Strategi Pengembangan Usaha ”Nila Puff” dalam Meningkatkan Pendapatan Ikm Pengolahan Hasil Perikanan (Studi Kasus Pada C. ”X” Di Cibinong Bogor)

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ”NILA PUFF”

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN IKM PENGOLAHAN

HASIL PERIKANAN

(Studi Kasus pada CV. ”X” di Cibinong Bogor)

TIURMA YOSEPHINE NAINGGOLAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tugas Akhir “Strategi Pengembangan Usaha Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam forum apapun dan dimanapun.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Jakarta, Maret 2009

Tiurma Yosephine Nainggolan


(3)

ABSTRACT

Tiurma Yosephine Nainggolan.Strategy of “Nila Puff” Business Expansion in Increasing the income of IKM Fishery Product Processing (Study Case at CV. “X” Cibinong, Bogor). Under supervision : Komar Sumantadinata as leader and Ani Suryani as member

The very limited product of fishery is one of the reasons that lowering the consumption level of fish for Indonesian people. It is necessary to do diversification of fish products to increase the consumption of fish. One effort of the diversification is producing a snack puff. Snack puff is a snack that made of cooked cerelia under extrusion condition to change it to be puff/dry. The addition of nila fish powder to the snack puff product is named “nila puff”. CV. “’X” at Cibinong, Bogor is a nila puff producer who has partnership with Ministry of Marine Affairs and Fisheries, in this case is National Centre for Fishery Quality Control (NCQC). The purposes of this research are: (1) to know the influence of consumer’s preference of nila puff product for marketing and developing in the production unit, (2) to produce diversification forms at CV.”X” at Cibinong and the business aspect, (3) to know the future prospect of nila puff diversification which is done by CV. “X” at Cibinong through developing expansion business strategy.

Analysis method, which is used to analyze and interpret the data, is descriptive method, done by collecting data about potential information of raw product that produced by the company. Another analyzed data is by laboratory test to the final product quality, which includes microbiology test (ALT and fungus), chemical test, market demands and strategic competitors through macro at the nila puff production unit. Analysis method, like Importance Performance Analysis (IPA), External Factor Evaluation matrix (EFE) – Internal Factor Evaluation (IFE), Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) analysis, and break even point analysis, and also profit margin : BEP and B/C Ratio.

Based on the IPA result, receive four quadrant indication of each attribute criterias. The attribute which is necessary to get attention and should be priority in working improvement is packaging attribute, trade mark, ease attribute “halal” and easy to get product attribute. The break even point of CV. “X” is 422,717 unit products or Rp 339,247,917 in 2008 period, but the actual selling achieved by CV. “X” production unit is 1,440,000 unit products or Rp 1,152,000,000. This data indicates that the company already passed through the break even. But according to B/C Ratio calculation, got 1,52 point which indicates that the production unit is good to be done. Based on the SWOT matrix, it could be arranged some marketing strategic alternatives according to marketing mix. One suggestion for the company to develop the business in the future is to implement marketing strategy


(4)

RINGKASAN

Tiurma Yosephine Nainggolan. Strategi Pengembangan Usaha “Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan (Studi Kasus pada CV.”X” di Cibinong Bogor). Di bawah bimbingan Komar Sumantadinata sebagai Ketua dan Ani Suryani sebagai Anggota.

Terbatasnya bentuk olahan ikan merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia. Untuk meningkatkan konsumsi ikan perlu ditempuh upaya penganekaragaman (diversifikasi) bentuk olahan ikan, terutama menuju pada produk-produk yang biasa dikonsumsi masyarakat sehingga peluang produk untuk diterima dapat lebih besar.

Salah satu upaya penganekaragaman tersebut adalah pembuatan produk olahan dalam bentuk snack puff. Snack puff adalah makanan ringan yang terbuat dari serelia yang dimasak di bawah kondisi ekstrusi untuk mengubahnya dalam bentuk gembung/kering (puff/dry). Penambahan tepung ikan nila pada produk snack puff diberi nama ”nila puff”. CV. ”X” di Cibinong Bogor merupakan produsen nila puff yang bermitra dengan Departemen Kelautan dan Perikanan dalam hal ini adalah Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP).

CV ”X” selaku satu-satunya IKM yang memproduksi produk nila puff

diharapkan tidak hanya memproduksi, tetapi juga mampu mempromosikan dan menginformasikan kepada masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi produk nila puff ini sambil terus memperhatikan tingkat penerimaan (preferensi) konsumen. Dengan mempelajari preferensi konsumen terhadap produk yang dihasilkannya, maka produsen dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi perusahaan

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh preferensi konsumen nila puff dalam pemasaran dan pengembangan unit usaha, (2) menghasilkan bentuk-bentuk pengembangan unit usaha CV. “X” di Cibinong dari aspek bisnis, (3) mengetahui prospek ke depan pengembangan usaha nila

puff yang dilakukan oleh unit usaha CV. “X” di Cibinong, melalui penyusunan strategi pengembangan usaha.


(5)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyelesaian tugas akhir di unit usaha CV. ”X” adalah pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, pengelola, karyawan, instansi bidang terkait (BBP2HP), dan konsumen. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode judgement sampling sebanyak 100 responden. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait (Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Badan POM, BBP2HP, BPS).

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan data adalah metode deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain yang dianalisa adalah uji laboratorium terhadap mutu produk akhir yang meliputi uji mikrobiologi (ALT dan jamur), uji kimia (proksimat), permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang pengolahan unit usaha nila

puff ini. Sedangkan metode analisis berupa Importance Performance Analysis

(IPA), matriks External Factor Evaluation (EFE) – Internal Factor Evaluation

(IFE), serta analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) dan analisis titik impas dan profit margin : BEP danB/C Ratio.

Berdasarkan hasil IPA, diperoleh empat kuadran yang menunjukkan kriteria masing-masing atribut. Atribut yang perlu mendapatkan perhatian dan harus diprioritaskan perbaikan kinerjanya adalah atribut kemasan, merek, serta atribut halal.

Hasil analisis matriks IE menunjukkan nilai faktor internal 3,00 dan nilai matriks eksternal 2,90 memposisikan perusahaan pada kuadran V, yaitu growth

dan stability. Matriks internal dan eksternal menunjukkan bahwa unit usaha CV. “X” merespon peluang dan ancaman secara serius dan berada pada kondisi internal yang kuat. Berdasarkan data penjualan, ditunjukkan bahwa unit usaha CV. “X” berada pada fase pengembangan.

Titik impas unit usaha CV. “X” adalah 422.717 unit produk atau sebesar Rp 339.247.917,- pada periode 2008, sedangkan penjualan aktual yang telah dicapai unit usaha CV. “X” adalah sebanyak 1.440.000 unit produk atau sebesar Rp 1.152.000.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah melewati batas penjualan impas. Sedangkan untuk penghitungan B/C Ratio diperoleh nilai 1,52 yang menunjukkan unit usaha ini layak untuk dijalankan. Dengan demikian


(6)

dapat diketahui bahwa unit usaha CV. “X” ini telah memberikan laba pada pengusaha.

Berdasarkan analisis matriks SWOT dirumuskan empat jenis alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh unit usaha CV. ”X” yaitu (1) Strategi SO (Strengths Opportunities); (2) Strategi WO (Weaknesess Opportunities); (3) Strategi ST (Strengths Threats); (4) Strategi W T (Weaknesses Threats). Dengan menerapkan keempat jenis strategi di tersebut, maka usaha produk nila puff

yang dilakukan oleh CV. “X” memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan.

Saran untuk perusahaan dalam rangka pengembangan bisnis perusahaan di masa mendatang adalah mengimplementasikan alternatif-alternatif strategi pemasaran yang telah dirumuskan, diantaranya strategi produk, strategi harga, strategi tempat dan strategi promosi. Dengan demikian unit usaha CV. ”X” dapat lebih berdaya saing terhadap perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi komoditas sejenis.

Perusahaan diharapkan dapat menerapkan strategi yang dibuat berdasarkan respon konsumen dan di masa mendatang tetap melakukan survei kepuasan pelanggan. Hal lainnya, perusahaan hendaknya mendengarkan suara konsumen dengan menggunakan sistem keluhan dan saran melalui kotak saran, atau melalui telepon dan e-mail.


