Peran Pihak Pemerintah Terhadap Restoran Tip Top

87

BAB IV RESTORAN TIP TOP SEBAGAI

WISATA SEJARAH DI KAWASAN KESAWAN MEDAN

4.1 Peran Pihak Pemerintah Terhadap Restoran Tip Top

Upaya pelestarian budaya sebagai aset jati diri dan identitas sebuah masyarakat di dalam suatu komunitas budaya menjadi bagian yang penting ketika mulai dirasakan semakin kuatnya arus globalisasi yang berwajah modernisasi ini. Pembangunan sektor kebudayaan selanjutnya juga akan menjadi bagian yang integral dengan sektor lain untuk mewujudkan kondisi yang kondusif di tengah masyarakat. Foto 11. Seorang pengunjung tengah menikmati pesona Restoran Tip Top, Sumber : www.tiptop-medan.com , diakses pada 17 Januari 2013 Universitas Sumatera Utara 88 Salah satu bentuk penginformasian atau penyampaian berita budaya kepada publik adalah menyampaikan segala produk budaya yang telah terdokumentasikan baik oleh pemerintah maupun swasta melalui museum atau kantor yang menjaga pelestarian Benda Cagar Budaya BCB yang selama ini dimiliki oleh daerah-daerah tertentu. Pemerintah maupun pihak swasta tertentu mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi tentang keberadaan BCB itu kepada publik. Tanpa melibatkan publik terutama generasi muda maka bisa jadi keberlangsungan dan kontuinitas pelestarian budaya tidak akan dapat berjalan terus-menerus . Menurut Undang-undang tentang pelestarian benda cagar budaya nomor 11 Tahun 2010, bangunan bersejarah merupakan bangunan yang memiliki durasi waktu kurang lebih 50 Tahun dan mewakili suatu masa atau gaya tertentu, Namun hingga saat ini pihak pemerintah setempat tidak memasukkan UU No. 11 Tahun 2010 dalam usaha pelestarian bangunan bersejarah, melainkan lebih mementingkan faktor ekonomis dengan memberi peluang pada penggusuran bangunan bersejarah sebagai bagian dari upaya modernisasi bangunan di perkotaan. Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat danatau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, danatau kebudayaan melalui proses penetapan. Selain sebagai cagar budaya, bangunan-bangunan tua itu merupakan salah satu pertanda jati diri sebuah kota. Pembangunan yang dilaksanakan saat ini membuat khawatir sekelompok orang yang peduli terhadap keberlangsungan Universitas Sumatera Utara 89 bangunan-bangunan bersejarah. Kondisi ini timbul karena seringkali bangunan- bangunan kuno dianggap sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Ditambah lagi dengan adanya beberapa mitos yang tidak benar terkait keberadaan bangunan-bangunan bersejarah, seperti mitos tentang besarnya biaya yang dibutuhkan guna “mendaur ulang” sebuah gedung yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun dan mitos tentang tidak efisiennya sebuah bangunan kuno. Kesadaran akan pentingnya sebuah cagar budaya di dunia, baru timbul pada 1950 yang diawali dengan pendirian International Institute of the Conservation of Historic and Artistic Works. Sedangkan di Indonesia, masalah pemeliharaan bangunan yang dikategorikan sebagai bangunan cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Berdasarkan UU No 11 tahun 2010 dan Perda Kota Medan No. 6 tentang pelestarian bangunan dan lingkungan yang bernilai sejarah arsitektur kepurbakalaan maka bangunan yang memiliki kurun waktu 50 tahun dan mewakili suatu masa tertentu wajib dilindungi dan dilestarikan, keberadaan Undang-undang ini tidak menjadi perhatian bagi kalangan pemerintah walaupun terdapat usaha yang masih dalam menyebarluaskan peraturan tersebut hingga pada lapisan masyarakat umum. Pelanggaran terhadap undang-undang tersebut diancam dengan beragam sanksi, baik sanksi penggantian kerugian dan sanksi hukuman badan. Namun dalam kehidupan nyata, undang-undang tersebut dianggap sebagai surat keterangan tanpa kekuatan hukum yang terbukti melalui banyaknya bangunan bersejarah di Kota Medan yang telah berubah bentuk menjadi bangunan baru Universitas Sumatera Utara 90 melalui proses