Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Media Booklet Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Santri tentang Kesehatan Reproduksi di Pesantren Darul Hikmah dan Pesantren Ta’dib Al-Syakirin di Kota Medan Tahun 2010

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI MEDIA BOOKLET TERHADAP PERUBAHAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH DAN TA’DIB AL SYAKIRIN

DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

OLEH :

NIM .061000001 FADILAH AINI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ABSTRAK

Pengetahuan remaja terhadap reproduksi manusia masih rendah, maka dari itu remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya seperti halnya di pesantren. Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang sangat intensif membahas masalah agama Islam sudah semestinya membahas seksualitas melalui pendidikan kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi masih tergolong tema yang sangat jarang di kalangan pesantren dan kurang mendapat porsi yang memadai dalam program pendidikan pesantren. Media sebagai perantara informasi mempunyai peran yang cukup penting. Maka dari itu perlunya diteliti pengaruh media booklet sebagai media pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap santri tentang kesehatan reproduksi di Pesantren Darul Hikmah tahun 2010.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen (eksperimen semu), dengan rancangan Non Equivalent Control Group untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan penngetahuan dan sikap santri terhadap kesehatan reproduksi di pesantren Darul Hikmah dan Ta’ib Al-Syakirin tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini sebesar 185 orang dan besar sampel sebesar 76 responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Data diperoleh dari data primer dan data sekunder.

Hasil uji pair t-test menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan remaja pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nila rerata -9,82 nilai t=3,389 dengan nilai p=0,002, perbedaan sikap remaja pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nila rerata -3,529, nilai t=2,634 dengan nilai p=0,012. intervensi booklet berpengaruh terhadap pengetahuan remaja (p=0,002) dan tidak terdapat pengaruh intervensi booklet terhadap sikap remaja (p=0,012) maka disarankan agar pendidikan kesehatan tentang reproduksi perlu disampaikan kepada remaja secara periodik dan berkesinambungan.


(3)

Abstract

Adolescent knowledge of human reproduction is still low, therefore the reproductive health of adolescents need to know in order to have correct information about the reproductive process and the various factors that exist in the vicinity as well as in boarding schools, boarding school as an institution with very intensive talking religion of Islam is supposed to discuss sexuality through reproductive health education. This is due to reproductive health education is inseparable from human life. But the reality is, the discussion themes of reproductive health is still relatively rare among the schools and lack of adequate portion of boarding school education program. Consequently affect the implementation of reproductive health education is less than the maximum. Media as intermediary of information has an important role. Hence the need to study the influence of the media as a medium for health education booklet to changes in knowledge and attitudes about reproductive health students in boarding school of Darul Hikmah and in Ta'ib al-Syakirin 2010.

The study was quasi experimental, with the design of Non Equivalent Control Group to investigate the effect of health education on changes knowledge and attitude towards reproductive health students at the seminary Darul Hikmah and Ta'ib al-Syakirin 2010. The population in this study by 185 people and a large sample of 76 respondents were divided into two groups: treatment group and control group. Data obtained from primary data and secondary data.

Paired t-test results indicate there are differences in knowledge test adolescents in treatment groups and control groups with indigo mean -9,82, t = 3.389 with p = 0.002, difference in the attitude of adolescents in treatment groups and control groups with indigo mean -3,529, value t=2,634 with p = 0.012. Booklet intervention effect on adolescent knowledge (p = 0.002) and there was no intervention effect booklets on adolescent attitudes (p = 0.012) it is recommended that education about reproductive health need to be submitted to the juvenile periodical and continuous.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : FADILAH AINI

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 30 Desember 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Orang Tua : Hazrat

Anak ke : 2 (dua) dari 2 (dua) orang bersaudara Alamat Rumah Orang Tua : Jalan Bromo Lorong Damai No. 18 Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1994 - 2000 : SD Al-ITTIHADIYAH MEDAN Tahun 2000 - 2003 : SLTP Negeri 4 Medan

Tahun 2003 - 2006 : SMU Negeri 4 Medan

Tahun 2006 - 2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Riwayat Organisasi

Tahun 2007-2008 : Departemen Dana dan Logistik HMI Komisariat FKM USU

Tahun 2008-2009 : Departemen Dana dan Logistik HMI KOmisariat FKM USU

Tahun 2008-2009 : Wakil Bendahara Umum HMI Komisariat FKM USU Tahun 2009-2010 : Bendahara Umum HMI Komisariat FKM USU


(5)

Training Yang Pernah Diikuti

Tahun 2006 : MOP HMI Komisariat FKM USU Tahun 2008 : LK I HMI Cabang Medan

Tahun 2009 : TPS V HMI Komisariat FKM USU Tahun 2009 : Pelatihan Tobacco Control


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Media Booklet Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Santri tentang Kesehatan Reproduksi di Pesantren Darul Hikmah dan Pesantren Ta’dib Al-Syakirin di Kota Medan Tahun 2010”. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mereformasi peradaban manusia dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan yang bisa kita rasakan saat ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Hazrat dan ibunda tercinta Jamilah yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dengan penuh kasih sayang, dan tak henti mendoakan penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah memberikan kebahagiaan kepada keduanya baik di dunia maupun di akhirat. Amiin.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(7)

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah banyak mengerahkan pikiran dan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, motivasi terbaik yang tiada terhingga.

3. Bapak Dr.Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi, serta dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku dosen penguji yang telah banyak membantu penulis dalam menjalankan pendidikan, memberikan banyak pengalaman yang tidak bisa didapat di bangku kuliah serta banyak memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

5. Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai FKM USU khususnya staf edukatif dan non edukatif yang telah banyak membantu, memberikan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat serta motivasi-motivasi dalam menjalani pendidikan selama di FKM USU.

8. Bapak Yose Rizal, S.Ag selaku Kepala Mts dan seluruh staf pengajar di Pesantren Darul Hikmah.


(8)

9. Bapak Sukarman S.Si selaku Kepala Mts di Pesantren dan seluruh staf pengajar Ta’dib Al-Syakirin.

10. Untuk abangku tersayang Fadli Hazmi, Amd yang selalu menjadi semangat dan motivasi bagi penulis untuk menjadi yang terbaik.

11. Untuk Abangda Budi Santoso Sitepu, SKM yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan sehingga skripsi ini dapat segera diselesaikan.

12. Untuk kakanda – kakanda senior Bang Ozi, Bang dika, Bang Hamid, Bang Dani, Bang Surya, Bang Adon, Bang Ahmad, Bang Roni, Bang Izal, Ka’Endam, Ka’Yoki, Ka’Rima yang telah memberikan motivasi selama penulis menjalankan pendidikan di FKM USU.

13. Sahabat-sahabat terbaikku Conel, Desi, Une’, Khandila, Bundi, Tesi, Gilang, Andri, Afdal, Hengky, Amru, dan Izal yang memberikan banyak cerita dan pengalaman hidup bagi penulis.

14. Sahabat-sahabatku : Yori, Juli, Rina, Pendi, Wiwin yang menjadi penyemangat, teman bermain, teman belajar, teman seperjuangan yang memberikan kesan yang tak terlupakan. Terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini.

15. Sahabat-sahabatku di Departemen PKIP : Lina, Ka’Dwi, Icha, Santi, Silvi, Ka’Imel, Okvianus, dan Ulfa yang saling menyemangati dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Terkhusus buat Irma, Afdal dan Isas yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian.


(9)

17. Untuk adik – adikku tersayang : Linda, Juni, Nanda, Putri, Amel, Zufri, Ozi dan Togar yang juga memebri dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

18. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2010 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

halaman Halaman Persetujuan ... -

Abstrak ... i

Daftar Riwayat Hidup Penulis ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I. Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

... 1.3. Tujuan ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. Tinjauan Pustaka ... 8

2.1. Promosi Kesehatan ... 9

2.2. Pendidikan Kesehatan ... 8

2.3. Media Pendidikan Kesehatan ... 10

2.4. Media Booklet ... 12


(11)

2.6. Pengetahuan ... 15

2.7. Sikap ... 17

2.8. Kesehatan Reproduksi ... 18

2.8.1. Organ Reproduksi ... 19

2.8.2. Pubertas dan Kematangan Seksual pada Remaja ... 21

2.8.3. Hormon Seks dan Peranannya ... 23

2.8.4. Kebersihan dan Kesehatan Diri ... 24

2.8.5. Dampak Negatif Reproduksi ... 25

2.9. Remaja ... 28

2.9.1. Pembagian dan Batasan Usia Remaja ... 30

2.9.2 Perkembangan masa remaja ... 31

2.10. Kerangka Konsep ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2 Waktu Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.4.1 Populasi ... 36

3.4.2 Sampel Penelitian ... 37

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5.1 Data primer ... 38

3.5.2 Data Sekunder ... 39


(12)

3.5.4 Uji Reabilitas ... 39

3.6 Mekanisme Pelaksanaan Penelitian ... 41

3.6.1 Tahap Persiapan ... 41

3.6.2 Tahap Pelaksanaan ... 42

3.6.3 Tahap Akhir ... 44

3.7 Definisi Operasional ... 44

3.8 Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 45

3.7.1 Aspek Pengukuran ... 45

3.9 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 47

3.7.1 Pengolahan Data ... 47

3.7.2 Analisa Data ... 47

BAB IV Hasil Penelitian ... 46

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pesantren Darul Hikmah 46 4.1.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pesantren Ta’dib Al-Syakirin ... 47