(7)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(8)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ”NILA PUFF”

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN IKM PENGOLAHAN

HASIL PERIKANAN

(Studi Kasus pada CV. ”X” di Cibinong Bogor)

TIURMA YOSEPHINE NAINGGOLAN

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(9)

Judul Tugas Akhir : Strategi Pengembangan Usaha ”Nila Puff” dalam Meningkatkan Pendapatan Ikm Pengolahan Hasil Perikanan

(Studi Kasus Pada C. ”X” Di Cibinong Bogor) Nama Mahasiswa : Tiurma Yosephine Nainggolan

Nomor Pokok : F.352064225

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, MSc Dr.Ir. Ani Suryani, DEA Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS


(10)

PRAKATA

Puji syukur bagi Allah Maha Kasih, yang telah menganugerahkan berkat serta penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil dan Menengah, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis Menyadari bahwa karya ilmiah ini dapat tersusun karena bantuan berbagai pihak, baik staf pengajar dan pembimbing di civitas akademika IPB, Direktur CV. “X” dan seluruh stafnya yang telah membantu kelancaran penelitian. Secara khusus penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, MSc selaku pembimbing utama dan Ibu Dr.Ir.Ani Suryani, DEA selaku pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan dan motivasinya sehingga penulis bersemangat menyelesaikan tesis ini. Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Segenap Dosen pengajar mata kuliah di program MPI angkatan 9. 2. Rekan-rekan mahasiswa S2 IPB program MPI angkatan 9.

3. Rekan-rekan petugas administrasi pada program MPI.

4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Ungkapan terima kasih dan rasa sayang yang tulus kepada suami tercinta serta kedua anak tersayang yang selama ini telah memberikan doa, semangat serta pengorbanan waktu kebersamaannya yang terpakai untuk belajar, kuliah dan tugas.

Akhirnya penulis berharap penelitian ini akan berguna sebagai kontribusi pemikiran pengembangan usaha bagi para pelaku bisnis di bidang pengolahan hasil perikanan.

Bogor, Maret 2009 Penulis


(11)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ”NILA PUFF”

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN IKM PENGOLAHAN

HASIL PERIKANAN

(Studi Kasus pada CV. ”X” di Cibinong Bogor)

TIURMA YOSEPHINE NAINGGOLAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(12)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tugas Akhir “Strategi Pengembangan Usaha Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam forum apapun dan dimanapun.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Jakarta, Maret 2009

Tiurma Yosephine Nainggolan


(13)

ABSTRACT

Tiurma Yosephine Nainggolan.Strategy of “Nila Puff” Business Expansion in Increasing the income of IKM Fishery Product Processing (Study Case at CV. “X” Cibinong, Bogor). Under supervision : Komar Sumantadinata as leader and Ani Suryani as member

The very limited product of fishery is one of the reasons that lowering the consumption level of fish for Indonesian people. It is necessary to do diversification of fish products to increase the consumption of fish. One effort of the diversification is producing a snack puff. Snack puff is a snack that made of cooked cerelia under extrusion condition to change it to be puff/dry. The addition of nila fish powder to the snack puff product is named “nila puff”. CV. “’X” at Cibinong, Bogor is a nila puff producer who has partnership with Ministry of Marine Affairs and Fisheries, in this case is National Centre for Fishery Quality Control (NCQC). The purposes of this research are: (1) to know the influence of consumer’s preference of nila puff product for marketing and developing in the production unit, (2) to produce diversification forms at CV.”X” at Cibinong and the business aspect, (3) to know the future prospect of nila puff diversification which is done by CV. “X” at Cibinong through developing expansion business strategy.

Analysis method, which is used to analyze and interpret the data, is descriptive method, done by collecting data about potential information of raw product that produced by the company. Another analyzed data is by laboratory test to the final product quality, which includes microbiology test (ALT and fungus), chemical test, market demands and strategic competitors through macro at the nila puff production unit. Analysis method, like Importance Performance Analysis (IPA), External Factor Evaluation matrix (EFE) – Internal Factor Evaluation (IFE), Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) analysis, and break even point analysis, and also profit margin : BEP and B/C Ratio.

Based on the IPA result, receive four quadrant indication of each attribute criterias. The attribute which is necessary to get attention and should be priority in working improvement is packaging attribute, trade mark, ease attribute “halal” and easy to get product attribute. The break even point of CV. “X” is 422,717 unit products or Rp 339,247,917 in 2008 period, but the actual selling achieved by CV. “X” production unit is 1,440,000 unit products or Rp 1,152,000,000. This data indicates that the company already passed through the break even. But according to B/C Ratio calculation, got 1,52 point which indicates that the production unit is good to be done. Based on the SWOT matrix, it could be arranged some marketing strategic alternatives according to marketing mix. One suggestion for the company to develop the business in the future is to implement marketing strategy


(14)

RINGKASAN

Tiurma Yosephine Nainggolan. Strategi Pengembangan Usaha “Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan (Studi Kasus pada CV.”X” di Cibinong Bogor). Di bawah bimbingan Komar Sumantadinata sebagai Ketua dan Ani Suryani sebagai Anggota.

Terbatasnya bentuk olahan ikan merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia. Untuk meningkatkan konsumsi ikan perlu ditempuh upaya penganekaragaman (diversifikasi) bentuk olahan ikan, terutama menuju pada produk-produk yang biasa dikonsumsi masyarakat sehingga peluang produk untuk diterima dapat lebih besar.

Salah satu upaya penganekaragaman tersebut adalah pembuatan produk olahan dalam bentuk snack puff. Snack puff adalah makanan ringan yang terbuat dari serelia yang dimasak di bawah kondisi ekstrusi untuk mengubahnya dalam bentuk gembung/kering (puff/dry). Penambahan tepung ikan nila pada produk snack puff diberi nama ”nila puff”. CV. ”X” di Cibinong Bogor merupakan produsen nila puff yang bermitra dengan Departemen Kelautan dan Perikanan dalam hal ini adalah Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP).

CV ”X” selaku satu-satunya IKM yang memproduksi produk nila puff

diharapkan tidak hanya memproduksi, tetapi juga mampu mempromosikan dan menginformasikan kepada masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi produk nila puff ini sambil terus memperhatikan tingkat penerimaan (preferensi) konsumen. Dengan mempelajari preferensi konsumen terhadap produk yang dihasilkannya, maka produsen dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi perusahaan

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh preferensi konsumen nila puff dalam pemasaran dan pengembangan unit usaha, (2) menghasilkan bentuk-bentuk pengembangan unit usaha CV. “X” di Cibinong dari aspek bisnis, (3) mengetahui prospek ke depan pengembangan usaha nila

puff yang dilakukan oleh unit usaha CV. “X” di Cibinong, melalui penyusunan strategi pengembangan usaha.


(15)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyelesaian tugas akhir di unit usaha CV. ”X” adalah pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, pengelola, karyawan, instansi bidang terkait (BBP2HP), dan konsumen. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode judgement sampling sebanyak 100 responden. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait (Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Badan POM, BBP2HP, BPS).

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan data adalah metode deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain yang dianalisa adalah uji laboratorium terhadap mutu produk akhir yang meliputi uji mikrobiologi (ALT dan jamur), uji kimia (proksimat), permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang pengolahan unit usaha nila

puff ini. Sedangkan metode analisis berupa Importance Performance Analysis

(IPA), matriks External Factor Evaluation (EFE) – Internal Factor Evaluation

(IFE), serta analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) dan analisis titik impas dan profit margin : BEP danB/C Ratio.

Berdasarkan hasil IPA, diperoleh empat kuadran yang menunjukkan kriteria masing-masing atribut. Atribut yang perlu mendapatkan perhatian dan harus diprioritaskan perbaikan kinerjanya adalah atribut kemasan, merek, serta atribut halal.

Hasil analisis matriks IE menunjukkan nilai faktor internal 3,00 dan nilai matriks eksternal 2,90 memposisikan perusahaan pada kuadran V, yaitu growth

dan stability. Matriks internal dan eksternal menunjukkan bahwa unit usaha CV. “X” merespon peluang dan ancaman secara serius dan berada pada kondisi internal yang kuat. Berdasarkan data penjualan, ditunjukkan bahwa unit usaha CV. “X” berada pada fase pengembangan.

Titik impas unit usaha CV. “X” adalah 422.717 unit produk atau sebesar Rp 339.247.917,- pada periode 2008, sedangkan penjualan aktual yang telah dicapai unit usaha CV. “X” adalah sebanyak 1.440.000 unit produk atau sebesar Rp 1.152.000.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah melewati batas penjualan impas. Sedangkan untuk penghitungan B/C Ratio diperoleh nilai 1,52 yang menunjukkan unit usaha ini layak untuk dijalankan. Dengan demikian


(16)

dapat diketahui bahwa unit usaha CV. “X” ini telah memberikan laba pada pengusaha.

