yang  pasti  dan  bahkan  mempunyai  orang  tua  yang  lengkap  serta  keadaan ekonomi  keluarga  yang  pas-pasan.  Namun  ada  kemungkinan  mereka  dapat
mengalami keadaan yang buruk atau “kepepet” sehingga salah satu cara yang
pasti akan diambil untuk bertahan hidup adalah mengamen atau mengemis di jalanan. Anak jalanan  yang demikian kami sering menyebutnya sebagai  anak
jalanan  “jajan”.  Mereka  inilah  yang  sebenarnya  membutuhkan  pelayanan secara  serius  supaya  mereka  dicegah  atau  diupayakan  untuk  tidak  terlanjur
turun kejalanan seperti kelompok anak-anak jalanan sebelumnya.
8
Anak-anak yang kehidupannya seperti yang dikemukakan di atas juga pula diartikan  oleh  Bagong  Suyanto
9
,  dalam  kategori  kelompok  anak  rawan,
terjemahan  bebas  dari  children  in  need  of  special  protections  CNSP  adalah sebuah  istilah  yang  relatif  baru  dan  belum  memasyarakat  secara  luas.  Tetapi
dalam  kehidupan  sehari-hari  kita  semua  sebetulnya  sudah  pernah  melihat  atau minimal  mengetahui  keberadaan  mereka.  Anak  jalanan,  anak  korban
pemerkosaan,  pengungsi  anak,  anak  putus  sekolah,  buruh  anak,  mereka  semua sesungguhnya  adalah  kelompok  anak  yang  marjinal  yang  rawan  diperlakukan
salah.  Mereka  bukan  saja  sering  tidak  dipenuhi  hak-hak  dasarnya  dan  terlantar, tetapi juga sering dilanggar haknya, diperlakukan kasar dan menjadi korban child
abuse. Anak-anak  yang  dikategorikan  rawan  ini  biasanya  tidak  kelihatan  dan
suaranya  nyaris  tidak  kedengaran.  Mereka  bersembunyi  di  kolong-kolong jembatan,  hidup  di  rumah  petak  yang  diimpit  gedung  bertingkat,  ditampung  di
kamp-kamp  pengungsi,  berserakan  diwilayah  pedesaan  yang  terisolir,  sehingga bila  dibandingkan  hiruk  pikuk  persoalan  politik  atau  ekonomi,  isu  tentang  anak
rawan sama sekali tidak penting. Anak Jalanan di DKI Jakarta tersebar cukup merata. Data yang diterbitkan
oleh  Dinas  Bina  Mental  Spiritual  dan  Kesejahteraan  Sosial  DKI  Jakarta
8
http:jcholics.blogspot.com201205masalah-anak-jalanan.html Diunduh pada hari Jum‟at  18 April 2014 Pkl. 16.53 WIB
9
Bagong Suyanto, “Anak Rawan”, Kompas, 27 November 2001.
menyebutkan bahwa setidaknya ada 18.777 orang anak jalanan di DKI pada tahun 2003
10
.  Diperinci  jumlah  terdiri  dari  anak  Jalanan  ada  1.567  anak,  gelandangan ada 1.011 anak, dan pengemis ada 846 anak
11
. Menurut data tahun 2010, Populasi anak  jalanan  di  DKI  Jakarta  ada  sekitar  8000  anak,  yang  telah  terdata  di
Direktorat  Kesejahteraan  Sosial  Anak,  Kemensos  berdasarkan  nama  dan  alamat tahun 2012, terdapat 7.245 anak
12
. Para  anak  jalanan  di  sisi  lain  kata  Mensos
13
,  harus  bekerja  keras  untuk membantu  orangtuanya  mencari  nafkah,  sebagian  lagi  terpaksa  menjadi
gelandangan jalanan. Kondisi tersebut akan memperburuk kondisi sosial, ekonomi dan  politik  dimasa  yang  akan  datang,  dan  mengakibatkan  beban  sosial  yang
semakin tinggi terhadap Negara. Hal  senada  juga  diungkapkan  oleh  Saparinah  Sadli  bahwa  ada  berbagai
faktor  yang  saling  berkaitan  dan  berpengaruh  terhadap  timbulnya  masalah gelandangan,  antara  lain  :  faktor  kemiskinan  struktural  dan  pribadi,  faktor
keterbatasan  kesempatan  kerja  factor  intern  dan  ekstern,  faktor  yang berhubungan  dengan  urbanisasi  dan  masih  ditambah  lagi  dengan  faktor  pribadi
seperti  tidak  biasa  disiplin,  biasa  hidup  sesuai  dengan  keinginannya  sendiri  dan berbagai faktor lainnya
14
.