4.2 Karakteristik Responden ... 48

4.3 Gambaran Pengetahuan Responden Kelompok Perlakuan ... 50

4.3.1. Gambaran Pengetahuan Responden kelompok perlakuan sebelum Intervensi Booklet ... 50

4.3.2. Pengetahuan Responden Setelah Intervensi Booklet ... 53

4.3.3. Pengetahuan Responden kelompok perlakuan Sebelum dan sesudah Intervensi Booklet ... 56


(13)

4.4. Gambaran Sikap Responden ... 57 4.4.1.Distribusi Frekuensi Sikap Responden kelompok perlakuan Sebelum Intervensi Booklet ... 57 4.4.2. Distribusi Frekuensi Sikap Responden kelompok perlakuan Sesudah Intervensi Booklet ... 59 4.4.3.Sikap Responden kelompok perlakuan Sebelum dan

Sesudah Intervensi Booklet ... 61 4.3. Gambaran Pengetahuan Responden kelompok kontrol ... 62 4.3.1. Gambaran Pengetahuan Responden kelompok kontrol Sebelum Intervensi Booklet ... 62 4.3.2. Pengetahuan Responden Setelah kelompok kontrol Intervensi Booklet ... 66 4.3.3. Pengetahuan Responden kelompok kontrol Sebelum dan

sesudah Intervensi Booklet ... 69 4.4. Gambaran Sikap Responden kelompok kontrol ... 70

4.4.1.Distribusi Frekuensi Sikap Responden kelompok

kontrol Sebelum Intervensi Booklet ... 70 4.4.2.Distribusi Frekuensi Sikap Responden kelompok

kontrol Sesudah Intervensi Booklet ... 73 4.4.3.Sikap Responden kelompok kontrol Sebelum dan

Sesudah Intervensi Booklet ... 75 4.5.Uji paired T-Test terhadap pengetahuan dan sikap sebelum

(pretest) dan sesudah diberi perlakuan (post test) ... 76 4.5.1 Pre-Test ... 76


(14)

4.4.2 Post-test ... 77

4.4.3 Kelompok Perlakuan ... 77

4.4.4 Kelompok Kontrol ... 78

BAB V. Pembahasan ... 79

5.1. Pengetahuan santri tentang kesehatan reproduksi ... 79

5.2. Sikap santri tentang kesehatan reproduksi ... 81

BAB VI. Kesimpulan dan Saran ... 85

6.1 Kesimpulan ... 86

6.2 Saran ... 89

Daftar Pustaka ... 90 Lampiran


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel. 3.1 Hasil uji validitas dan reabilitas alat ukur ... 40 Tabel. 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin dan Umur

Pada Kelompok Perlakuan ... 48

Tabel. 4.2 Distribusi Frekuensi Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Kontrol ... 49

Tabel. 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Kelompok Perlakuan Sebelum di Intervensi ... 50

Tabel. 4.4 Distribusi frekuensi Pengetahuan Responden Kelompok Perlakuan berdasarkan skor sebelum diberikan intervensi ... 51

Tabel. 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Kelompok Perlakuan sesudah intervensi ... 53

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Kelompok Perlakuan setelah intervensi ... 54

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Intervensi ... 56

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Kelompok Perlakuan Sebelum Intervensi 57


(16)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Booklet... 62

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Kelompok Kontrol berdasarkan pre-test ... 63

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Kelompok Kontrol berdasarkan pre-test ... 64

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Kelompok Kontrol berdasarkan post-test ... 66

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Kelompok Kontrol berdasarkan post-test ... 67

Tabel 4.15 Dsitribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Kelompok Kontrol berdasarkan pre-test dan post-test ... 69

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Kelompok Kontrol

berdasarkan pre-test ... 70

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Kelompok Kontrol

berdasarkan post-test ... 73

Tabel 4.19 Distribusi Sikap Responden kelompok Kontrol berdasarkan pre-test dan post-test 75

Tabel 4.20 Perbedaan Rerata Nilai pre-test Pengetahuan dan sikap Kelompok perlakuan dan kelompok Kontrol ... 76


(17)

Tabel 4.21 Perbedaan Rerata Nilai post-test Pengetahuan Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol ... 77

Tabel 4.22 Perbedaan Rerata Nilai pre-test dan post-test pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan ... 77

Tabel 4.23 Perbedaan Rerata Nilai Pre-test dan post-test pengetahuan dan sikap kelompok Kontrol ... 78


(18)

Daftar Lampiran

1. lampiran 1 Uji paired T-Test 2. lampiran 2 Master data


(19)

ABSTRAK

Pengetahuan remaja terhadap reproduksi manusia masih rendah, maka dari itu remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya seperti halnya di pesantren. Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang sangat intensif membahas masalah agama Islam sudah semestinya membahas seksualitas melalui pendidikan kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi masih tergolong tema yang sangat jarang di kalangan pesantren dan kurang mendapat porsi yang memadai dalam program pendidikan pesantren. Media sebagai perantara informasi mempunyai peran yang cukup penting. Maka dari itu perlunya diteliti pengaruh media booklet sebagai media pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap santri tentang kesehatan reproduksi di Pesantren Darul Hikmah tahun 2010.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen (eksperimen semu), dengan rancangan Non Equivalent Control Group untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan penngetahuan dan sikap santri terhadap kesehatan reproduksi di pesantren Darul Hikmah dan Ta’ib Al-Syakirin tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini sebesar 185 orang dan besar sampel sebesar 76 responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Data diperoleh dari data primer dan data sekunder.

Hasil uji pair t-test menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan remaja pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nila rerata -9,82 nilai t=3,389 dengan nilai p=0,002, perbedaan sikap remaja pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nila rerata -3,529, nilai t=2,634 dengan nilai p=0,012. intervensi booklet berpengaruh terhadap pengetahuan remaja (p=0,002) dan tidak terdapat pengaruh intervensi booklet terhadap sikap remaja (p=0,012) maka disarankan agar pendidikan kesehatan tentang reproduksi perlu disampaikan kepada remaja secara periodik dan berkesinambungan.


(20)

Abstract

Adolescent knowledge of human reproduction is still low, therefore the reproductive health of adolescents need to know in order to have correct information about the reproductive process and the various factors that exist in the vicinity as well as in boarding schools, boarding school as an institution with very intensive talking religion of Islam is supposed to discuss sexuality through reproductive health education. This is due to reproductive health education is inseparable from human life. But the reality is, the discussion themes of reproductive health is still relatively rare among the schools and lack of adequate portion of boarding school education program. Consequently affect the implementation of reproductive health education is less than the maximum. Media as intermediary of information has an important role. Hence the need to study the influence of the media as a medium for health education booklet to changes in knowledge and attitudes about reproductive health students in boarding school of Darul Hikmah and in Ta'ib al-Syakirin 2010.

The study was quasi experimental, with the design of Non Equivalent Control Group to investigate the effect of health education on changes knowledge and attitude towards reproductive health students at the seminary Darul Hikmah and Ta'ib al-Syakirin 2010. The population in this study by 185 people and a large sample of 76 respondents were divided into two groups: treatment group and control group. Data obtained from primary data and secondary data.

Paired t-test results indicate there are differences in knowledge test adolescents in treatment groups and control groups with indigo mean -9,82, t = 3.389 with p = 0.002, difference in the attitude of adolescents in treatment groups and control groups with indigo mean -3,529, value t=2,634 with p = 0.012. Booklet intervention effect on adolescent knowledge (p = 0.002) and there was no intervention effect booklets on adolescent attitudes (p = 0.012) it is recommended that education about reproductive health need to be submitted to the juvenile periodical and continuous.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal remaja ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk kategori remaja, sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18 tahun) kini terjadi pada awal belasan bahkan dalam usia 11 tahun (Arum, 2005).

Data profil Kesehatan Indonesia tahun 2000, menyebutkan bahwa jumlah dan persentase golongan usia 10-24 tahun (definisi World Health Organization (WHO) untuk young people) adalah 64 juta orang, atau sekitar 31% dari total populasi. Berdasarkan definisi WHO, remaja usia 10-19 tahun berjumlah 44 juta atau 21% dari seluruh populasi (Patimah, 2005).

Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000 yang dikutip dari Badan Pusat Statistik (2000), jumlah remaja usia 10–24 tahun mencapai sekitar 60.901.709 atau 30% dari jumlah penduduk Indonesia. Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu di persiapkan menjadi manusia yang sehat jasmani, rohani dan mental spiritual.


(22)

Program kesehatan reproduksi remaja seperti yang tertera dalam program pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga guna mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang (Depkes RI, 2005).

Pengetahuan remaja terhadap reproduksi manusia masih rendah. Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2002-2003

menunjukkan bahwa pengetahuan remaja terhadap ciri-ciri akil baligh laki-laki masih terpaku pada perubahan fisik. Persentase remaja yang mengetahui mimpi basah sebagai ciri akil baligh rendah, yaitu untuk remaja perempuan sebesar 13,8 persen dan 26,8 persen untuk laki-laki. Ciri akil baligh pada perempuan yang menonjol adalah menstruasi. Persentase remaja yang menyebutkan menstruasi sebagai ciri akil baligh perempuan yaitu 69,9 persen untuk remaja perempuan dan untuk remaja laki-laki sebesar 36,5 persen. Selain itu, pengetahuan remaja terhadap masa subur masih sangat rendah, yaitu remaja laki-laki sekitar 10 persen yang menjawab secara tepat, sedangkan remaja perempuan sekitar 15 persen (BKKBN,2005).