Berdasarkan analisis matriks SWOT dirumuskan empat jenis alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh unit usaha CV. ”X” yaitu (1) Strategi SO (Strengths Opportunities); (2) Strategi WO (Weaknesess Opportunities); (3) Strategi ST (Strengths Threats); (4) Strategi W T (Weaknesses Threats). Dengan menerapkan keempat jenis strategi di tersebut, maka usaha produk nila puff

yang dilakukan oleh CV. “X” memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan.

Saran untuk perusahaan dalam rangka pengembangan bisnis perusahaan di masa mendatang adalah mengimplementasikan alternatif-alternatif strategi pemasaran yang telah dirumuskan, diantaranya strategi produk, strategi harga, strategi tempat dan strategi promosi. Dengan demikian unit usaha CV. ”X” dapat lebih berdaya saing terhadap perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi komoditas sejenis.

Perusahaan diharapkan dapat menerapkan strategi yang dibuat berdasarkan respon konsumen dan di masa mendatang tetap melakukan survei kepuasan pelanggan. Hal lainnya, perusahaan hendaknya mendengarkan suara konsumen dengan menggunakan sistem keluhan dan saran melalui kotak saran, atau melalui telepon dan e-mail.


(17)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(18)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ”NILA PUFF”

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN IKM PENGOLAHAN

HASIL PERIKANAN

(Studi Kasus pada CV. ”X” di Cibinong Bogor)

TIURMA YOSEPHINE NAINGGOLAN

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(19)

Judul Tugas Akhir : Strategi Pengembangan Usaha ”Nila Puff” dalam Meningkatkan Pendapatan Ikm Pengolahan Hasil Perikanan

(Studi Kasus Pada C. ”X” Di Cibinong Bogor) Nama Mahasiswa : Tiurma Yosephine Nainggolan

Nomor Pokok : F.352064225

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, MSc Dr.Ir. Ani Suryani, DEA Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS


(20)

PRAKATA

Puji syukur bagi Allah Maha Kasih, yang telah menganugerahkan berkat serta penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil dan Menengah, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis Menyadari bahwa karya ilmiah ini dapat tersusun karena bantuan berbagai pihak, baik staf pengajar dan pembimbing di civitas akademika IPB, Direktur CV. “X” dan seluruh stafnya yang telah membantu kelancaran penelitian. Secara khusus penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, MSc selaku pembimbing utama dan Ibu Dr.Ir.Ani Suryani, DEA selaku pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan dan motivasinya sehingga penulis bersemangat menyelesaikan tesis ini. Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Segenap Dosen pengajar mata kuliah di program MPI angkatan 9. 2. Rekan-rekan mahasiswa S2 IPB program MPI angkatan 9.

3. Rekan-rekan petugas administrasi pada program MPI.

4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Ungkapan terima kasih dan rasa sayang yang tulus kepada suami tercinta serta kedua anak tersayang yang selama ini telah memberikan doa, semangat serta pengorbanan waktu kebersamaannya yang terpakai untuk belajar, kuliah dan tugas.

Akhirnya penulis berharap penelitian ini akan berguna sebagai kontribusi pemikiran pengembangan usaha bagi para pelaku bisnis di bidang pengolahan hasil perikanan.

Bogor, Maret 2009 Penulis


(21)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Maret 1970 sebagai anak kedua dari pasangan Alm. Bapak F.B Nainggolan dan Alm. Ibu Tioria Samosir. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 30 Jakarta pada tahun 1989 dan menyelesaikan pendidikan Diploma III di Diklat Usaha Perikanan Jakarta pada tahun 1992. Pada tahun 2003, Penulis menyelesaikan pendidikan Diploma IV di Sekolah Tinggi Perikanan dan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Perikanan (S.St.Pi).

Sejak Oktober 1992 hingga Juli tahun 1994 penulis bekerja sebagai staf Quality Control (QC) pada perusahaan pembekuan udang PT. Berlian Mina Sejahtera Jakarta. Kemudian pada Agustus 1994 hingga Mei 1999 penulis pindah tugas sebagai staf ekspor impor di PT. Sumber Haslindo Jakarta. Selanjutnya pada bulan Juli tahun 1999 penulis memilih bekerja di jalur birokrat sebagai pegawai negeri sipil di lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan dalam hal ini Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan Jakarta sebagai staf bidang pengolahan hasil perikanan hingga saat ini.

Penulis menikah pada tahun 1996 dengan Antonius Bambang Subekti. Pada tahun 1997 penulis dikarunia puteri pertama yang bernama Gloria Christine Setiyowati dan pada tahun 2001 penulis kembali dikarunia putera kedua yang bernama Immanuel Parulian Setiadi.


(22)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 4 C.Tujuan ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 5

II. LANDASAN TEORI ... 6 A. Industri Kecil ... 6

1. Karakteristik Industri Kecil... 6 2. Penggolongan Industri Kecil ... 7 B. Pemasaran... 8

1. Unsur Strategi Persaingan ... 8 2. Unsur Taktik Pemasaran ... 9 3. Unsur Nilai Pemasaran ... 9 C. Preferensi Konsumen ... 9 D.Perilaku Konsumen... 11 E. Pengembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi ... 11 1. Tahap Pertama ... 12 2. Tahap Kedua ... 12 F. Aplikasi Manajemen Strategi Unit Usaha Nila Puff... 13 G.Snack Puff... 14 H. Kemunduran Mutu ... 15 I. Karakteristik Pengembangan Suatu Produk... 16

III. METODE KAJIAN ... 19 A. Pengumpulan Data ... 19 B. Pengolahan dan Analisis Data ... 19 1. Analisis IPA ... 20 2. Matriks IFE dan EFE ... 24 3. Matriks SWOT... 26


(23)

4. Analisis Titik Impas dan Profit Margin... 27 C. Aspek Kajian ... 28 1. Analisa Kelayakan Usaha ... 28 2. Perumusan dan Pemilihan Strategi Pengembangan Usaha... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33 A. Keadaan Umum ... 33 1. Sejarah dan Perkembangan Unit Usaha ... 33 2. Struktur Organisasi Unit Usaha ... 34 3. Karakteristik Responden yang merupakan Konsumen Produk

Nila Puff... 36 B. Hal yang dikaji... 38 1. Pengamatan Mutu Produk Nila Puff... 38 2. Respon Konsumen terhadap Dimensi Performance Produk Nila Puff 38 3. Analisis Lingkungan Internal ... 55 4. Analisis Lingkungan Eksternal ... 62 5. Analisis Matriks SWOT ... 77 6. Analisis Titik Impas dan Profit Margin... 80 7. Implementasi Strategis ... 82

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 87 A. Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN ... 91


(24)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Produksi perikanan menurut sub sektor perikanan... 1 2. Hasil uji organoleptik (deskripsi) produk nila puff ... 3 3. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat ... 15 4. Skor tingkat kepentingan ... 20 5. Skor tingkat pelaksanaan... 20 6. Sebaran persentase responden berdasarkan kelompok usia... 36 7. Sebaran persentase responden berdasarkan jenis kelamin ... 37 8. Sebaran persentase responden berdasarkan pekerjaan ... 37 9. Kandungan gizi nila puff per 100 gr bahan ... 38 10. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja citarasa. 40 11. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja aroma ... 40 12. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

bentuk dan ukuran ... 41 13. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

keragaman dan variasi produk... 43 14. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut harga produk ... 44 15. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

usaha promosi ... 46 16. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

manfaat yang dirasakan... 46 17. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

kandungan gizi... 47 18. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

kemudahan untuk memperoleh produk ... 48 19. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

daya tahan produk ... 49 20. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

kemasan ... 50 21. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut


(25)

22. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

halal ... 51 23. Perhitungan rataan dari penilaian tingkat kepentingan dan kinerja

atribut mutu produk nila puff pada unit usaha CV. ”X” di Cibinong ... 52 24. Perkembangan harga jual produk nila puff tahun 2007-2008 ... 61 25. Faktor penyusun harga jual produk nila puff tahun 2007 ... 61 26. Pesaing kuat unit usaha CV. ”X” ... 68 27. Hasil matriks IFE ... 74 28. Hasil matriks EFE ... 74 29. Perumusan strategi unit usaha CV. ”X” dengan matriks SWOT kualitatif 78 30. Biaya tetap total pembuatan nila puff periode 2008... 80 31. Biaya tidak tetap total pembuatan nila puff periode 2008 ... 80 32. Perhitungan titik impas pada pembuatan produk nila puff... 81 33. Perbandingan penjualan aktual dan penjualan titik impas pada unit


(26)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Nila puff... 3 2. Diagram Kartesius (Umar, 2003) ... 22 3. Matriks IE (Kotler, 2002) ... 25 4. Diagram analisa SWOT (Rangkuti, 2000)... 26 5. Struktur organisasi unit usaha CV. ”X”... 34 6. Diagram Kartesius kepuasan konsumen terhadap produk ... 53 7. Hasil matriks IE ... 75


(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Kuesioner penelitian ... 92 2. Alur proses pengolahan nila puff... 103 3. Unit usaha CV. ”X” ... 105 4. Perhitungan matriks IFE-EFE ... 106


(28)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang kaya dan potensial, baik dari perikanan laut, perairan umum maupun perikanan budidaya. Menurut data statistik perikanan dan kelautan tahun 2008 (Tabel 1) terlihat adanya peningkatan produksi perikanan yang cukup signifikan mulai dari tahun 1988, 2005 sampai tahun 2007.