penggusuran, tanpa melihat aspek sejarah yang melingkupi bangunan bersejarah tersebut. Pentingnya kerjasama antara pihak dalam usaha pelestarian bangunan bersejarah adalah suatu hal yang mutlak, mengutip Matondang 2012: 12-13 mengatakan : “Peran pemerintah sangat dibutuhkan sebagai upaya pencegahan terjadinya alih fungsi bangunan bersejarah menjadi bangunan komersial. Salah satu upaya pencegahan terjadinya alih fungsi ialah dengan di undangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Undang-Undang tersebut berfungsi untuk mengatur pelestarian mencakup tujuan untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.Hal itu berarti bahwa upaya pelestarian perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan akademis, ideologis, dan ekonomis, yang pada kenyataannya upaya tersebut tidak berperan secara aktif karena kurangnya pengawasan dari Pemerintah Daerah”. Disadari atau tidak, bangunan cagar budaya mempunyai arti penting bagi kebudayaan bangsa, khususnya untuk memupuk rasa kebanggaan nasional serta memperkokoh kesadaran jati diri bangsa, karena dapat dikatakan bahwa bangunan cagar budaya merupakan warisan budaya bangsa Indonesia. Sesuai dengan penjelasan pada bab sebelumnya tentang deskripsi Restoran Tip Top, restoran ini memiliki kriteria yang mendasar untuk menjadi sebuah cagar budaya. Atau dapat dikatakan sebagai bangunan bersejarah. Dimana posisi restoran ini yang telah berdiri diatas lima puluh tahun dan merupakan bagian dari rekam jejak Kota Medan pada masa lampau. Namun kriteria dari sisi sejarah saja tidak cukup untuk mendukung bagi terbentuknya Restoran Tip Top sebagai cagar budaya. Perlu ditinjau lebih banyak lagi seperti kajian arsitektur dan lain sebagainya untuk mendukung hal tersebut. Universitas Sumatera Utara 91 Kriteria seperti monumental dan mencirikan suatu peradaban tertentu menjadi bahan yang cukup penting untuk mendukungnya. Dan Restoran Tip Top memilikinya. Dengan bentuk bangunan yang megah dan mencirikan sebuah peradaban pada abad ke-19 menjadikan Restoran Tip Top punya ruang untuk menjadi sebuah cagar budaya. Namun penguatan dari Restoran Tip Top menjadi sebuah cagar budaya akan menimbulkan sebuah dilema tersendiri. Ketika Tip Top menjadi sebuah cagar budaya secara langsung hak hak kepemilikan menjadi hak pemerintah dengan kata lain adalah Negara. Dimana Negara bertanggung jawab penuh tentang keberadaan dan eksistensi bangunan tersebut. Hal ini akan berbenturan dengan manajemen Restoran Tip Top sendnri yang sejak didirikan telah menjadi sebuah usaha turun temurun keluarga dan dikelola secara swasta. Membentuk Restoran Tip Top menjadi cagar budaya akan membawa Tip Top sebenarnya menjadi sebuah destinasi wisata yang menarik. Sebagai contoh sebuah bangunan yang telah menjadi cagar budaya atau telah menjadi sebuah destinasi wisata sejarah “Tjong A Fie Mansion”. Tjong A Fie secara jelas dan nyata telah menjadi tujuan wisata sejarah di Kawasan Kesawan yang jaraknya tidak jauh dengan lokasi Restoran Tip Top sendiri. Tjong A Fie telah menawarkan ruang terbentuknya opini masyarakat maupun wisatawan. Opini yang memberikan berjuta rasa takjub dengan nuansa arsitekturnya selain nunansa sejarah yang pernah Tjong A Fie torehkan sendiri. Penempatan Tjong A Fie menjadi sebuah lokasi cagar budaya menjadi tepat dengan pengelolaan yang baik saat ini. Cagar budaya yang merupakan bangunan Universitas Sumatera Utara 92 bersejarah menjadi hal yang coba Tjong A Fie Mansion tawarkan. Dan Tip top sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang lain dari proyeksi besar cagar budaya. Restoran ini memiliki kriteria yang tepat dimana selain aspek sejarah yang panjang kehadirian Tip Top sebagai ruang kuliner yang bertahan sejak zaman kolonial menjadi daya tarik sendiri. Dan ini berpotensi untuk pengembangan lebih lanjut menjadi sasaran destinasi yang lebih baik.

4.2 Restoran Tip Top Sebagai Pusat Wisata Kawasan Berikat