Pada usia remaja terjadi perkembangan fisik maupun psikis yang banyak mengalami perubahan signifikan, terutama organ reproduksi yang rentan terhadap infeksi saluran reproduksi, kehamilan, infeksi menular seksual dan penggunaan obat-obatan terlarang. Perubahan ini terjadi karena pengaruh dari beberapa faktor, di antaranya pengaruh perkembangan media, baik media cetak maupun media elektronik


(23)

yang seringkali menyajikan fakta-fakta tentang seksualitas yang dahulu dianggap tabu bila dilihat oleh remaja (Patimah, 2005)

Pertanyaan seputar fungsi organ reproduksi, perilaku seks saat pacaran, infeksi menular seksual (IMS), kehamilan tidak dikehendaki (KTD), kontrasepsi, pelecehan seksual sampai masalah kepercayaan diri sering dikemukakan remaja pada

Youth Centre Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Pertanyaan

tersebut merefleksikan kurangnya informasi yang didapatkan remaja tentang hal yang berkaitan dengan seks dan kesehatan reproduksi. International Confederation

Population Development (ICPD) di Kairo Mesir pada tahun 1994 menyatakan bahwa

hak kesehatan reproduksi seseorang harus dijamin untuk semua individu (Media Indonesia, 2005).

Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan

reproduksi memaksa remaja untuk berusaha mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Media internet, televisi, majalah dan bentuk media lainnya seringkali

dijadikan sumber oleh para remaja untuk memenuhi tuntutan keingintahuan tentang seksual. Di samping itu orangtua dan keluarga yang bertanggungjawab memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja belum berperan (Devy dkk., 2001). Hal tersebut akan menimbulkan sikap dan perilaku yang berisiko, bila remaja mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi yang tidak tepat (Kespro, 2003).


(24)

Beberapa kajian menunjukkan remaja memerlukan informasi mengenai reproduksi sehat dan seksualitas, namun sebagian besar dari remaja tidak dapat mengakses informasi dengan tepat. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. (Wirawan, 1998)

Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa terhadap kesehatan reproduksi adalah melalui pendidikan kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi yang diberikan secara dini, akan memudahkan remaja mencapai sikap dan tingkah laku yang diinginkan yaitu sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab. Informasi mengenai kesehatan reproduksi perlu diberikan sedini mungkin, idealnya sebelum masa pubertas dengan cara yang berbeda-beda pada setiap tingkatan kelompok umur sehingga mereka tidak mengalami

kebingungan.

Berdasarkan data hasil penelitian di wilayah Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2005, 37% remaja memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang masih kurang. Selain itu penelitian ini juga menyatakan bahwa media yang mereka pilih dan disukai untuk mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah melalui media tertulis dalam bentuk booklet dengan alasan dapat dibawa dan dapat dibaca di rumah. (Dinkes Kabupaten Tasikmalaya, 2005). Menurut penelitian Adi (2003) dan Kambaru (2004) memaparkan bahwa penggunaan booklet sebagai


(25)

media pendidikan kesehatan sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap.

Booklet umumnya digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan

tentang isu-isu kesehatan, karena booklet memberikan informasi dengan spesifik, dan banyak digunakan sebagai media alternatif untuk dipelajari pada setiap saat bila seseorang menghendakinya. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut perlu dilakukan suatu proses pendidikan kesehatan dengan menggunakan media karena keberhasilan proses pendidikan kesehatan yang dilakukan tergantung pada beberapa faktor, di antaranya: kurikulum, sumber bahan ajar, termasuk sarana dan prasarana (Mudjiono, 1989).

Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang sangat intensif membahas masalah agama Islam yang berguna bagi masyarakat luas, sudah semestinya

membahas seksualitas melalui pendidikan masalah seks/pendidikan kesehatan reproduksi. Hal ini dikarenakan pendidikan kesehatan reproduksi tidak terlepas dari kehidupan manusia. Akan tetapi realitasnya, bahasan kesehatan reproduksi masih tergolong tema yang sangat jarang di kalangan pesantren serta kurang mendapat porsi yang memadai dalam program pendidikan pesantren. Akibatnya berpengaruh pada penerapan pendidikan kesehatan reproduksi yang kurang maksimal. Selain itu dapat memicu dampak yang sangat besar yakni kondisi sosial budaya santri dalam


(26)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Pesantren Darul Hikmah didapatkan data bahwa dari kelas 1,2 dan kelas 3 santri Pesantren Darul Hikmah memiliki remaja berusia 13-15 tahun sebanyak 110 siswa, dari 10 orang siswa yang diwawancarai, tergolong berpengetahuan baik sebanyak 20%, sedang 30% dan buruk 50%. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya sumber pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang hanya didapatkan dari sekolah dan teman sebaya, sedangkan sikap tentang kesehatan reproduksi berkisar baik 20%, sedang 70% dan buruk 10% hal ini mungkin dipengaruhi oleh lingkungan yang masih tabu dalam membicarakan masalah seksualitas yaitu lingkungan

pesantren.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal, informasi dari orangtua, konsultasi dengan para pakar dan informasi dari sumber-sumber lain, termasuk media cetak dalam bentuk booklet dan poster. Sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh informasi/pengetahuan. Pengetahuan terhadap objek dapat dipersepsikan sebagai hal yang positif maupun hal yang negatif.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang memadai, akan dipersepsikan ke dalam sikap yang positif terhadap kesehatan reproduksi (Permata, 2003).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh media booklet terhadap perubahan pengetahuan dan sikap santri tentang kesehatan reproduksi di Pesantren Darul Hikmah dan Pesantren Ta’dib Al-Syakirin.


(27)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui media

booklet terhadap perubahan pengetahuan dan sikap santri tentang kesehatan


(28)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh media booklet sebagai media pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap santri tentang kesehatan reproduksi di Pesantren Darul Hikmah tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh media booklet terhadap perubahan pengetahuan santri tentang kesehatan reproduksi di Pesantren Darul Hikmah tahun 2010.

b. Mengetahui pengaruh media booklet terhadap perubahan sikap santri terhadap kesehatan reproduksi di Pesantren Darul Hikmah tahun 2010.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Dinas Kesehatan, diharapkan dapat dijadikan dasar untuk menentukan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan peningkatan serta pembinaan program kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang dilakukan di sekolah, sehingga meningkatkan kinerja tim.

b. Bagi Pesantren, diharapkan dapat menjadi panduan dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja bagi para santri.

c. Bagi peneliti lain diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lanjut untuk melaksanakan penelitian dengan topik yang sama, agar memberikan kontribusi untuk pelaksanaan program pendidikan kesehatan dalam penanganan kesehatan reproduksi remaja.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan dan memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan yang sehat (Depkes, 2000). Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Istilah dan pengertian promosi kesehatan ini merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Menurut Notoatmodjo (2005) Promosi Kesehatan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

2.2 Pendidikan Kesehatan

Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi menjadi mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri. Selanjutnya dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok yang saling berkaitan yaitu: (Natoatmodjo, 2004)


(30)

1) Persoalan masukan (input) yang menyangkut sasaran belajar itu sendiri dengan latar belakangnya,

2) Proses (process) yaitu mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek belajar, dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor antara lain subjek belajar, pengajar, metode dan teknik belajar, alat bantu belajar dan materi yang dipelajari,

3) Keluaran (out put) adalah merupakan hasil belajar.

Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi. Seperti halnya proses pendidikan lainya, pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukan-masukan yang setelah diolah dengan teknik-teknik tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan tersebut. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis. Tidak dapat disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya cara mengubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004). Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas.

Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Cara penyampaian informasi dalam kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan dengan melibatkan ilmu lain termasuk psikologi sosial yang diperlukan ketika melakukan promosi (Kemm and Close, 1995).


(31)

Tujuan pendidikan kesehatan reproduksi yang disampaikan kepada remaja adalah untuk memberikan informasi tentang fungsi organ reproduksi yang mengalami perubahan secara fisik dan juga perubahan psikologis sesuai dengan kehidupan di lingkungan sosial budayanya. Hal ini dilakukan agar pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi meningkat, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku. Adanya pendidikan kesehatan reproduksi yang disampaikan di sekolah sangat diharapkan oleh remaja (Devy dkk, 2001). Dengan pengetahuan tentang reproduksi yang cukup, diharapkan remaja tidak mengalami penyimpangan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya. Sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, diharapkan remaja dapat lebih bertanggung jawab terhadap perilakunya.

Sebagai indikator yang dapat diperoleh dalam mencapai keberhasilan suatu proses pendidikan kesehatan adalah adanya peningkatan pengetahuan dan sikap individu yang diaplikasikan dalam perilaku (Sadiman, 2002). Hal ini dapat diartikan bahwa dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi kepada remaja, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mengubah sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi.

2.3. Media Pendidikan Kesehatan

Dalam proses belajar, pengetahuan seseorang akan diterima dengan melibatkan semua panca indera. Semakin banyak panca indera yang dilibatkan dalam menerima sesuatu, semakin kompleks pengetahuan yang didapatkan. Untuk mendapatkan pengetahuan yang kompleks dalam proses belajar diperlukan penggunaan media sebagai alat bantu yang disebut media komunikasi (Arsyad, 2005).