Tabel 1. Produksi perikanan menurut sub sektor perikanan Satuan : Ton

Sub Sektor 1988 2005 2007

Perikanan Laut 2.169.557 4.468.010 4. 734.280 Perairan Umum 281.264 301.150 310.457 Perikanan Budidaya Sub Jumlah 430.348 2.682.596 3.193.565 Budidaya Laut - 1.365.918 1.728.475

Tambak 233.283 629.610 645.489

Kolam 104.187 381.946 391.792

Karamba 3.625 56.200 44.790

Jaring Apung - 143.251 211.322

Sawah 89.253 105.671 171.697

Jumlah 2.881.169 7.451.756 8.238.302 Sumber : Statistik Perikanan dan Kelautan Tahun 2008

Dari data di atas, bila dilakukan perbandingan jumlah produksi sub sektor perikanan laut pada tahun 1988 dan tahun 2007 terlihat jelas kenaikannya mencapai lebih dari 100%, sedangkan jumlah produksi sub sektor perikanan budidaya kenaikannya sangat fantastis yaitu mencapai sekitar 600%. Hal ini menunjukkan tingginya minat para pelaku usaha perikanan dalam mengembangkan usahanya terutama di sub sektor perikanan budidaya.

Sangat disayangkan peningkatan jumlah produksi ini belum diimbangi dengan peningkatan mutu, ditunjukkan bahwa 20% dari produksi perikanan Indonesia bermutu tinggi, 30-40% bermutu sedang dan 40-60% bermutu rendah (DKP, 2008)


(29)

Sedangkan untuk pemanfaatan produksinya yaitu 50% dijual ke pasar dalam bentuk ikan segar, 40% diolah secara tradisional dan 10% diolah secara modern (DKP, 2008). Dari data ini terlihat bahwa secara nilai ekonomi, produksi perikanan Indonesia masih sangat rendah karena sebagian besar hanya dijual dalam bentuk segar sehingga perlu dilakukan diversifikasi produk yang tentu saja didukung dengan penerapan teknik sanitasi dan higiene yang baik sehingga diperoleh produk dengan mutu yang baik dan nilai jual yang tinggi.

Pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia saat ini diprioritaskan pada sektor industri, baik industri besar, industri menengah, maupun industri kecil. Keberadaan industri kecil yang tersebar di masyarakat Indonesia telah memberikan andil yang besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia. Industri kecil di Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa, serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997).

Salah satu jenis ikan air tawar yang berpotensi sebagai sumber protein hewani dan dapat dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat adalah ikan nila. Ikan nila memiliki beberapa keunggulan, yaitu dagingnya putih, tebal, sedikit duri dan rasanya enak sehingga disukai konsumen (Rukmana, 1997).

Konsumsi protein penduduk Indonesia masih rendah, yakni 17,85 kg/kapita/tahun pada tahun 1994 dan diproyeksikan menjadi 19,20 kg/kapita/tahun untuk tahun 1998. Usaha peningkatan konsumsi ikan diarahkan untuk mencapai standar konsumsi protein sebesar 4,5 gr/kapita/hari. Selama pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, konsumsi ikan penduduk Indonesia diharapkan meningkat menjadi 26 kg/kapita/tahun dengan pola konsumsi bergeser ke ikan basah atau segar (Rukmana, 1997).

Terbatasnya bentuk olahan ikan merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia. Untuk meningkatkan konsumsi ikan, perlu ditempuh upaya penganekaragaman (diversifikasi) bentuk olahan ikan, terutama menuju pada produk-produk yang biasa dikonsumsi masyarakat sehingga peluang produk untuk diterima lebih besar (Subaryono, 2003).


(30)

Salah satu upaya penganekaragaman tersebut adalah pembuatan produk olahan dalam bentuk snack puff. Snack puff adalah makanan ringan yang terbuat dari serelia yang dimasak di bawah kondisi ekstrusi untuk mengubahnya dalam bentuk gembung/kering (puff/dry) (Mottur dkk,1985). Penambahan tepung ikan nila (Oreochromis niloticus) pada produk snack puff diberi nama ”nila puff”. Produk nila puff dalam berbagai macam bentuk dan rasa dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Nila puff

Pada produk nila puff terdapat kandungan gizi berupa protein dan mineral, hal ini ditunjukkan dari data hasil pengujian yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP) terhadap produk nila puff . Adapun penilaian panelis yang ada di BBP2HP untuk uji organoleptik produk nila puff ini adalah seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji organoleptik (deskripsi) produk nila puff Hasil Pengamatan

Penampakan Tekstur Bau Rasa Nilai

Sangat menarik, warna kuning cerah

Sangat renyah dan lembut

Harum flavor

ayam bawang, ada sedikit bau amis

Sangat enak, gurih

8,50

Produk tersebut sudah cukup dikenal dan digemari masyarakat setempat, hal ini terlihat dari data sementara sejak produk tersebut mulai dipasarkan pada awal tahun 2007 mencapai 4,8 ton (CV ”X”, 2007). Dengan demikian diharapkan


(31)

pengembangan produk nila puff ini dapat diterima dan akhirnya dapat meningkatkan konsumsi ikan masyarakat.

CV ”X” selaku satu-satunya IKM yang memproduksi produk nila puff

diharapkan tidak hanya memproduksi, tetapi juga mampu mempromosikan dan menginformasikan kepada masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi produk nila puff ini sambil terus memperhatikan tingkat penerimaan (preferensi) konsumen. Dengan mempelajari preferensi konsumen terhadap produk yang dihasilkannya, maka produsen dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi perusahaan

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, pengembangan diversifikasi produk harus terus dilakukan guna meningkatkan konsumsi ikan masyarakat. Untuk itu perlu ditentukan upaya-upaya yang harus dilakukan sebagai strategi pengembangan usaha CV. “X” di Cibinong guna mengetahui prospek pengembangan usaha nila puff bukan hanya bagi CV. “X” di Cibinong tetapi juga IKM pengolahan hasil perikanan yang lain.

Secara ringkas permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh preferensi konsumen nila puff dalam pemasaran dan pengembangan unit usaha ?

2. Bentuk–bentuk pengembangan usaha apa yang dapat dilakukan unit usaha CV. “X” di Cibinong, terutama dari aspek bisnis ?

3. Bagaimana prospek usaha nila puff yang dilakukan oleh unit usaha CV. “X” di Cibinong melalui penyusunan strategi perusahaan?

C. Tujuan

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh preferensi konsumen nila puff dalam pemasaran dan pengembangan unit usaha.

2. Menghasilkan bentuk-bentuk pengembangan unit usaha CV. “X” di Cibinong dari aspek bisnis.


(32)

3. Mengetahui prospek usaha nila puff yang dilakukan oleh unit usaha CV. “X” di Cibinong, melalui penyusunan strategi perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berikut:

1. Sumbangan pemikiran bagi pelaku bisnis produk olahan hasil perikanan pada umumnya dan pelaku bisnis produk nila puff pada khususnya dalam melakukan strategi perbaikan mutu produk, sehingga produk nila puff

semakin dikenal dan disukai oleh konsumen.

2. Sumbangan pemikiran dan bahan referensi dalam mempopulerkan dan mengoptimalkan pemanfaatan ikan air tawar berupa ikan nila.

3. Sumbangan pemikiran dan bahan evaluasi bagi IKM pengolahan hasil perikanan guna pengembangan usaha.


(33)

II. LANDASAN TEORI

A. Industri Kecil

Industri kecil menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 1997) adalah sebuah perusahaan industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang, termasuk pekerja yang dibayar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang tidak dibayar. Perusahaan industri yang memiliki pekerja kurang dari lima orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga atau kerajinan rakyat.

