Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

36

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Islamiyah

Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Islamiyah merupakan lembaga yang memberikan naungan bukan hanya anak biasa yang tergolong mampu, tetapi bagi anak tidak mampu, yatim dan anak jalanan untuk diberi bekal pendidikan yang layak. Madrasah ini adalah suatu wahana melebihi sekolah formal yang dipersiapkan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Diharapkan mereka anak jalanan tidak hanya mampu menyesuaikan dengan teman- teman lain yang bukan „sepermainan‟ mereka tetapi juga dengan masyarakat lain. Madrasah Ibtidaiyah Swasta berada dibawah naungan Yayasan Tarbiyatul Islamiyah, yayasan ini beralamat di Jalan Raya Muhammad Kahfi Rt.01 Rw 06 Kp.Kandang,Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan. Awalnya dari tuntutan kebutuhan pendidikan siswa baik dari usia, agama dan uang makin bertambah, sedangkan di sekolah Dasar Negeri lokasi yang jauh dan kuota untuk siswa melebihi dari kapasitas yang ada. Hal ini membuat Yayasan Tarbiyatul Islamiyah berdiri sesuai dari permintaan masyarakat di sekitar perumahan jagakarsa bermayoritas anak-anak tidak mampu dan anak-anak jalanan.Lembaga ini berdiri diatas lahan 2.500 meter persegi. Dengan memanfaatkan tanah kosong berstatus tanah wakaf untuk kegiatan belajar mengajar dan membantu anak-anak jalanan yang sudah lama tinggal disekitar lembaga pendidikan ini.Tanah ini merupakan tanah hibah dan wakaf dari masyarakat dan donator yang diamanahkan ke Yayasan Tarbiyatul Islamiyah untuk mengelolanya. Yayasan ini berdiri pada tanggal 19 Desember 1973, melalui ide dan pemikiran 4 sekawan yaitu Bapak H. Muhammad Sholeh Alm, Bapak Abdulrahman Annun, Bapak H. ust. Nur Alif, dan Bapak KH. Abdul Mugnip. Anak-anak yang dibina di yayasan ini mengikuti program pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah ini merupakan sekolah yang didirikan secara gotong royong untuk kaum masyarakat biasa dan kaum pinggiran atau marjinal. Mereka yang mendaftar masuk kesekolah ini adalah anak-anak kelas bawah seperti anak jalanan, anak pedagang asongan, anak pemulung,anak pengamen, anak- anak dhu‟afa dan anak yatim. Setiap siswa-siswi yang masuk sekolah ini bagi yang mampu dikenakan biaya, bagi anak dhu‟afa dan anak yatim tidak dikenakan biaya seperserpun alias gratis. Yayasan Madrasah dibentuk sebagai sebuah keprihatinan tokoh-tokoh masyarakat terhadap pendidikan kaum miskin dan anak jalanan.Berangkat dari sebuah keyakinan dimana masih banyak orang bingung untuk bersekolah, karena tidak tertampung kesekolah dasar negeri dan banyak pulayang putus sekolah. Bapak H. Saudin, BA sebagai Kepala Sekolah mengemukakan bahwa beliau melihat banyak anak-anak usia sekolah yang tidak sekolah dan hidup di jalanan. Padahal mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. 1 H. Muhammad Sholeh Alm pendiri yayasan Tarbiyatul Islamiyah, pernah mengatakan saya sebagai orang betawi yang kental dengan tradisi keagamaan sangat prihatin dengan keadaan anak jalanan sekitar sini. 2 Keprihatinan sang pelopor bertambah ketika anak-anak jalanan beliau temui tidak terdidik, tidak terarahdan tidak sekolah, sehingga bisa dibayangkan masa depan mereka akan seperti apa jadinya kelak. Banyak anak miskin dan anak jalanan di lingkungan sana mendapat respon negatif dari masyarakat asli sana yang cenderung kental dengan budaya Islam. Tekad Muhammad Sholeh mendirikan Madrasah, mendapat respon yang positif dari teman-teman sepengajian beliau dan mendapat dukungan pula mendirikan yayasan pendidikan bercirikan Islam sesuai dengan jati diri masyarakat sekitar, teman-teman mengharapkan berdirinya yayasan tersebut bukan hanya sekedar sekolah pada umumnya, seperti sekolah-sekolah lain. Tapi, sebagai media dakwah untuk memperkuat ibadah anak-anak jalanan yang tidak 1 Hasil wawancara dengan Pak H. Saudin, B.A., Kepala Sekolah MI Tarbiyatul Islamiyah. 2 Hasil wawancara dengan Pak H. Saudin, B.A., Kepala Sekolah MI Tarbiyatul Islamiyah pernah beribadah terutama, Shalat lima waktu. Hal itulah paling penting diharapkan, karena banyak anak-anak pada umumnya kurang akan perhatian dalam ibadah ini. Berdasarkan pengalaman pribadi Muhammad Sholeh alm bahkan pernah mengatakan, pendidikan mempunyai arti cukup besar dan punya andil dalam masa depan anak. Bahkan pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan. Pendidikan harus dikedepankan diantara yang lainnya seperti dari lingkungan keluarga atau rumah tangga sampai tingkatan negara. 3 Jika pendidikan anak-anak cukup bagus maka anak-anak akan terlindungi dan masa depannya juga lebih bagus. Anak-anak adalah calon penerus bangsa, merekalah yang akan melanjutkan kepemimpinannya dimasa depan. Yayasan MI tarbiyah islamiyah bercita-cita setiap anak-anak harus tumbuh menjadi orang hebat berakhlakul karimah,pendidikannya harus bagus baik secara intelek maupun spiritual. Tidak boleh pendidikan hanya sampai sekolah dasar saja, tapi harus menyambung sampai jenjang yang lebih tinggi. Yayasan Madrasah Ibtidaiyah walaupun cuma sampai sekolah dasar saja,anak-anak jalanan sudah mempunyai bekal yang kuat untuk melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi. Dengan motivasi yang kuat untuk membentuk masyarakat cerdas, inovatif, trampil, mandiri, berpedoman Imtaq dan berakhlakul karimah. Suasana belajar di Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Islamiyah sama seperti sekolah-sekolah dasar lainnya. Perbedaannya ialah terletak pada cara belajar mengajar guru terhadap siswa dari anak jalanan dengan siswa bukan anak jalanan. Hal ini memang tak heran banyak anak-anak jalanan atau anak-anak pinggiran yang seringkali sulit diatur, sehingga membuat para guru membutuhkan kesabaran ekstra dalam mendidik mereka. Mengingat perkembangan yayasan Tarbiyatul Islamiyah seiring berganti tahun semakin pesat, akhirnya pada tahun 2009 diakreditasikanlah MI Tarbiyatul Islamiyah dengan peringkat B dari Badan Akreditasi Nasional SekolahMadrasah. Dengan akreditasi inilah diharapkan dapat memajukan sekolah lebih baik lagi. 3 Hasil wawancara dengan Pak H. Saudin, B.A., Kepala Sekolah MI Tarbiyatul Islamiyah.