(32)

Media pendidikan kesehatan adalah alat bantu pendidikan dalam bidang kesehatan yang tersedia secara tepat, baik dalam jumlah maupun mutu yang sangat membantu kelancaran dan keberhasilan tingkat proses pendidikan (Mudyahardjo, 2001). Media pendidikan merupakan material data dalam berbagai bentuk yang dapat dipergunakan dalam penyampaian pesan yang berupa kertas, transparansi, disc, pita perekam dan sebagainya (Greenwood, 2004). Menurut Arsyad (2005), apabila penggunaan media benar-benar dipahami, akan mendukung peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai. Selain itu media dapat digunakan dalam proses pendidikan dan dibutuhan untuk meminimalkan hambatan serta kesulitan dalam pelaksanaan proses pendidikan, termasuk hambatan kultural (Sadiman dkk, 2002).

Adapun upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses pendidikan perlu adanya perencanaan dalam pembuatan media. Suleman (1998) menjelaskan bahwa penulisan media yang baik dilakukan melalui beberapa tahaan yaitu: 1) Menetapkan dan menganalisa target sasaran. 2) Menetapkan masalah dan topic pesan. 3) Menentukan tujuan. 4) Menetapkan jenis dan strategi pesan. 5) Penulisan dan evaluasi sebagai langkah terakhir perencanaan media. Dengan demikian penggunaan media dapat memberikan andil dalam pencapaian tujuan komunikasi berupa perubahan sikap (attitude change), pendapat (opinion change), perilaku (behavior change) dan perubahan sosial (social change) (Suleman, 1998).


(33)

2.4 Media Booklet

Booklet merupakan media termasuk dalam kategori media lini bawah (below the line media). Sesuai sifat yang melekat pada media lini bawah, pesan yang ditulis

pada media tersebut berpedoman pada beberapa kriteria yaitu: menggunakan kalimat pendek, sederhana, singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt, dikemas menarik dan kata yang digunakan ekonomis (Suleman, 1998).

Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat bantu, sarana dan sumber daya pendukungnya untuk menyampaikan pesan harus menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan.

Menurut Kemm dan Close (1995) booklet memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1. Dapat dipelajari setiap saat, karena disain berbentuk buku.

2. Memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan dengan poster.

Menurut Ewles (1994) Media booklet memiliki keunggulan sebagai berikut : 1. Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri.

2. Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai. 3. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.

4. Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan. 5. Mengurangi kebutuhan mencatat.

6. Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah. 7. Awet


(34)

9. Dapat diarahkan pada segmen tertentu.

Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan adalah : 1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2. Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.

3. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.

4. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.

5. Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.

6. Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.

7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.

8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

Booklet umumnya digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan

tentang isu-isu kesehatan, karena booklet memberikan informasi dengan spesifik, dan banyak digunakan sebagai media alternatif untuk dipelajari pada setiap saat bila seseorang menghendakinya. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut perlu dilakukan suatu proses pendidikan kesehatan dengan menggunakan media karena keberhasilan proses pendidikan kesehatan yang dilakukan tergantung pada beberapa faktor, di antaranya: kurikulum, sumber bahan ajar, termasuk sarana dan prasarana (Mudjiono, 1989).

` Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa booklet dapat digunakan untuk proses pembelajaran secara mandiri. Penggunaan booklet tentang


(35)

pendidikan kesehatan reproduksi remaja diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja.

2.5 Perubahan Perilaku Individu

Implisit dari proses perubahan perilaku adalah adanya sesuatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk diterima/dipakai oleh individu tersebut (Liliweri, 2007). Menurut Rogers (1971) dalam teori Innovation Decision Process, yang diartikan sebagai proses kejiwaan yang dialami oleh seorang individu, sejak menerima informasi/pengetahuan tentang suatu hal yang baru, sampai pada saat dia menerima atau menolak ide baru itu. Menurut Shoemaker (1971), proses adopsi innovasi itu melalui lima tahap, yaitu : 1) mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru itu (awareness); 2) menaruh perhatian terhadap ide itu (interest); 3) memberikan penilaian (evaluation); 4) mencoba memakainya (trial), dan kalau menyukainya; 5) menerima ide baru (adoption).

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), proses adopsi ini tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Proses pembuatan keputusan tentang innovasi ini menjadi empat tahap: 1) individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan dengan suatu ide baru (tahap knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang objek tersebut, dan kemudian petugas kesehatan mulai membujuk atau meningkatkan motivasinya guna bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan; 2) persuasion (pendekatan), yaitu tahap dimana individu membentuk suatu sikap kurang baik atau yang baik terhadap inovasi; 3) tahap


(36)

Decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima konsep

baru yang ditawarkan petugas kesehatan; 4) tahap Implementation, yaitu tahap penggunaan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau diadopsi; 5) tahap Confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang diambilnya

2.6. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga. Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya dari buku, teman, orang tua, guru, radio, televisi, foster majalah dan surat kabar. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), domain kognitif pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :

1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini ialah mengingat kembali


(37)

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan, dan mendefenisikan;

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari;

3. Aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain;

4. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain;

5. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada;

6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


(38)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Pengetahuan dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat

self administrated questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk

pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif.

2.7. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Menurut Ahmadi (2004) sikap dibedakan menjadi : a) sikap positif , yaitu : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma -norma yang berlaku dimana individu itu beda; b) sikap negatif, yaitu : menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-normayang berlaku dimana individu itu berbeda.

Menurut Alport (1954) dalam Achmadi (2004) sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek; 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek;


(39)

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, yakni (Notoatmodjo, 2003) :

1. receiving ( menerima), bila seseorang atau subyek mau memperhatikan

stimulus yang diberikan obyek;

2. responding (merespon), yaitu apabila ditanya memberikan jawaban,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Ini adalah suatu indikasi dari sikap;

3. valuing (menghargai), bila seseorang atau mendiskusikan suatu masalah.

Ini adalah indikasi dari sikap tingkat tiga;

4. bertanggung jawab (reponsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Ini adalah tingkatan sikap yang paling tinggi.

Menurut Sax (1980) dalam Saifuddin (2008), bahwa beberapa dimensi dari sikap yaitu arah, intensitas, keluasaan, konsistensi, dan spontanitasnya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan – pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.

2.8. Kesehatan Reproduksi

Kesehatan Reproduksi (KR) secara umum didefenisikan sebagai kondisi sehat dari sistem, fungsi dan proses alat reproduksi yang kita miliki. Pengertian sehat tersebut tidak semata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial-kultural. Ada beberapa hal yang harus diketahui


(40)

dalam perkembangan kesehatan reproduksi remaja, antara lain : Pengenalan sistem, proses dan fungsi alat reproduksi.

2.8.1. Organ Reproduksi

Organ reproduksi adalah bagian-bagian tubuh yang menjalankan fungsi reproduksi. Organ-organ reproduksi itu juga bisa disebut dengan organ seks. Baik remaja laki-laki maupun perempuan mempunyai organ seks bagian luar dan bagian dalam.

A. Organ Reproduksi Laki-laki

1. Zakar/Penis, Penis mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk melakukan sanggama, untuk mengeluarkan air kencing dan sebagai alat reproduksi ketika mengeluarkan sperma. Penis akan menegang dan membesar karena terisi darah, bila terangsang (disebut ereksi)

2. Kepala Zakar/penis, adalah bagian ujung penis yang mempunyai lubang untuk menyalurkan air kencing dan sperma. Kepala penis merupakan bagian yang sangat sensitif dan bagian yang paling mulah terangsang karena mengandung banyak pembuluh darah dan syaraf.

3. Kantong Pelir, Testis dan Sperma. Kantung pelir adalah tempat dua biji pelir atau testis. Testis berfungsi memproduksi sperma setiap hari degan bantuan hormon testosteron. Sperma, adalah set yang berbentuk seperti berudu berekor. Sperma dapat membua sel telur yang matang dalam tubuh perempuan dan menyebabkan perempuan tersebut hamil.


(41)

4. Saluran kemih, berfungsi untuk menyalurkan cairan kencing dan juga saluran air mani yang mngandung sperma. Keluarnya kencing dan air mani diatur olehj sebuah katub sehingga tidak bisa keluar secarar bersamaan.

5. Epididimis, berfungsi mematang sperma yang dihasilkan oleh testis . Setelah matang, sperma akan masuk dalam saluran sperma. Epididimis berbentuk saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok

6. Saluran sperma, berfungsi untuk menyalurkan spema dari testis menuju ke prostat. Kelenjar prostat, berfungsi untuk menghasilkan caian mulai yang ikut mempengaruhi kesuburan sperma.

B. Organ Reproduksi Perempuan

1. Indung Telur (Ovarium), berfungsi mengeluarkan sel telur satu bulan satu kali. Organ ini ada dalam rongga pinggul, terletak di kiri dan kanan rahim. 2. Saluran indung telur (tuba fallopi), berfungsi untuk menyalurkan sel telur

setelah keluar dari indung telur (proses ovulast) dan tempat dimana terjadi pembuahan (konsepsi) atau bertemunya sel telur dan sperma.

