Sejarah Restoran Tip Top

67 ini, sehingga kawasan ini dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata sejarah. Di bawah ini adalah penggambaran seluruh kawasan pariwisata di Kota Medan dan beberapa bangunan bersejarah terpenting yang menjadi bagiannya. Salah satunya adalah Restoran Tip Top.

3.2 Sejarah Restoran Tip Top

Awalnya restauran ini menjadi tempat berkumpulnya orang Belanda dari perkebunan maupun pemerintahan untuk menikmati breakfast atau sekedar menghabiskan secangkir kopi Robusta lokal dari Sidikalang yang terkenal di sore hari. Resto ini juga menjadi saksi bisu kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, Tip Top perlahan mulai dikunjungi penduduk lokal terutama di kalangan menengah ke atas. Menu-menu baru pun bermunculan untuk beradaptasi dengan permintaan lokal seperti Indonesian dan Chinese Food. Foto 5. Restoran Tip Top Dulu dan Kini Sumber : meedantempodoeloe.blogspot.com, diakses pada 17 November 2012 Universitas Sumatera Utara 68 Restoran Tip Top didirikan pertama sekali oleh seseorang yang bernama Jengki yang konon ceritanya merupakan masyarakat Tionghoa yang melakukan kegiatan bisnis di Kota Medan. Menurut informasi www.tiptop-medan.com , diakses pada 22 Januari 2013 pada awalnya Restoran Tip Top bernama Restoran Jengki dan berada di kawasan Jalan Pandu Medan serta didirikan pada tahun 1929 dan kemudian pindah ke Kawasan Kesawan karena pusat kegiatan pemerintah, bisnis dan sosial berpusat di wilayah tersebut. Setelah Jepang kalah dalam perang dunia ke II pada tahun 1945, nama Tip Top kembali digunakan. Setelah kemerdekaan, Tip Top menjadi populer di kalangan penduduk lokal, Terutama pada kelas menengah dan atas. Mereka biasanya membawa keluarga dan anak-anak pada akhir pekan. Tip Top tidak hanya dikunjungi anggota keluarga, tapi juga oleh laki-laki dan perempuan muda yang sedang jatuh cinta. Mereka membuat kenangan manis yang romantis di restoran ini. Jika menarik sebuah garis kepemimpinan dari Jangkie Yap, maka hingga hari ini restoran Tip Top telah beroperasi hingga tiga generasi. Diawali oleh Jangkie sebagai generasi pertama, kemudian Freddy Kelana di generasi kedua dan Didrikus Kelana pada generasi ketiga. Keluarga Jangkie memimpin restoran Tip Top hingga tahun 1980. Pada saat itu keluarga Jangkie terpaksa harus kembali ke Tionghoa. Karena saat itu Tip Top mengalami masa-masa sulit dimana pengunjung kurang tertarik berkunjung ke restoran ini. Saat itu keluarga Jangkie mengalami kerugian dan menyerahkan kepemimpinan kepada orang kepercayaannya Freddy Kelana. Universitas Sumatera Utara 69 Ditangan Freddy Kelana Restoran Tip Top terus berjalan meski dalam keadaan sepi. Namun Freddy berhasil bertahan. Hingga sekarang tampuk kepemimpinan restoran jatuh kepada Didrikus Kelana anak keempatnya. Ditangan Didrikus banyak perubahan yang ia buat hingga restoran ini berkembang. Didrikus yang merupakan alumnus Teknik Sipil Universitas Parahyangan banyak belajar manajemen restoran dari ayahnya dan dibantu oleh pakar pakar koki disana untuk lebih memahami sajian yang akan disajikan. Tip Top yang sekarang masih tetap konsisten, walaupun dikelilingi oleh bangunan-bangunan modern. Restoran yang hanya terletak beberapa meter dari Tjong A Fie Mansion ini masih mewarisi gaya cafe gaya Eropa, dimana terdapat beberapa meja di bagian outdoor lounge atau beranda depan restoran. Tempat ini banyak digemari turis, karena selain santai, mereka juga dapat menikmati sebotol bir sambil menghabisi beberapa batang rokok sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Selain lounge outdoor, masih terdapat lagi 2 ruangan di dalam, yang satu non-AC smoking area dan satunya lagi di bagian paling belakang non-smoking area dengan ruangan tertutup dan memiliki pendingin udara. Tip Top masih menggunakan tungku kayu bakar jaman Belanda sejak tahun 1934. Tungku ini menggunakan kayu bakar berkualitas baik sehingga dapat menghasilkan kue dengan aroma yang harum dan cita rasa yang enak. Kue-kue istimewa seperti kue tart, specolaas, saucijsebrood, moorkop, horen dan lain-lain dihasilkan dari tungku kayu bakar ini.

3.3 Sajian Restoran Tip Top