Disebutkan oleh Musa (1997) dalam Undang-Undang Usaha Kecil No. 9 tahun 1995, industri kecil sebagai bagian dari usaha kecil di Indonesia didefinisikan sebagai industri yang memiliki aset tidak lebih dari Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan) atau omzet/tahun Rp 1 milyar. Operasional di lapangan dapat dikatagorikan atas usaha menengah (Rp 700 juta ≤ omzet/tahun < Rp 1 milyar), usaha mandiri (Rp 100 juta ≤ omzet/tahun < Rp 700 juta) dan usaha tangguh (Rp 50 juta ≤ omzet/tahun < Rp 100 juta). Dalam pengertian lainnya, industri kecil dapat dikelompokkan atas dasar perusahaan sekadar hidup, perusahaan pelengkap/penunjang, perusahaan yang didasarkan pada ide dengan kemungkinan untuk timbul dan berkembang, serta perusahaan mapan yang dikatagorikan dalam batas informal dan formal (aset dan omzet).

1. Karakteristik Industri Kecil

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1994) menyebutkan bahwa industri kecil di Indonesia umumnya memiliki ciri-ciri berikut :

a. Pemilik adalah golongan ekonomi lemah.

b. Pemilik juga menjadi pemimpin perusahaan dan masih membutuhkan bimbingan kewirausahaan.

c. Administrasi perusahaan masih bersifat sederhana dan kurang teratur, serta belum berbentuk badan hukum.

d. Pengusaha tidak dapat memberikan jaminan guna mendapat kredit dari perbankan.

e. Hubungan kerja antara pengusaha dan karyawan tidak formal dan bersifat kekeluargaan.


(34)

f. Proses produksi masih sederhana dan sebagian besar masih bersifat tradisional.

g. Mutu produk umumnya tidak tetap dan disain kurang mengikuti selera pasar.

h. Pemasaran produk masih lemah.

Menurut Allun (1987), karakteristik dari usaha kecil adalah :

a. Tipe pemilihan atau pengusaha yang cenderung kepada perseorangan artinya pemilik merangkap manajer.

b. Jumlah tenaga kerja per unit usaha relatif tidak banyak tenaga kerja yang digunakan dan umumnya berasal dari anggota keluarga atau orang di lingkungan sekitar unit usaha tersebut.

c. Penggunaan energi mengarah pada sumber daya tradisional, yaitu dari tenaga manusia, tenaga hewan atau dengan menggunakan peralatan/mesin dengan tipe sederhana.

d. Teknologi yang digunakan biasanya sederhana dan bersifat tradisional, meskipun terbuka kemungkinan adanya penggunaan teknologi yang maju.

2. Penggolongan Industri Kecil

Industri kecil di Indonesia berkembang corak dan ragamnya, maka Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1994) mengklasifikasikan industri kecil di Indonesia atas dua macam, yaitu :

a. Menurut sifat dan teknologinya. b. Menurut jenis industrinya.

Menurut Allun (1987), berdasarkan sifat dan teknologi, industri dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :

a) Kelompok Industri Kecil Tradisional

Kelompok industri ini memiliki ciri-ciri seperti menerapkan teknologi sederhana, berlandaskan dukungan unit pelaksana teknis dan berkaitan dengan sektor ekonomi lain secara regional.

b) Kelompok Kerajinan

Industri kecil yang termasuk di dalam kelompok kerajinan memiliki ciri-ciri seperti menerapkan teknologi tepat guna tingkat madya dan sederhana, mengemban misi pelestarian budaya bangsa dan merupakan perpaduan


(35)

industri kecil yang menerapkan proses modern dengan keterampilan tradisional.

c) Kelompok Industri Kecil Modern

Ciri-ciri kelompok industri kecil modern adalah menerapkan teknologi madya hingga modern dengan skala produksi terbatas, berdasarkan dukungan penelitian dan pengembangan, serta menggunakan mesin-mesin produksi khusus.

B. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (Rangkuti, 2000),

Unsur-unsur utama pemasaran menurut Rangkuti (2000) dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama yaitu :

1. Unsur Strategi Persaingan

Unsur strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

a. Segmentasi pasar

Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk dan bauran pemasaran tersendiri.

b. Targeting

Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki.

c. Positioning

Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen.


(36)

2. Unsur Taktik Pemasaran

Terdapat dua unsur taktik pemasaran, yaitu :

a. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain.

b. Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk, harga, promosi dan tempat.

3. Unsur Nilai Pemasaran

Nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a. Merek atau brand, yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan. Jika brand equity

ini dapat dikelola dengan baik, perusahaan yang bersangkutan setidaknya akan mendapatkan dual hal. Pertama, para konsumen akan menerima nilai produknya. Mereka dapat merasakan semua manfaat yang diperoleh dari produk yang mereka beli dan merasa puas karena produk itu sesuai dengan harapan mereka. Kedua, perusahaan itu sendiri memperoleh nilai melalui loyalitas pelanggan terhadap merek, yaitu peningkatan margin keuntungan, keunggulan bersaing dan efisiensi serta efektivitas kerja khususnya pada program pemasarannya.

b. Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen. Kualitas pelayanan kepada konsumen ini perlu terus-menerus ditingkatkan.

C. Preferensi Konsumen

Persepsi adalah suatu proses individu dalam memilih, merumuskan dan menafsirkan informasi dengan caranya sendiri untuk menciptakan gambaran tersendiri dalam benak pikirannya. Persepsi yang sudah melekat dalam seseorang akan menjadi suatu preferensi bagi dirinya. Preferensi yang terbentuk dari suatu produk dapat diartikan sebagai tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu hal (Ndubisi, 2003).


(37)

Preferensi terhadap nila puff dapat didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan konsumen terhadap nila puff atau penilaian positif maupun negatif terhadap atribut-atribut yang ditampilkan pada nila puff

tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologi, perasaan dan sikap seseorang. Menurut Engel, dkk (1994), preferensi konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis. Faktor kebudayaan mengacu pada nilai, gagasan, artefak dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu berkomunikasi, melakukan penafsiran dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat, yang meliputi budaya dan kelas sosial. Faktor sosial meliputi kelompok referensi, keluarga, peranan dan status, dimana faktor sosial merupakan faktor yang memberikan motivasi bagi konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. Keluarga merupakan unit pengambilan keputusan utama dan anggota keluarga membentuk preferensi yang paling berpengaruh dalam membentuk perilaku pembeli. Faktor pribadi meliputi usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian, gaya hidup serta konsep diri. Kepribadian pada perilaku merupakan respon konsisten terhadap stimulasi lingkungan dan hal ini penting diketahui untuk membantu evaluasi tindakan pemasaran sebelum dilaksanakan di pasar, sehingga pihak pemasar dapat merencanakan target dan pangsa pasarnya. Faktor psikologis yang mempengaruhi persepsi konsumen meliputi motivasi, persepsi, proses pembelajaran, kepercayaan dan sikap.

Pengukuran preferensi konsumen terhadap suatu produk menggunakan model pengukuran yang dapat menganalisa hubungan antara pengetahuan konsumen terhadap produk yang dimilikinya dengan sikap atas produk tersebut sesuai dengan ciri maupun atribut yang ditampilkannya. Salah satu metode yang digunakan adalah survei terhadap konsumen. Dalam metode ini diasumsikan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku dan persepsi konsumen dapat membentuk suatu perilaku konsumen. Kepercayaan yang dimiliki konsumen mengenai obyek sikap merupakan fokus utama dalam pendekatan metode ini, sehingga untuk selanjutnya dapat dilakukan peramalan pasar berdasarkan perilaku konsumen sasarannya.


(38)

D. Perilaku Konsumen

Menurut UU Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup dan tidak untuk diperdagangkan. Para produsen berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui yang dibutuhkannya, seleranya dan caranya mengambil keputusan, sehingga produsen dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen (Sihombing, 2002). Pemahaman mendalam tentang konsumen akan memungkinkan produsen dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga mau membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen.

Persepsi merupakan suatu proses individu dalam memilih, merumuskan dan menafsirkan informasi dengan caranya sendiri untuk menciptakan gambaran tersendiri dalam benak pikirannya. Persepsi yang sudah melekat dalam seseorang akan menjadi suatu preferensi bagi dirinya. Preferensi yang terbentuk dari suatu produk dapat diartikan sebagai tingkatan kesukaan konsumen terhadap suatu hal, Rifai (2002).

E. Pengembangan Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi

Syaukat (2002) mengatakan bahwa pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi tergantung pada beberapa faktor, antara lain :

1. Kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan

endogenous resources di Kota/Kabupaten.

2. Kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing.

3. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun ekspor).