B. Identifikasi Masalah
Anak  jalanan  adalah  kelompok  anak  yang  terpinggirkan  merupakan korban dari sistem sosial  modern  yang berkembang di  Ibukota dewasa ini. Anak
10
http:jcholics.blogspot.com201205masalah-anak-jalanan.html.  Diunduh pada hari Jum’at  18 April 2014 Pkl. 16.53 WIB.
11
Widodo Nyoto, dkk. Jakarta dalam Angka 2013. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2013, cet. ke. I, hal 170
12
http:pksa.kemsos.go.idindex.php78-pksa-center82-mensos-disambut-antusias- ratusan-anak-jalanan-di-tanah-merah.   diakses hari rabu tanggal 30 April 2014 pkl. 12:11 WIB
13
http:seribumasadepan.wordpress.comberita-kegiatanberita-artikel-mitra-2mensos- kondisi-anak-jalanan-di-dki-dan-depok-menyedihkan
diunduh hari Jum‟at 18 April 2014 Pkl. 17.04
14
Ibid
Jalanan memiliki harkat dan martabat sama dengan anak-anak dari keluarga yang mampu dan utuh lainnya. Diakui bahwa dalam masa pertumbuhan secara fisik dan
mental,  anak  jalanan  membutuhkan  perlindungan  dari  orangtua.  Disamping  itu masyarakat  dan  lingkungan  dimana  anak  jalanan  tinggal  mestinya  bertanggung
jawab  pula  dalam  pertumbuhan  dan  perkembangan  dan  kesejahteran  mereka. Namun  kenyataannya,  anak  jalanan  bagi  sebagian  masyarakat  dianggap  sebagai
parasit  yang  akan  menyebarkan  berbagai  virus  penyakit  sosial  terhadap lingkungan  mereka,  untuk  itu  perlu  dihindari,  dijauhi,  dicurigai,  dan  diwaspadai
dari tempat tinggal mereka, supaya tidak terjadi kemalingan dilingkungan RTRW mereka.
Selain  keadaan  yang  tidak  menguntungkan  eksistensi  mereka  berada dilingkungan  masyarakat  beradab  normal,  kenyataan  dalam  kehidupan  sehari-
hari masih banyak anak jalanan yang dilanggar hak mereka. Seperti diperas hasil usaha mereka oleh kelompok-kelompok yang lebih dewasa senior, dieksploitasi
dengan berbagai pekerjaan diluar batas kemampuan dan kapasitas mereka sebagai anak  diskriminatif  dan  tindakan  kekerasan  lainnya,  yang  sulit  dibayangkan  oleh
masyarakat normal dan berbudaya. Oleh karena itu, berbagai persoalan yang dihadapi oleh anak jalanan perlu
mendapat  perhatian.  Seperti  penyebab  mereka  menjadi  anak  jalanan,  aktifitas mereka  tiap  hari,  kegiatan  yang  mereka  lakukan  dalam  memenuhi  kebutuhan
hidup,  hubungan  pertemanan  sesama  mereka  baik  itu  dengan  kelompok  yang lebih  senior,  orangtua  maupun  masyarakat  sekitarnya  dan  sebagainya,  serta
persepsi masyarakat lingkungan terhadap keberadaan anak jalanan.
C. Pembatasan Masalah
Bagaimana  keadaan  anak  jalanan  yang  banyak  sekolah  di  MI  Tarbiyatul Islamiyah  Jakarta  Selatan  seperti  perhatian  terhadap  mata  pelajaran,  semangat
dalam  menuntut  ilmu  serta  tuntutan  dari  keadaan  yang  memaksa  dia  untuk mencari uang dijalanan seperti mengamen, tukang semir sepatu, ojek payung, dsb.
Untuk meringankan beban ekonomi orang tuanya atau sekedar jajan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan  permasalahan  diatas  dapat  dirumuskan  judul  yang  akan penulis
tulis adalah
“PROFIL  AKTIFITAS  ANAK  JALANAN MEMPERTAHAN
KAN  KEHIDUPAN  DI  IBUKOTA  JAKARTA”  Studi Kasus di MI Tarbiyatul Islamiyah.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan  perumusan  masalah  diatas,  maka  penelitian  ini  memiliki tujuan yaitu:
1. Mengungkapkan  persoalan-persoalan  yang  dihadapi  oleh  anak  jalanan
dalam belajar di MI Tarbiyatul Islamiyah. 2.
