Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, menunjukkan bahwa hasil uji regresi berganda dengan menggunakan metode enter terdapat 2 dua variabel yang mempunyai
hubungan signifikan dengan kejadian dermatitis kontak yaitu variabel masa kerja p=0,006, dan variabel penggunaan APD p=0,001, sedangkan variabel pengetahuan
tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian dermatitis kontak p=0,302 Berdasarkan
nilai pada hasil uji regresi berganda diketahui, variabel
pengunaan APD merupakan variabel paling dominan berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai tertinggi yaitu 0,599, dan dilihat dari nilai Adjusted
R Square=0,525, artinya 52,5 kejadian dermatitis kontak pada pekerja pavling block disebabkan oleh masa kerja dan penggunaan APD, sedangkan sisanya 100-
52,5=47,5 disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Penggunaan nilai Adjusted R Square ini karena jumlah variabel yang diuji
lebih dari dua.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti mempunyai beberapa keterbatasan penelitian yaitu mengalami kesulitan responden untuk menyesuaikan waktu pekerja
untuk memeriksakan kejadian dermatitis kontak kepada dokter spesialis kulit, karena menggangu pekerjaan mereka, namun peneliti mencoba melakukan pendekatan
dengan pihak manajemen perusahaan dengan memeriksakan satu-persatu secara bergilir untuk dapat diperiksa kejadian dermatitis kontaknya.
Erliana : Hubungan Karakteristik Individu Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Dermatitis..., 2008 USU e-Repository © 2009
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1
Kejadian Dermatitis Kontak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37,9 pekerja di perusahaan CV. F Lhoksumawe menderita dermatitis kontak dari 29 pekerja. Berdasarkan diagnosa
dokter spesialis kulit menemukan bahwa pekerja yang mengalami dermatitis kontak umum menderita iritasi pada bagian pergelangan tangan, telapak tangan dan perut.
Rata-rata responden mengalami keluhan gatal-gatal setelah bekerja, kemerahan, dan bengkak-bengkak. Namun mereka tidak menyadari bahwa gangguan kulit tersebut
merupakan gejala dermatitis kontak. Pekerja yang mengalami gatal-gatal dan kemerahan tersebut disebabkan oleh
paparan air semen secara terus menerus selama beberapa jam, umumnya mulai jam 8.30 WIB sampai jam 12.30 WIB, dan kembali terpapar dengan semen mulai jam
14.00 WIB sampai 17.00 WIB, artinya ada sembilan jam sehari mereka terpapar dengan cairan semen, tanpa atau dengan menggunakan alat pelindung diri, sehingga
sangat berisiko terhadap terjadinya gangguan kulit yang mengarah pada gejala-gejala dermatitis kontak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian RS. Siregar 1997 di Surabaya, bahwa 30 pekerja pada perusahaan kayu lapis di bagian produksi menderita
dermatitis kontak, 74 terjadi pada telapak tangan dan perut, demikian juga dengan laporan The National Institute of Occupational Health, Norwegia NIOH, 2003
Erliana : Hubungan Karakteristik Individu Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Dermatitis..., 2008 USU e-Repository © 2009
bahwa hasil patch test uji tempel bahwa pekerja yang menderita dermatitis kontak umumnya mempunyai prevalensi tinggi alergi terhadap kromium VI pada pekerja-
pekerja di bidang konstruksi, dan hasil diagnosis alergi kromat menunjukkan proporsi yang lebih tinggi pada pasien yang pekerjaannya selalu kontak dengan semen.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pekerja yang mengalami gejala-gejala dermatitis kontak justru tidak disiplin menggunakan alat pelindung diri, dan kalau
pun menggunakan APD hanya menggunakan sarung tangan karet, dan baju kerja juga tidak kedap air, sehingga berisiko terjadinya gangguan kulit pada pekerja.
5.2 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kejadian Dermatitis Kontak