4. Berbasis bahan baku domestik. 5. Substitusi impor.


(39)

Syaukat (2002) mengatakan bahwa langkah-langkah operasional pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi adalah :

1. Tahap pertama :

a. Penumbuhan iklim usaha kondusif.

b. Kebijakan persaingan sehat dan pengurangan distorsi pasar.

c. Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi untuk mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi.

d. Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan.

2. Tahap kedua :

1. Dukungan penguatan.

2. Peningkatan mutu SDM usaha kecil, menengah dan koperasi. 3. Peningkatan penguasaan teknologi.

4. Peningkatan penguasaan informasi. 5. Peningkatan penguasaan modal. 6. Peningkatan penguasaan pasar. 7. Perbaikan organisasi dan manajemen. 8. Pencadangan tempat usaha.

9. Pencadangan bidang-bidang usaha

Faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya kemampuan untuk bertahan bagi industi kecil dalam menghadapi krisis (Haryadi, 1998) adalah : 1. Jenis produksi yang dihasilkan memang benar-benar kebutuhan

masyarakat.

2. Bahan baku yang mendukung aktivitas industri didatangkan dari luar atau daerah desa sekitar industri beroperasi.

3. Industri kecil merupakan usaha yang padat karya dan bukan padat modal. 4. Tidak menggunakan material impor, baik sebagai bahan baku maupun

sebagai bahan pendukung bagi industri kecil tersebut.

Menurut Haryadi (1998), ada lima aspek yang berkaitan erat dengan perkembangan usaha kecil, yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakerjaan, kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam hal ini pemasaran, tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu


(40)

usaha. Tujuan dan orientasi pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk.

Pengembangan usaha kecil (Haryadi, 1998) meliputi :

1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya usaha kecil.

2. Mewujudkan usaha kecil menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga mampu menjadi kekuatan ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional.

3. Mendorong usaha kecil agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan.

4. Menciptakan bentuk-bentuk kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan usaha kecil dalam kompetisi di tingkat nasional maupun internasional.

F. Aplikasi Manajemen Strategi Unit Usaha Nila Puff

Manajemen strategi merupakan seni pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya (David, 1997). Rumusan perencanaan tersebut harus menyeluruh dan terpadu, agar perusahaan atau organisasi dapat menjawab misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Penggunaan konsep dan teknik manajemen strategi dalam lingkungan industri yang dijalankan oleh perusahaan dapat dilaksanakan dengan pendekatan proaktif, memperhatikan kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam menghadapi setiap ancaman dan peluang yang ada. Pengalaman membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan perencanaan strategi berpeluang besar mencapai kesuksesan, jika dibandingkan dengan yang tidak melakukannya.

Penerapan manajemen strategik dalam usaha kecil, khususnya unit usaha nila puff bertujuan untuk melakukan pengembangan usaha, sehingga dapat melakukan efisiensi dan efektifitas yang dapat meningkatkan keuntungan (profit), serta selain itu penerapan manajemen strategik akan


(41)

memberikan dampak bagi terbukanya peluang pasar baru dan kontinuitas produk pada unit usaha nila puff.

Menurut David (1997), teknis perumusan strategi yang digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu : (1) tahap mengumpulkan data yang meringkas informasi input

dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi, (2) tahap pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal, (3) tahap keputusan, merupakan tahap untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan.

G. Snack Puff

Menurut Muchtadi (1988), snack (makanan ringan) adalah makanan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama dan umumnya sudah merupakan bagian yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada kalangan anak-anak dan remaja.

Snack puff merupakan salah satu makanan ringan ekstrudat. Makanan ringan ekstrudat adalah makanan ringan yang dibuat melalui proses ekstrusi dari bahan baku tepung jagung serta bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dengan atau tanpa melalui proses penggorengan (BSN, 2000).

Snack ekstrusi atau snack mengembang (puffed snack) merupakan

snack generasi kedua yang dapat diproduksi dalam berbagai jenis berdasarkan kandungan gizinya, seperti kandungan proteinnya, rendah kalori, termasuk tinggi kandungan seratnya. Produk ini memiliki densitas yang rendah, dibumbui dengan penyedap rasa, minyak, dan garam.

Produk ekstrusi yang yang akan dikaji dalam kegiatan ini merupakan produk ekstrusi yang sudah mengalami penambahan tepung ikan nila dalam hal ini disebut nila puff. Adapun penambahan tepung nila di sini adalah sebagai campuran pada adonan flavor yang dijadikan sebagai pelapis (coating) pada produk snack puff. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat dapat dilihat pada Tabel 3.


(42)

Tabel 3. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat

No Jenis uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan

- Bau normal

- Rasa normal

- Warna normal

2 Kadar air % b/b maks. 4

3 Kadar lemak

- Tanpa proses penggorengan % b/b maks. 30 - Dengan proses penggorengan % b/b maks. 38 4 Kadar silikat % b/b Maks. 0,1 5 Bahan Tambahan Makanan

- Pemanis buatan sesuai SNI 01-0222-1995 dan Permenkes no 722/Menkes/Per/ IX / 1988

- Pewarna s.d.a

6 Cemaran logam

- Timbal (Pb) mg/kg maks. 1,0 - Tembaga (Cu) mg/kg maks. 10 - Seng (Zn) mg/kg maks. 40 - Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,05

7 Arsen mg/kg maks. 0,5

8 Cemaran Mikroba

- Angka Lempeng Total (ALT) koloni/g maks. 1,0 x 104 - Kapang koloni/g maks. 50

- Escherichia coli APM/g negatif

Sumber : BSN (2000)

H. Kemunduran Mutu

Semua bahan pangan mudah rusak dan ini berarti bahwa setelah suatu jangka waktu penyimpanan tertentu, ada kemungkinan untuk membedakan antara bahan pangan segar dengan bahan pangan yang telah disimpan selama jangka waktu tersebut. Perubahan yang terjadi merupakan suatu kerusakan atau kemunduran mutu (Bukle dkk, 1985).

Faktor-faktor penyebab kerusakan dapat dibagi dua yaitu yang secara alamiah sudah ada dalam produk (perubahan fisik karena suhu, perubahan biokimia dan kimia karena mikroorganisme atau karena interaksi antara berbagai komponen dalam produk) dan yang tergantung dari lingkungan sekitar (kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan pangan, penyerapan dari dan interaksi dengan oksigen, dan hilang atau bertambahnya cita rasa) Bukle, dkk (1985).


(43)

Kerenyahan bahan pangan berkadar air rendah dipengaruhi oleh kandungan air dan akan hilang karena adanya plastisasi struktur fisik oleh suhu atau air. Menurut Nelason dan Labuza (1993) dalam Adawiyah (2006), sereal kering memiliki tekstur yang renyah dalam keadaan gelas, tetapi plastisasi akibat peningkatan kadar air atau suhu menyebabkan terjadinya perubahan material menjadi keadaan karet atau rubbery sehingga produk menjadi lembek (sogginess). Aktivitas air (aw) kritis di mana terjadi kehilangan

kerenyahan berbeda-beda untuk produk yang berbeda, pada umumnya terjadi pada aw 0,35 dan 0,50. Hilangnya kerenyahan sebagai akibat transisi

gelas terjadi selama penyimpanan ketika kadar air atau aw kritis terlewati dan

menurunkan suhu transisi gelas (Tg) bahan sampai di bawah suhu kamar. Kontak antara produk pangan dengan udara akan mengakibatkan kontaminasi produk oleh mikroba. Banyak diantara mikroba seperti

Staphylococcus aureus dan Achromobacter dapat menghidrolisis lemak sehingga menghasilkan asam lemak yang dapat menimbulkan bau dan rasa tengik (Ketaren, 1986).

I. Karakteristik Pengembangan Suatu Produk

Produk nila puff disebut produk relatif baru karena baru mulai dikembangkan sehingga belum begitu populer di masyarakat. Menurut Kotler (1991) “Produk baru” dimaksudkan meliputi produk orisinil, produk perbaikan, produk modifikasi, dan merk baru yang dikembangkan oleh perusahaan melalui usaha R&D perusahaan dan juga produk yang oleh konsumen dianggap baru.

Dalam mengembangkan jenis produk baru, perlu diperhatikan hal-hal yang dapat menggangu keberhasilan pengembangan produk baru tersebut seperti :

a. Kurangnya ide untuk pengembangan produk baru dalam beberapa jenis produk.

b. Kesalahan dalam melakukan “positioning” produk baru tersebut. c. Hambatan yang berasal dari pihak masyarakat atau pemerintah.

d. Besarnya biaya R&D, produksi dan pemasaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka menemukan suatu produk yang siap dilempar ke pasaran.