3. Rahim (Uterus), berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentukny seperti buah alpukat denan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Dindingnya terdirid adari lapisan parametrium, lapisan metomtrium dan lapisan endometrium 4. Vagina/Liang Kemaluan, adalah lubang tempat masuknya penis saat

bersanggama, vagina juga merupakan jalan keluar darah haid dan bayi yang dilahirkan. Dalam vagina terdapat mikro oganime yang sangat bermanfaat kalau keseimbangannya tidak terganggu. Keseimbangannya terganggu bila


(42)

perempuan terlalu sering mencuci vagina dengan antiseptik, makan obat antibiotika yang membunuh kuman, atau terlalu sering berhubungana seks berganti pasangan. Keputihan adalah salah satu akibat dari terganggunnya keseimbangan organisme tersebut dalam vagina.

5. Selaput dara (Hymen) adalah lapisan tipis yang berada dalam liang kemaluan, tidak jauh dari mulut vagina. Ada selaput yang sangat tipis dan mudah robek dan ada selaput dara yang kaku dan tidak mudah robek. Selaput dara yang tipis tidak hanya akan robek karena hubungan seks, tetapi bisa robek karena hal lain seperti kecelakaan, jatuh, olah raga, dan lain-lain.

6. Bibir kemaluan (Labia), berada di bagian luar vagina. Ada yang disebut bibir besar dan bibir kecil. Bibir besar adalah bagian yang paling luar yang biasanya ditumbuhi bulu. Bibir kecil terletak di belakang bibir besar dan banyak mengandung saraf pembuluh darah.

7. Kelentit (Klitoris), berada di bagian atas di antara bibir kemaluan. Bentuknya seperti kacang. Kelentit mempunyai syaraf yang sangat banyak.

8. Saluran kemih, berguna untuk mengeluarkan air kencing, terletak di antara kelentit dan mulut vagina.

2.8.2. Pubertas dan Kematangan Seksual pada remaja

Pubertas adalah situasi yang dialami remaja dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa pubertas ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik yang cukup menyolok maupun perubahan perasaan, pergaulan, pikian dan perilaku. Masa pubertas berlangsung beberapa tahun. Selama itu remaja seringkali merasa bermasalah dengan dirinya sendiri maupun dengan orang sekitarnya. Bila orangtua


(43)

dan dewasa bisa memahami pubertas yang sedang yang dialami remaja, maka hal itu bisa sangat membantu remaja menghadapi masalahnya. Pubertas pada anak perempuan biasanya dimulai sekitar usia sembilan, sepuluh atau sebelah tahun sedangkan pada laki-laki dimulai pada usia sebelas atau dua belas tahun.

Beberapa ciri pubertas pada laki-laki seperti perubahan fisik, yaitu : Otot menguat, dan pertumbuhan tinggi dan besar badan pesat, tumbuh jakun, tumbuh bulu di ketiak, kemaluan dan sekitar wajah atau dada, kulit berminyak dan mulai berjerawat, lebih banyak berkeringat dan mengeluarkan bau badan, suara menjadi besar. Sedangkan perubahan pada fungsi organ reproduksi yaitu : hormon Testosteron mulai lebih banyak berperan terhadap organ reproduksi, organ reproduksi mulai memproduksi sperma yang bisa keluar melalui ejakulasi dan mimpi basah, penis/zakar dan pelir membesar. Perubahan emosi/psikologis yang dialami seperti :timbul perhatian pada lawan jenis, ingin lebih diperhatikan dan diakui kedewasaanya mulai lebih banyak memperhatikan penampilan diri, relatif lebih mudah terangsang secara seksual dan lain-lain

Pada perempuan juga terjadi ciri pubertas perubahan fisik seperti : tumbuh payudara/buah dada, puting mulai menonjol keluar, bentuk tubuh mulai berlekuk sekitar pinggal dan pinggul, tumbuh bulu diketiak dan sekitar kemaluan, kulit berminyak dan mudah berjerawat, lebih banyak berkeringat dan mengeluarkan bau badan. Sedangkan perubahan pada fungsi organ reproduksi antara lain : hormon estrogen dan progesteron mulai lebih banyak berperan terhadap organ reproduksi mulai mengalami haid menstrusi setiap bulan, indung telur membesar, dari vagina mulai keluar cairan putih bening agak kental. Pada perubahan emosi/psikologis


(44)

seperti : menjadi lebih perasa/sensitif, ingin lebih diperhatikan, mulai lebih banyak memperhatikan penampilan diri, timbul perhatian pada lawan jenis, relatif lebih mudah terangsang secara seksual dan lain-lain.

2.8.3. Hormon Seks dan Peranannya

Pada masa pubertas, otak memproduksi hormon khusus yang mengirim pesan kepada organ-organ reproduki untuk mulai memproduksi hormon seks. Hormon seks pada permepuan disebut hormon estrogen dan progestrone yang menghasilkan sel-sel telur. Hormon pada laki-laki adalah hormon testosteron yang menghasilkan sperma. Dengan bekerjanya hormon-hormon seks, pada masa pubertas ini beberapa kejadian khusus yang alamiah dan normal akan dialami oleh remaja, seperti :

1. Haid/Menstruasi/Datang Bulan pada remaja perempuan

Masa pubertas pada perempuan ditandai dengan adanya haid satu bulan sekali. Hormon estrogenlah yang menyebabkan sel telur dan indung telur matang. Setiap bulan satu sel telur tersebut dilepaskan. Pelepasan sel telur disebut ovulasi yang berasal dari kata ovum artinya telur. Apabila dalam perjalanan di saluran indung telur, sel telur tidak bertemu dengan sperma, maka sel telur akan sampai di rahim tanpa dibuahi.

Bersama lapisan dinding rahim, sel telur yang dibuahi akan pecah dan keluar bersama dengan darah yang berasal dari dinding rahim. Sel telur yang luruh bersama darah itulah yang disebut dengan haid. Masa haid biasanya berkisar kurang lebih 5-7 hari. Haid yang pertama kali pada remaja perempuan disebut Menarche. Sejak haid


(45)

pertama, perempuan akan mengalami siklus haid sekitar satu buan sekali, berkisar antara 21 hari sekali sampai 28 hari sekali..

2. Mimpi Basah pada remaja laki-laki

Mimpi basah adalah suatu kejadian ketika remaja laki-laki bermimpi mengenai sesuatu yang menyenangkan sampai mengeluarkan cairan yang agak lengket dari penisnya tanpa disadarinya. Mimpi basah adalah tanda laki-laki memulai masa pubertasnya. Mimpi basah umumnya terjadi setiap 2-3 minggu sekali. Tetapi tidak perlu khawatir bila itu tidak terjadi. Cairan yang keluar dari penis disebut air mani yaitu campuran antara semen dengan sperma. Sperma adalah sel yang dihasilkan laki-laki di dalam testis atau pelirnya atas perintah hormon testosterone. Testosterone adalah hormon yang paling berperan dalam pertumbuhan tubuh laki-laki. Jumlah sperma yang ada di dalam testis laki-laki berjuta-juta.

2.8.4. Kebersihan dan Kesehatan Diri

Setiap remaja pasti akan mengalami masa akil balig dan mengalami banyak perubahan, baik fisik, mental maupun sosial. Beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh selama akil balig, antara lain: keringat bertambah, mulai muncul yang namanya Bau Badan, rambut jadi lebih berminyak, muncul jerawat pada wajah, tumbuh bulu-bulu halus (di ketiak, kaki dan daerah kemaluan). Dengan memelihara kebersihan dan kesehatan diri, akan mencegah timbulnya penyakit dan meningkatkan kondisi kesehatan tubuh.

Kebersihan dan kesehatan diri yang perlu diperhatikan remaja antara lain mencakup pemeliharaan: rambut, kulit, mandi dan menggosok gigi, merawat alat


(46)

kelamin, kebersihan tangan dan kaki, kebersihan pakaian, kebersihan di rumah dan tempat istirahat. Selain itu, untuk meningkatkan kondisi tubuh/ juga dengan cara berolahraga dan istirahat yang cukup.

2.8.5. Dampak Negatif Reproduksi 1. Kehamilan Tak Diinginkan dan Aborsi

Hubungan seks pra nikah yang dilakukan remaja secara tidak bertanggung jawab terbukti telah banyak mengakibatkan Kehamilan Tidak Diharapkan (KTD). Banyak KTD diakhiri dengna aborsi. Aborsi selain dapat merusak organ reproduksi remaja perempuan, juga bisa menyebabkan kematian ibu. Menurut Prof. Biran Affandi, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempun setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi 30% diantarannya remaja. Aborsi di kalangan remaja seringkali dilakukan dengan cara-cara tidak aman seperti memijat, minum jamu dan memasukkan benda ke dalam jalan lahir. Ada dua hal yang bisa dan biasa dilakukan oleh remaja jika mengalami KTD: mempertahankan kehamilan atau mengakhiri kehamilan (aborsi).

2. Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS

Hubungan seks di luar nikah yang dilakukan secara tidak aman juga terbukti telah menyebabkan infeksi/penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS yang mengakibatkan kematian. Sampai akhir Maret 2003, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia adalah 3.614 orang (sebagian besar ditularkan melalui jarum suntik), diantarannya remaja berusia 15-19 Tahun berjumlah 147 orang, terdiri dari 79 orang HIV dan 68 orang dengan AIDS (Sumber : Subdit PMS & AIDS Ditjen PPM & PL. Depkes RI).


