaningsih, 2012, pp. 41. Hasil uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif dari masing-masing
ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak etanol E2 memiliki antioksidan yang kuat karena memiliki nilai AAI2 yaitu 1,8006. Ekstrak fase etanol E1 dan ekstrak
fase etil asetat EA memiliki antioksidan yang sedang, karena masing-masing memiliki nilai AAI0,5-1 yaitu 0,9150 dan 0,8858. Sedangkan ekstrak fase n-