(44)

f. Kurangnya penelitian terhadap pasar dan kurangnya analisa mengenai daya saing produk tersebut di pasar.

g. Advertensi yang tidak cukup menarik minat konsumen untuk membeli produk baru tersebut.

h. Produk tidak menjanjikan keuntungan bagi konsumen. i. Kompetitor jauh lebih unggul.

Untuk menghindari kegagalan tersebut, maka perusahaan dituntut untuk membentuk suatu organisasi pengelolaan proses pengembangan produk yang efektif, menerapkan konsep dan alat analitik yang baik dalam masing-masing langkah dalam proses pengembangan produk baru.

Bisnis memerlukan produk baru untuk bertahan hidup. Mengetahui kemungkinan penyebab kegagalan produk sangatlah penting, lebih penting lagi belajar dari perusahaan yang mempunyai pencapaian yang tinggi atas keberhasilan produk baru secara konsisten. Menurut George (1985) karakteristik sukses yang umum dalam pengembangan suatu produk adalah : a. Komitmen yang jelas dan dukungan yang besar dalam hal uang dan waktu. b. Ditunjukkan dalam “style” manajemen, prioritas, organisasi profesional,

dukungan jasa dari konsultan dan pemasok dari luar dan sebagainya.

c. Komunikasi terbuka akan komitmen tersebut antar perusahaan, industri dan pemegang saham.

d. Kemajuan karir untuk semangat wiraswasta dan konseptual yang dirangsang untuk meninggalkan jalan prosedur rutin ke dunia pengembangan produk baru yang lebih berisiko dan mungkin lebih menguntungkan

Dari uraian tersebut di atas dapat disampaikan bahwa pengembangan produk baru adalah kegiatan yang beresiko tinggi, dikarenakan kegiatan ini melibatkan investasi yang cukup besar, baik dari aspek uang, sumber daya lainnya maupun waktu. Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksanaan proses pengembangan baru memerlukan pengelolaan yang cermat dan profesional agar dapat menghasilkan produk baru yang memiliki keunggulan komparatif. Selain itu termasuk elemen-elemen terpenting dari suatu pengembangan produk baru yang sukses, diantaranya komitmen pimpinan puncak, kemampuan manajemen R&D, isu-isu teknologi, isu-isu pemasaran dan kepuasan pelanggan.


(45)

Di samping itu produk baru adalah sumber kehidupan perusahaan di masa depan. Untuk dapat tumbuh dan bersaing, setiap perusahaan dituntut untuk mengadakan pengembangan produknya, di mana pengembangan produk merupakan salah satu cara untuk memperluas pasar dengan cara memperluas jenis produk yang telah ada.


(46)

III. METODE KAJIAN

Kajian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan November 2008 hingga Januari 2009 di CV. ”X” di Cibinong, Bogor sebagai satu-satunya produsen nila puff yang bermitra dengan pemerintah yaitu Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP).

A. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, pengelola, karyawan, instansi bidang terkait (BBP2HP) dan konsumen. Kuesioner untuk wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode judgement sampling, yaitu memilih konsumen yang paling tepat untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Jumlah contoh yang diteliti pada kajian ini sebanyak 100 responden.

b. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait (Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Badan POM, BBP2HP, BPS).

B. Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan data adalah :

a. Metode Deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain yang dianalisa adalah uji laboratorium terhadap mutu produk akhir yang meliputi uji mikrobiologi (ALT dan jamur), uji kimia (kadar air, kalsium, protein), permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang pengolahan unit usaha nila puff ini.

b. Metode analisis berupa Importance Performance Analysis (IPA), matriks

InternalFactor Evaluation (IFE) – External Factor Evaluation (EFE), serta analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) dan analisis titik impas dan profit margin : BEP danB/C Ratio.


(47)

1) Analisis IPA

Metode yang digunakan untuk menganalisis respon konsumen terhadap produk nila puff adalah teknik deskriptif kuantitatif (Umar, 2003). Respon konsumen dapat dilihat dari penilaian yang diberikan konsumen terhadap karakteristik produk.

Tingkat kepentingan dari produk adalah seberapa penting suatu dimensi produk bagi konsumen atau seberapa besar harapan konsumen terhadap kinerja suatu karakteristik. Untuk mengetahui tingkat kepentingan secara nyata dari kinerja produk oleh konsumen digunakan skala interval (Umar, 2003). Data skala interval diberi skor secara kuantitatif untuk dipakai dalam perhitungan (Tabel 4).

Tabel 4 Skor tingkat kepentingan.

Kriteria Jawaban Skor (Nilai) Tidak penting 1 Kurang penting 2 Cukup penting 3

Penting 4 Sangat penting 5

Sumber : Umar, 2003.

Untuk tingkat pelaksanaan/kinerja adalah kinerja aktual dari kinerja yang telah diberikan oleh produk nila puff yang dirasakan oleh pelanggannya. Untuk tingkat pelaksanaan setiap kriteria jawaban memiliki skor tertentu berdasarkan skala interval (Tabel 5).

Tabel 5 Skor tingkat pelaksanaan.

Kriteria jawaban Skor (Nilai)

Tidak baik 1

Kurang baik 2

Cukup baik 3

Baik 4

Sangat baik 5


(48)

Menurut Umar (2003), untuk mengukur sejauh mana tingkat kepentingan dan tingkat kinerja terhadap perusahaan menurut pendapat konsumen, digunakan analisis Importance Performance Analysis (IPA). Setelah diperoleh hasil penilaian tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan, maka dilakukan perhitungan mengenai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari produk. Skor rataan kepentingan dikurangi dengan skor rataan pelaksanaan akan diperoleh total skor gap (kesenjangan). Untuk menghitung tingkat kesesuaian konsumen dilakukan dengan cara menghitung perbandingan rataan skor kinerja dan rataan skor kepentingan yang menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelaksanaan (kinerja) produk yang dihasilkan. Tingkat kesesuaian ini akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Menurut Supranto, 1997 rumus yang digunakan adalah :

Xi

Tki = x 100% Yi

Keterangan:

Tki = Tingkat kesesuaian responden

Xi = Rataan skor penilaian kinerja perusahaan. Yi = Rataan skor penilaian kepentingan konsumen

Jika bobot tingkat kinerja lebih besar atau sama dengan bobot tingkat kepentingan, berarti kinerja unit usaha telah memenuhi harapan konsumen. Jika bobot kinerja lebih kecil dari bobot tingkat harapan, berarti kinerja masih di bawah harapan. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan konsumen belum tercapai sehingga dianggap perlu untuk lebih meningkatkan kinerja sehingga mampu memenuhi harapan konsumen.

Masing-masing dimensi diposisikan dalam sebuah diagram, dimana skor rataan penilaian terhadap tingkat pelaksanaan (kinerja) (X) menunjukkan posisi suatu dimensi pada sumbu X, sementara posisi dimensi pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rataan tingkat kepentingan (harapan) konsumen terhadap atribut (Y). Bobot


(49)

penilaian kinerja perusahaan dan bobot penilaian kepentingan konsumen didasarkan pada nilai rataan dan disusun ke dalam diagram Kartesius (Gambar 2).

D. Berlebihan C. Prioritas rendah

B. Pertahankan posisi A. Prioritas utama

Y (Tingkat kepentingan)

X (Tingkat kinerja)

Gambar 2. Diagram Kartesius (Umar, 2003)

Hasil dari perhitungan nilai X dan Y digunakan sebagai pasangan koordinat titik-titik dimensi yang memposisikan suatu dimensi pada diagram Kartesius. Adapun penghitungan bobot rataan untuk tingkat penilaian kinerja perusahaan dan kepentingan konsumen dapat dirumuskan seperti berikut:

∑Xi ∑Yi X = Y=

n n

Keterangan:

X= Bobot rataan tingkat penilaian kinerja perusahaan Y= Bobot rataan penilaian tingkat kepentingan konsumen


(50)

Diagram Kartesius yang dimaksud adalah diagram yang terdiri atas empat kuadran yang dibatasi oleh dua buah garis berpotongan tegak lurus pada titik (X,Y).

∑Xi ∑Yi X = Y =

K K

Keterangan:

X = Rataan dari rataan bobot tingkat kinerja perusahaan. Y = Rataan dari rataan bobot tingkat kepentingan perusahaan.

K = Banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen.

Setiap hasil akan menempati salah satu kuadran dalam diagram Kartesius yang terdiri atas :

1. Kuadran A (Prioritas Utama)

Kinerja suatu dimensi adalah lebih rendah dari keinginan konsumen, sehingga unit usaha nila puff harus meningkatkan kinerjanya lebih optimal sehingga dapat lebih bersaing dengan produk-produk sejenis dari perusahaan pesaingnya.