(47)

Infeksi menular seksual adalah infeksi yang biasanya disebabkan oleh hubungan seksual dengan orang yang sudah terjangkit salah satu PMS. PMS dapat menular melalui cairan tubuh yaitu : cairan vagina, cairan sperma, dan cairan darah. Setiap orang bisa tertular IMS. Orang yang paling berisiko terkena IMS adalah orang yang suka berganti pasangan seksual. Kebanyakan yang terkena IMS berusia 15-29 tahun, tapi ada pula bayi yang lahir membawa IMS karena tertular dari ibunya.

Bahaya infeksi menular seksual dapat mengakibatkan kemandulan, keguguran yang menimbulkan kanker leher rahim, merusak penglihatan, otak dan hati, bisa ditularkan kepada bayi, lebih mudah tertular HTV/AIDS, bisa menyebabkan kematian. Berikut ini merupakan jenis IMS dan gejala-gejalannya :

1. Clamidia, gejalanya pada laki-laki seperti nyeri saat kencing, keluar cairan lendir dan bening dari kemaluan, bewarna kuning kehijauan, dan bau, terasa gatal. Gejala pada perempuan nyeri pada kemaluan, tetapi kadang tidak ada keluhan, keputihan yang disertai nyeri pada saat kencing dan pendarahan setelah melakukan hubungan seksual.

2. Gonorhae/Kencing Nanah, gejalanya pada laki-laki seperti rasa sakit waktu buang air kecil atau ereksi, keluar nanah dari saluran kencing terutama waktu pagi hari, gejalanya timbul dalam waktu satu minggu. Pada perempuan muncul gejala seperti sering tanpa gejala apapun atau gejala sulit dilihat, nyeri di daerah perut bagian abwah, kadang-kadang disertai keputihan dan berbau, alat kelamin terasa sakit atau gatal, rasa sakit atau panas waktu kencing dan pendarahan waktu melakukan hubungan seksual. Nyeri saat kencing (tidak seberat pada pria)


(48)

3. Sifilis/Raja Singa, gejala pada laki-laki seperti bintil-bintil berair seperti cacar disertai timbulnya luka yang terasa nyeri disekitar kelamin pada stadium lanjut akan nampak, seperti koreng berwarna merah (luka terbuka) kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu. Sedangkan gejala pada perempuan sama seperti pada laki-laki.

4. Herpes Kelamin, gejala pada laki-laki seperti badan lemas, nyeri sendi pada daerah terinfeksi, dema. Tampak kelamin kulit yang berbenjol-benjol, bulat atau lonjong kecil, kadang-kadang ada rasa seperti terbakar atu gatal pada kelamin, diikuti timbulnya bintil-bintil berisi air di atas kulit dengan warna kemerahan. Sedangkan pada perempuan muncul gejala sama seperti pada laki-laki. Pada perempuan biasanya timbul di sekitar kelamin, dinding kemaluan dan kadang-kadang di sekitar anus.

5. Jengger Ayam/kutil kelamin, gejala pada laki-laki seperti timbul kutil pada daerah terinfeksi, dalam kasus lanjut, kutil bergerombol, seperti jengger ayam di daerah kemaluan dan anus. Pada perempuan dapat mengenai kulit di daerah kelamin sampai dubur, selaput lendir bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim, pada perempuan hamil, kutil dapat tumbuh sampai besar sekali.

6. Hepatitis B dan C, gejala pada laki-laki tidak terlihat pada daerah kelamin, tetapi penularannya bisa lewat hubungan seksual, dengan tanda-tanda badan lemas, kurang gairah, kadang demam. Pada kasus parah tampak kulit selaput mata berwarna kuning. Sedangkan gejala pada perempuan sama seperti gejala pada laki-laki.


(49)

7. HIV/AIDS , Walaupun virus sudah ada di dalam darah, tidak tampak gejala sama sekali. Pada penderita yang sudah menunjukkan gejala (AIDS) nampak gejala yang sangat kompleks, yang sulit dibedakan dengan penderita kanker stadium lanjut, sedangkan gejala pada perempuan sama seperti laki-laki.

2.9. Remaja

Perkataan remaja merupakan terjemahan dari bahasa inggris. Menurut Sebald (1992) kata remaja berasal dari adolescence dan berasal dari kata latin, adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau perkembangan menuju kematangan. Dalam arti yang lebih luas lagi, Piaget (1969) mengatakan pengertian remaja mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Ahmadi, 2002).

Rice (1999) mendefinisikan remaja sebagai suatu periode antara masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Pandangan serupa dikemukakan Lerner dan Hultsch (1983) bahwa perkembangan remaja adalah periode diantara rentang waktu dimana saat ia dianggap masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Dimasa remaja terjadi proses perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Perubahan fisik dan perkembangan seksual yang terjadi secara cepat juga disertai bertambahnya tuntutan masyarakat. (Ahmadi, 2002)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan dalam prosesnya terjadi perkembangan kematangan fisik, psikis dan sosial serta bertambahnya tuntutan masyarakat. Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya.


(50)

Cirinya adalah alat-alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, inteligensi mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap teman sebaya dan belum menikah. Kondisinya yang belum menikah ini menyebabkan remaja secara sosial budaya (termasuk agama) dianggap belum berhak atas informasi dan edukasi, apalagi pelayanan medis untuk kesehatan reproduksi. Sementara itu dalam kondisi tertentu (perkotaan, kelas sosial ekonomi menengah ke atas) rentang masa remaja bisa mencapai belasan tahun dan dalam masa yang panjang itu remaja dihadapkan pada paparan media massa yang merangsang libido. Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku seksual pranikah yang disertai ketidaktahuan yang pada gilirannya bisa membahayakan kesehatan reproduksi remaja (dalam hal KIE dan pelayanan kesehatan reproduksi) dengan orang-orang dewasa lain karena kedua kelompok usia itu sama-sama sudah beraktivitas seksual. Kendala sosial budaya (termasuk agama) perlu diatasi melalui upaya-upaya sosialisasi masalah-masalah kesehatan reproduksi remaja dan penanggulangannya (Ahmadi, 2002).

Usia remaja sering disebut sebagai periode peralihan, yaitu periode peralihan antara anak-anak dengan masa dewasa yang penuh gejolak. Gejolak ditimbulkan baik oleh fungsi sosial remaja dalam mempersiapkan diri menuju kedewasaan (mencari indetitas diri, memantapkan posisi dalam masyarakat tersebut dsb.) maupun oleh pertumbuhan fisik (perkembangan tanda-tanda seksual sekunder, pertumbuhan tubuh yang tidak proporsional) dan perubahan emosi lebih peka, lebih cepat marah, agresif dsb, serta perkembangan inteligensinya makin tajam bernalar, makin kritis (Ahmadi,1998).


(51)

Usia remaja berbeda-beda panjangnya dari waktu dan dari tempat ke tempat lain. Di lingkungan masyarakat yang masih sederhana (primitif), kurun usia remaja ini bisa sangat singkat, beberapa hari sehingga 1-2 tahun, karena begitu anak menunjukkan tanda-tanda akil balig, dilakukan upacara inisiasi tertentu dan setelah itu, anak itu langsung berstatus sosial dewasa (menikah bekerja, berburu, menjadi prajurit, diundang kenduri, wanitanya langsung hamil, mempunyai anak dan mengerjakan perkerjaan-pekerjaan rumah tangga). Hal ini dimungkinkan karena di lingkungan masyarakat yang sederhana, persyaratan untuk menjadi dewasa pun tidak terlalu berat (cukup asal sudah bisa membantu ayah di sawah atau membantu ibu di dapur).

Di kalangan masyarakat yang sudah lebih canggih (masyarakat modern, kalangan menengah ke atas) kurun usia remaja bisa lebih panjang, bisa mencapai belasan tahun (di Indonesia antara 11-24 tahun). Penyebabnya adalah makin awalnya tanda-tanda akil balig (karena gizi yang baik, rangsangan dari lingkungan dsb.) Sementara persyaratan untuk menjadi dewasa justru semakin berat (harus sekolah dulu, punya pekerjaan dulu), sehingga memerlukan waktu yang makin lama (usia rata-rata perkawinan meningkat dari usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria dalam UU Perkawinan 1974 sampai mendekati umur 26 tahun bagi wanita dan 30 tahun bagi laki laki (Ahmadi, 2002).

2.9.1 Pembagian dan Batasan Usia Remaja

Berbagai batasan usia dan pembagian masa remaja yang telah dikemukakan para ahli. Stone dan Church (1973) membagi masa remaja menjadi remaja awal, remaja akhir dan dewasa muda. Remaja awal adalah suatu periode dari mulainya


(52)

masa pubertas hingga kurang lebih satu tahun sesudah pubertas yaitu pada saat pola fisiologis berfungsi dengan stabil. Remaja akhir adalah periode sesudahnya dari remaja awal hingga usia yang dibolehkan untuk ikut pemilu, menyetir kendaraan atau saat mulai masuk kuliah. Dewasa muda adalah periode dari permulaan kuliah hingga usia awal duapuluhan (Ahmadi, 1998).

Menurut Hurlock (1980) secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun hingga 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 tahun atau 17 tahun hingga usia 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum.

Santrock (2001) juga membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Hanya saja, Santrock (2001) mengatakan usia remaja awal sekitar 10-13 tahun dan usia remaja akhir berkisar antara 18-22 tahun.