Mengungkapkan  persoalan-persoalan  psikologis  yang  dihadapi  anak jalanan kaitan hubungan sesama teman sepermainan dan hubungan dengan
guru di sekolah. 3.
Mengungkapkan  persoalan-persoalan  yang  dihadapi  oleh  anak  jalanan dalam mencari uang jajan di jalanan.
F. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan  hasil  penelitian  ini  diharapkan  akan  memberikan  kegunaan kepada berbagai pihak sebagai berikut:
1. Sebagai  bahan  masukan  bagi  Guru  pendidik  dalam  menghadapi
mengajar  anak  jalanan  sebab  kepribadian  mereka  berbeda  dengan anak-anak normal lainnya.
2. Menjadi  bahan  pertimbangan  bagi  sekolah  atau  yayasan  sebab  anak
jalanan sibuk setiap hari dari pagi sampai sore, bahkan malam hari. 3.
Hasil  penelitian  ini  sebagai  bahan  masukan  bagi  peneliti  lain  yang meneliti kasus permasalahan sama.
4. Sebagai bahan pertimbangan khazanah ilmu pengetahuan.
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Profil Aktivitas Belajar
1. Pengertian Profil Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini, untuk itu, akan  dibahas  mengenai  pengertian  dari  aktivitas  belajar.  “Aktivitas  belajar  dapat
didefinisikan sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajar dalam situasi belajar  mengajar.  Aktivitas  belajar  ini  didesain  agar  memungkinkan  siswa
memperoleh muatan yang ditentukan, sehingga berbagai tujuan yang ditetapkan. “
1
Proses  pembelajaran  dalam  kelas  merupakan  aktivitas  mentransformasikan pengetahuan,  sikap,  dan  ketrampilan.  Pembelajaran  lebih  berpusat  pada  siswa
sehingga  siswa  ikut  aktif  berpartisipasi  dalam  proses  pembelajaran,  dapat mengembangkan  cara-cara  belajar  mandiri,  berperan  dalam  perencanaan
pelaksanaan,  penilaian  proses  pembelajaran  itu  sendiri,  maka  disini  pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak dalam kegiatan.
2
Keaktifan  siswa  dalam  proses  pembelajaran  dapat  merangsang  dan mengembangkan  bakat  yang  mereka  miliki.  Berfikir  kritis,  dan  dapat  memecah
permasalahan-permasalahan  dalam  kehidupan  sehari- hari,  “
3
“Menurut  Piaget seorang anak
berpikir sepanjang ia berbuat tanpa perbuatan anak tak berpikir.”
4
Beberapa pandangan mengenai konsep aktivitas belajar, antara lain: 1
Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Didalam dirinya
terdapat  prinsip  aktif,  keinginan  untuk  berbuat  dan  bekerja  sendiri.  Prinsip  aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa.
1
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004, h. 179
2
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2010 cet. 3, h. 75
3
Oemar Hamalik,  hal. 99
4
Ibid hal. 131
2 Setiap  siswa  memiliki  berbagai  kebutuhan,  meliputi  kebutuhan  jasmani,
rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan- perbuatan yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar dan bekerja. Dimaksudkan
untuk kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula.
5
Dari pengertian aktivitas diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran yang efektif adalah  pengajaran  yang  menyediakan  kesempatan  belajar  sendiri  atau  melakukan
aktivitas sendiri tanpa kegiatan tak mungkin siswa dikatakan belajar. Aktivitas belajar meliputi  aktivitas  baik  jasmani  maupun  rohani  yang  terjadi  dalam  proses
pembelajaran. Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena:
1 Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2 Berbuat  sendiri  akan  mengembangkan  seluruh  aspek  pribadi  siswa  secara
integral. 3
Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa. 4
Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. Raka Joni 1992:19-20 dan artinis Yamin 2003 menjelaskan bahwa peran aktif
siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala: 1
Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa. 2
Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar. 3
Pengelolaan  kegiatan  pembelajaran  pada  kreativitas  siswa,  meningkatkan kemampuan  minimalnya,  dan  menciptakan  siswa  yang  kreatif  serta  mampu
menguasai konsep-konsep.
6
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran sehingga menimbulkan
perubahan perilaku belajar pada diri siswa.
5
Dimiyati, Modjion , Belajar dan Pembelajaran , Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010, cet.4 hal. 77
6
Martinis Yamin, Op.cit hal. 80