Monks, dkk (2001) beranggapan bahwa usia remaja berlangsung antara umur 12 tahun dan 21 tahun dan terbagi atas tiga bagian, yaitu masa remaja awal antara 12-15 tahun, masa remaja pertengahan antara 15-18 tahun dan masa remaja akhir antara 18-21 tahun.

2.9.2 Perkembangan Masa Remaja

Berbagai perkembangan pada masa remaja dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:


(53)

Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja merupakan gejala utama dari perkembangan remaja karena ada hubungannya dengan aspek lain dari perkembangan remaja.

2. Perkembangan kognitif

Piaget dalam Turner dan Helms (1995) menyebutkan perkembangan kognitif remaja ke dalam tahap formal operasional yaitu saat pemikirannya menjadi semakin rasional. Pada tahap ini remaja mulai mengembangkan pemikiran yang bersifat abstrak, hipotesis serta mampu melihat berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah yang dihadapi serta mulai memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya.

3. Perkembangan kepribadian

Pada tahap ini terjadi suatu konflik yang disebut konflik antara identity vs

role confusion (Morgan, dkk, 1986). Dimasa ini remaja sedang dalam proses

pembentukan identitas diri yang merupakan masa dimana individu berharap dapat mengatakan siapa dirinya saat ini dan apa yang dikehendakinya di masa mendatang. Ciri-ciri yang mencolok dari tahap ini adalah adanya sublimasi dari perasaan-perasaan oedipal melalui ekspresi libido, yaitu dengan cara jatuh cinta dengan lawan jenis.

4. Perkembangan emosi

Secara tradisional, pada masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1980). Pada masa perkembangan emosi terjadi ketidakstabilan emosi dimana individu


(54)

mengalami perasaan-perasaan yang kontradiktif sifatnya (Pikunas, 1976), seperti sinis terhadap orang lain maupun terhadap kejadian tertentu, benci, perasaan cinta, apatis, peduli dan sebagainya (Ahmadi, 1998).

5. Perkembangan sosial

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial (Hurlock, 1980). Diterangkan Greenberger, dkk (1975) bahwa upaya yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan ataupun dukungan dan penolakan sosial serta seleksi pemimpin. Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai suatu kelompok, maka pengaruh teman sebaya lebih besar daripada pengaruh keluarga (Ahmadi,1998).


(55)

Media Pendidikan Kesehatan (Booklet) Tentang Kesehatan

Reproduksi

Pengetahuan dan Sikap Santri Tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja

Pengetahuan dan Sikap Santri Tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja 2.9. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah pengaruh media booklet terhadap pengetahuan dan sikap santri tentang kesehatan reproduksi, namun untuk mengetahui pengetahuan dan sikap sebelum dilakukan intervensi diukur dengan pretest dan untuk melihat sejauh mana pengaruh metode tersebut diukur dengan postest.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen (eksperimen semu), dengan rancangan Non Equivalent Control Group (Arikunto, 1998) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap santri tentang kesehatan reproduksi di Pesantren Darul Hikmah dan Ta’dib Al-Syakirin Tahun 2010

Model rancangannya adalah sebagai berikut :

Keterangan

1. O1 adalah hasil pre-test tingkat pengetahuan dan sikap santri pada kelompok yang akan diberi perlakuan sebelum diberikan paparan media.

2. X adalah perlakuan yang diberikan, yaitu media booklet berisikan informasi tentang Kesehatan Reproduksi.

3. O2 adalah hasil post-test tingkat pengetahuan dan sikap santri sesudah diberi perlakuan setelah 1 minggu.

4. O3 adalah pre-test tingkat pengetahuan dan sikap santri yang tidak diberikan perlakuan tentang kesehatan reproduksi

5. O4 adalah post-test tingkat pengetahuan dan sikap santri yang tidak diberikan perlakuan tentang kesehatan reproduksi setelah 1 minggu.

O1 X O2


(57)

3.2Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pesantren Darul Hikmah dan Pesantren Ta’dib Al-Syakirin alasan dalam pemilihan lokasi ini adalah karena pentingnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang disampaikan kepada santri dan belum pernah ada penelitian tentang kesehatan reproduksi di pesantren tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2010. Rentang waktu antara

pre-test dan post-test selama 1 minggu dengan pertimbangan responden diberikan

kesempatan untuk dapat membaca dengan baik media yang diberikan. 3.3.Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri Madrasah Tsanawiyah yang berada di Pesantren Darul Hikmah yang berjumlah 110 orang sebagai kelompok perlakuan dan Pesantren Ta’dib Al-Syakirin sebanyak 75 orang sebagai kelompok kontrol.


(58)

3.4.2 Sampel Penelitian

Banyaknya sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus (Vincent) : p p Zc NG p p Zc N n − + − = 1 ( . ) 1 ( . 2 2

Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi p = proporsi populasi G = galat pendugaan (0,5)

Zc = taraf kepercayaan 95 % (1,96)

Total Populasi dari pesantren Darul Hikmah dan Ta’dib Assyakirin adalah 185 santri. Maka besar sampel yang akan diteliti adalah :

p p Zc NG p p Zc N n − + − = 1 ( . ) 1 ( . 2 2

n = 185.(1,96)2. 0,5(1-0,5)

185(0,1)2 + (1,96). 0,5(1-0,5) = 177,674

2,34

n = 75,6 = 76 sampel

Dari perhitungan di atas di dapat jumlah sampel sebesar 76 responden. Untuk teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, dimana pengambilan sample ditentukan oleh peneliti. Sampel akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok kontrol. Jumlah sampel kelompok kontrol akan mengikuti jumlah sampel dari kelompok perlakuan.


(59)

Adapun rincian dari dua kelompok tersebut adalah : (1) Kelompok perlakuan

a. Kelompok perlakuan adalah santri yang dipilih secara acak dan masing-masing mewakili kelas I, II dan III Pesantren Darul Hikmah sebanyak 38 santri.

b. Kelompok perlakuan diberikan intervensi media booklet dan ceramah serta dievaluasi dengan memberikan post-test tentang kesehatan reproduksi.

(2) Kelompok Kontrol

a. Kelompok kontrol adalah santri yang dipilih secara acak dan masing – masing mewakili kelas I, II, dan III di Pesantren Ta’dib Assyakirin sebanyak 38 santri.

b. Kelompok kontrol tidak diberikan intervensi media booklet namun dilakukan pre-test dan post-test tentang kesehatan reproduksi.

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara memberikan pertanyaan kepada santri tentang kesehatan reproduksi, dan diberikan perlakuan dengan pemberian informasi dengan media booklet kemudian dilakukan evaluasi selama satu minggu kemudian.


(60)

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumentasi Pesantren Darul Hikmah dan Pesantren Ta’dib Al-Syakirin meliputi keterangan lokasi, jumlah siswa dan data pendukung lainnya

3.5.3 Uji Validitas

Validitas alat ukur adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasannya atau kesahihan sesuatu instrumen. Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reability yang tercantum pada nilai correlation corrected item. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung (r–hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi 95% (Riduwan, 2005). Nilai r-Hitung dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 38 responden adalah sebesar 0,423, maka ketentuan dikatakan valid, jika:

1. Nilai r-Hitung variabel ≥ 0,423 dikatakan valid 2. Nilai r-Hitung variabel < 0,423 dikatakan tidak valid

3.5.4. Uji Realiabilitas

Uji Realiabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Apabila datanya memang benar dan sesuai kenyataan, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian, adalah teknik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba


(61)

instrumen kepada sekelompok responden pada satu kali pengukuran, juga pada taraf 95% (Riduwan, 2005). Nilai r-Tabel dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 38 responden adalah sebesar 0,60, maka ketentuan dikatakan Realialibel, jika:

1. Nilai r-Hitung variabel ≥ 0,60 dikatakan Realiabel 2. Nilai r-Hitung variabel < 0,60 dikatakan tidak Realiabel Hasil uji validitas dan realiabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel. 3.1 Hasil Uji Validitas dan Realiabilitas Alat Ukur No Pertanyaan Corrected Item-Total

Correlation

Keterangan

1 Pengetahuan Valid

Pengetahuan 1 0,494 Valid

Pengetahuan 2 0,410 Valid

Pengetahuan 3 0,410 Valid

Pengetahuan 4 0,714 Valid

Pengetahuan 5 0,714 Valid

Pengetahuan 6 0,462 Valid

Pengetahuan 7 0,685 Valid

Pengetahuan 8 0,438 Valid

Pengetahuan 9 0,685 Valid

Pengetahuan 10 0,537 Valid

Pengetahuan 11 0,498 Valid

Pengetahuan 12 0,499 Valid

Pengetahuan 13 0,479 Valid

Pengetahuan 14 0,485 Valid

Pengetahuan 15 0,540 Valid

Pengetahuan 16 0,494 Valid

Pengetahuan 17 0,537 Valid

Pengetahuan 18 0,414 Valid

Pengetahuan 19 0,482 Valid


(62)

Table 3.1 Lanjutan

No Pertanyaan Corrected Item-Total

Correlation

Keterangan 2 Sikap

Sikap 1 0,470 Valid

Sikap 2 0,519 Valid

Sikap 3 0,519 Valid

Sikap 4 0,411 Valid

Sikap 5 0,658 Valid

Sikap 6 0,462 Valid

Sikap 7 0,583 Valid

Sikap 8 0,405 Valid

Sikap 9 0,425 Valid

Sikap 10 0,567 Valid

Sikap 11 0,577 Valid

Sikap 12 0,567 Valid

Sikap 13 0,451 Valid

Sikap 14 0,628 Valid

Sikap 15 0,636 Valid

Alpha Cronbach 0,6446 Realibel

Berdasarkan Tabel 3.1. diketahui bahwa secara keseluruhan variabel pengetahuan dan sikap dapat dikatakan valid, karena nilai hasil pengujian pada

Corrected item- total Correlation menunjukkan > 0,423, demikian juga dengan

realiabilitas alat ukur juga dapat dikatakan realiabel, karena diperoleh hasil Alpha

Cronbach > 0,60.

3.6. Mekanisme Pelaksanaan Penelitian 3.6.1. Tahap Persiapan

Sebelum penelitian dilakukan, tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti antara lain :

(1) Melakukan survey untuk mengetahui karakteristik wilayah penelitian dan melakukan registrasi terhadap responden yang akan dipilih sebagai responden


(63)

penelitian, (2) Membuat proposal, (3) Ujian proposal, (4) Perizinan pada pimpinan sekolah, (5) Penyusunan alat ukur, (6) Merancang Media

3.6.2. Tahap Pelaksanaan

Secara ringkas pelaksanaan penelitian ini diringkas dalam bentuk alur penelitian sebagai berikut :

Santri

(kelompok yang tidak diberi

Pre Test

Pengetahuan dan Sikap Santri

Post Test

Pengetahuan dan Sikap Santri

Setelah 1 Minggu Pre Test

Pengetahuan dan Sikap Santri

Post Test

Pengetahuan dan Sikap Santri

Santri

(kelompok yang diberi perlakuan)

Pendidikan kesehatan dengan media booklet, metode ceramah dan Tanya jawab.


(64)

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner awal kepada kedua sampel untuk diisi. Pelaksanaan pre-test untuk kelompok perlakuan diberikan pada tanggal 28 Nopember 2010. Pelaksanaan pre-test dilakukan di ruang kelas Madrasah Tsanawiyah dengan bantuan guru di pesantren tersebut. Setelah pelaksanaan pre-test kelompok perlakuan diberikan intervensi media booklet dan isi

booklet dijelaskan dengan metode ceramah dan Tanya jawab. Penjelasan isi media booklet yang disampaikan oleh peneliti berlangsung selama 2 jam dari pukul 16.00

s/d 18.00.

Materi yang diberikan kepada responden sesuai dengan isi booklet yang diberikan kepada responden , penjelasan materi dengan menggunakan powerpoint yang dibantu dengan infocus. Dalam hal ini, fasilitator/peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk menanyakan hal-hal yang belum diketahui. Pada saat sesi Tanya jawab responden begitu aktif menanyakan tentang isi dari media booklet dan seputar kesehatan reproduksi yang mereka alami. Pelaksanaan post-test dilakukan setelah 1 minggu pemberian media booklet yaitu pada tanggal 5 desember 2010.

Kelompok kontrol dilakukan di Pesantren Ta’dib Al-Syakirin. Pre-test dilaksanakan pada tanggal 22 Nopember tahun 2010. Pelaksanaan pre-test dilaksanakan di ruang kelas Tsanawiyah di Pesantren Ta’dib Al-Syakirin. Setalah satu minggu yaitu pada tanggal 28 Nopember tahun 2010 dilaksanakan post-test di pesantren ta’dib Al-Syakirin.


(1)

Nomor Responden : KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

IDENTITAS RESPONDEN :

1. NAMA :

2. UMUR :

3. JENIS KELAMIN :

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda “X” pada pilihan jawaban yang menurut anda benar. :

A. PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

1. Kesehatan Reproduksi adalah : (jawaban dapat lebih dari satu)

1. Keadaan sehat secara fisik yang berkaitan dengan sistem reproduksi 2. Keadaan sehat secara mental yang berkaitan dengan sistem reproduksi 3. Keadaan secara social yang berkaitan dengan sistem reproduksi

2. Pubertas adalah : Jawaban dapat lebih dari satu


(2)

2. Proses perubahan biologis manusia dari anak – anak menjadi dewasa 3. Perubahan-perubahan fungsi fisiologis

3. Yang merupakan jenis IMS adalah : (Jawaban dapat lebih dari satu) 1. Clamidia

2. Hepatitis B dan C 3. HIV/AIDS 4. Gonorhae 5. Sifilis

6. Herpes Kelamin

7. Jengger Ayam / kutil pada kelamin.

4. Organ reproduksi Wanita adalah : (Jawaban dapat lebih dari satu) 1. Indung Telur

2. Umbai – Umbai 3. Saluran Telur 4. Rahim (Uterus) 5. Leher Rahim (Cervix) 6. Liang Kemaluan (Vagina) 7. Bibir Kelamin (Labia)

5. Organ Reproduksi Pria adalah : (Jawaban dapat lebih dari satu) 1. Batang Zakar (Penis)

2. Saluran Kencing (Uretra) 3. Kantong Pelir (Scrotum) 4. Pelir (Testis)

5. Epididimis 6. Saluran Sperma 7. Kelenjar Prostat


(3)

6. Perubahan tubuh pada usia 10 – 15 tahun ditandai dengan : 1. Badan bertambah tinggi

2. Tumbuh rambut di ketiak dan sekitar alat kelamin 3. Muncul jerawat

4. Wajah berminyak

untuk soal 10 s/d 20 Berilah tanda ” √ ” pada pilihan jawaban yang menurut anda benar.

No Pernyataan

Jawaban Benar Salah

7. Haid / menstruasi adalah darah yang keluar dari vagina

perempuan ketika ia memasuki masa remaja.

8. Sperma dihasilkan dalam penis.

9. “mimpi basah” biasa terjadi pada laki-laki dalam masa pubertas.

10. Ketika laki-laki mengalami ereksi (penis tegang) maka ia

pasti akan mengeluarkan sperma.

11. Selama pubertas, selain perubahan tubuh, juga terjadi

perubahan pada perasaan dan pikiran.

12. Pada masa pubertas, seorang anak/remaja laki-laki sudah

bisa menjadi ayah.

13. Kalau seorang perempuan tidak mengalami haid/menstruasi

pada usia 14 tahun, maka ada sesuatu yang tidak normal.

14. Kalau perempuan yang sudah mengalami haid, tidak


(4)

15. Masa berlangsungnya haid adalah selalu 5 hari.

16. Haid adalah darah bercampur lapisan dinding rahim yang

luruh karena sel telur tidak dibuahi.

17. Semua perempuan mempunyai siklus haid 28 hari sekali.

18. Dalam masa remaja teman lebih berpengaruh dibandingkan

orang tua.

19. Pada masa haid, seorang remaja perempuan harus makan


(5)

PERTANYAAN SIKAP

Petunjuk Pengisian No

: Berilah tanda ” √ ” pada salah satu jawaban .

Pernyataan Jawaban

Setuju Tidak setuju 1. Mengetahui letak dan fungsi organ reproduksi

sangat bermanfaat bagi remaja.

2. Mempelajari alat / organ reproduksi bukan hal yang penting bagi remaja.

3. Menstruasi terjadi pada setiap wanita karena adanya perdarahan akibat luka.

4. Hubungan seksual yang dilakukan remaja hanya akan berpengaruh pada remaja perempuan saja.

5. Tindakan ingin mencoba melakukan hubungan seksual, memberikan akibat buruk dan

merugikan masa depan.

6. Jika remaja ingin tahu tentang kesehatan reproduksi, ia harus bertanya kepada orang tua atau guru di sekolah.

7. Remaja tidak harus menghindari perilaku seksual bebas.

8. Menjaga keadaan kesehatan reproduksi merupakan tanggungjawab remaja putri. 9. Membicarakan/mendiskusikan tentang

kesehatan reproduksi, akan membuat remaja ingin mencoba melakukan hubungan seksual. 10. Pendidikan kesehatan reproduksi membuat

remaja bertanggungjawab terhadap kesehatan reproduksi mereka.


(6)

11. Informasi tentang kesehatan reproduksi tidak perlu diterangkan dalam media cetak.

12. Bila remaja mendapat masalah tentang kesehatan reproduksi, tidak perlu dibicarakan dengan siapapun.

13. Pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja akan menjadi pengetahuan dasar yang kuat dalam mengambil keputusan penting yang menyangkut kesehatan reproduksinya 14. Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja

merupakan suatu kebutuhan bagi remaja 15. Tindakan ingin mencoba melakukan hubungan

seksual, memberikan akibat buruk dan merugikan


Dokumen yang terkait

Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

6 57 130

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Cetak (Leaflet) dan Media Elektronik (Video) Terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah

2 62 157

Pengetahuan dan Sikap Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi di Kota Medan

2 49 76

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Promosi Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Seks Pranikah di SMA Muhammadiyah 4 Surakarta.

0 4 11

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Promosi Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Seks Pranikah di SMA Muhammadiyah 4 Surakarta.

0 4 16

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA Negeri 1 Kartasura.

0 2 13

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Di FIK-UMS.

0 7 17

FEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SEKOLAH MENENGAH TINGKAT PERTAMA BLORA.

0 1 10

PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 BANTUL TAHUN 2010

0 0 10

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN ORGAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI DI PESANTREN MODERN AL JUNAIDIYAH BIRU KABUPATEN BONE TAHUN 2012

0 0 80