2. Kuadran B (Pertahankan Prestasi)

Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat tinggi dan sesuai, sehingga unit usaha nila puff cukup mempertahankan kinerja dimensi tersebut.

3. Kuadran C (Prioritas Rendah)

Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat rendah, sehingga unit usaha nila puff belum perlu melakukan perbaikan.

4. Kuadran D (Berlebihan)

Kinerja perusahaan berada pada tingkat tinggi tetapi keinginan konsumen akan kinerja dari dimensi tersebut rendah, sehingga unit usaha nila puff tidak perlu lagi meningkatkan kinerja dimensi ini, sehingga sumber daya perusahaan dapat dialokasikan untuk melaksanakan prioritas utama.


(51)

2) Matriks IFE dan EFE.

Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi perusahaan. Sedangkan matriks EFE membantu pengambil keputusan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal, yaitu ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, teknologi, dan sebagainya.

David (1997) menyebutkan 5 langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks IFE dan EFE, yaitu :

1. Daftar faktor-faktor internal dan eksternal, termasuk peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industrinya. Daftar yang disusun harus diusahakan seteliti mungkin.

2. Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting).

3. Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut.

Rating tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rataan), 3 (di atas rataan) dan 4 (superior).

4. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap peubahnya.

5. Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor organisasi.

6. Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rataan 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0 menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mengumpulkan infromasi yang akan digunakan pada tahap pemaduan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE dibagi tiga kategori, yaitu 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah, 2,0-2,99 menunjukkan kondisi eksternal rataan dan 3,0-4,0


(52)

menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 3.

Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi berbeda. Tiga daerah utama tersebut adalah :

1. Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif, misalnya integrasi horizontal dan integrasi vertikal.

2. Daerah II meliputi sel III, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3. Daerah III, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah harvest dan

divest.

IFE

Kuat Rataan Lemah

4,0 3,0 2,0 1,0

IX VIII

VII

VI V

IV

III II

I Tinggi

3,0 E

F E

Sedang

2,0

1,0 Rendah


(53)

3) Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2000) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT.

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Menurut Rangkuti (2000), diagram analisis SWOT dapat digambarkan dengan diagram sebagaimana pada Gambar 4.

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN

2. Mendukung strategi diversifikasi 4. Mendukung

strategi defensif

1. Mendukung strategi agresif

3. Mendukung strategi turn-around

KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN INTERNAL


(54)

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, perusahaan juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

4) Analisis Titik Impas dan Profit Margin a. Break Even Point (BEP)

BEP dapat diketahui dalam unit dan dalam rupiah menggunakan rumus sebagai berikut

BT BEP (unit) =

P-BV

BT BEP (rupiah) =

1- (BV/P)

Keterangan :

BT = Biaya tetap dalam setahun P = Harga jual per unit


(55)

b. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Apabila B/C Ratio lebih dari satu berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan (Rahardi, 2005).

Total Penerimaan B/C Ratio =

Total Biaya

Keterangan :

B/C Ratio > 1 : Layak B/C Ratio = 1 : Layak B/C Ratio < 1 : Tidak Layak

C. Aspek Kajian

1. Analisa Kelayakan Usaha

Dalam penelitian ini aspek yang akan dikaji adalah analisa kelayakan usaha. Analisa kelayakan usaha merupakan kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial (keuangan) benefit maupun dalam arti

social benefit (Ibrahim, 2003). Faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun analisa kelayakan usaha antara lain adalah aspek teknis proses produksi, aspek keuangan, aspek pemasaran ; serta pola pembelian dan perilaku konsumen.

a) Aspek Teknis Proses Produksi

Proses produksi dari gagasan usaha/proyek yang akan direncanakan perlu diketahui untuk menentukan jumlah biaya investasi, jenis mesin yang digunakan, serta bentuk bangunan yang diperlukan. Dengan mengetahui kegiatan secara teknis dari proses produksi, penyusunan analisa kelayakan dapat menghitung biaya yang diperlukan dalam pengadaan mesin-mesin dan gedung-gedung yang diperlukan di samping peralatan lainnya, karena biaya bangunan dan mesin merupakan biaya


(56)

investasi yang perlu diketahui dalam analisa kriteria investasi (Ibrahim, 2003). Suatu usaha/proyek dapat dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis proses produksi apabila teknologi dan proses produksi efisien dan mampu diimplementasikan oleh tenaga kerja dengan baik (Suratman, 2001).

b) Aspek Keuangan

Aspek keuangan adalah aspek yang berhubungan dengan bagaimana menentukan kebutuhan dana yang bersangkutan secara efisien sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi investor (Suratman, 2001). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek keuangan antara lain : dana investasi, biaya modal kerja, perhitungan laba/rugi, Benefit cost Ratio (B/C Ratio), Break Even Point (BEP) (Ibrahim, 2003).

Dana Investasi

Penentuan jumlah dana investasi secara keseluruhan disesuaikan dengan aspek teknis produksi, yaitu mengenai : tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan mesin dan biaya lainnya.

Biaya Modal Kerja

Biaya modal kerja dalam kegiatan usaha/proyek terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, bunga bank, asuransi dan lain sebagainya. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan/bahan pembantu, upah tenaga kerja langsung, biaya transportasi, biaya pemasaran dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003).

Perhitungan Laba/Rugi

Laba adalah tujuan utama dalam membuka usaha/proyek yang direncanakan. Semakin besar keuntungan yang diterima, semakin layak pembukaan usaha/proyek yang dikembangkan. Perhitungan laba/rugi dapat dilakukan dengan cara mengurangi total penerimaan (total revenue)


(57)

yang dihasilkan suatu proyek dengan total biaya yang dikeluarkan (total

cost), apabila penerimaan lebih besar daripada biaya berarti usaha/proyek mengalami keuntungan, demikian juga sebaliknya (Ibrahim, 2003).

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan perbandingan antara total penerimaan (Total Revenue) dengan total biaya (Total Cost).

Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) merupakan nilai di mana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan.

c) Aspek Pemasaran

Meliputi kondisi permintaan, penawaran, harga, persaingan dan peluang pasar, serta proyeksi permintaan pasar.

1. Permintaan

Hal ini memberikan gambaran tentang permintaan produk nila puff

untuk memenuhi kebutuhan pasar, baik permintaan di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

2. Penawaran

Hal ini memberikan gambaran tentang produksi nila puff dan faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran.

3. Harga

Hal ini memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual produk nila puff dalam hal ini adalah hubungan antara harga jual dengan permintaan dan penawaran oleh pihak pembeli serta faktor lain yang mempengaruhi harga jual produk nila puff.

4. Persaingan dan Peluang Pasar

Hal ini memberikan gambaran tentang pasar yang dituju, baik pasar yang sudah ada maupun pasar lain yang akan dikembangkan.

5. Pemasaran Produk

Hal ini memberikan gambaran tentang sistem pemasaran di unit usaha nila puff.


(1)

Lampiran 2.

Alur Proses Pengolahan Nila

Puff

@Bagian 1

Pengolahan tepung ikan nila. Alur proses pengolahan tepung ikan nila dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

ikan nila penyiangan dan pemfilletan pengukusan (30 menit)

penggilingan penjemuran pengepresan


(2)

@Bagian 2

Pengolahan produk nila puff. Alur proses pengolahan snack puff dan pelapisan (coating) tepung ikan nila dapat dilihat pada gambar berikut ini.

tepung jagung pemasakan dlm alat ekstruder pencetakan

pelapisan adonan pelapis (coating) keluar dari pencetakan


(3)

Lampiran 3.

Unit Usaha CV. “X”

Tampak depan unit usaha CV. “X”

Ruang proses produk

snack puff


(4)

Lampiran 4. Perhitungan matriks IFE-EFE

Faktor penentu A B C D E F G H I Total Bobot*

Produk yang khas dalam mutu dan nilai gizi A x 2 3 3 2 3 3 3 3 22 0,16 Pelayanan mengutamakan kepuasan konsumen B 3 x 3 3 3 3 3 3 3 24 0,17 Loyalitas tinggi karyawan terhadap perusahaan C 1 2 x 2 2 3 3 3 3 16 0,11 Lokasi strategis di tengah kota D 1 1 2 x 2 3 2 2 2 15 0,11 Harga produk E 2 2 2 2 x 3 2 2 2 17 0,12 Pencatatan keuangan masih sederhana F 1 1 1 1 1 x 2 2 2 11 0,08 Kurangnya promosi G 1 1 1 2 2 2 x 3 2 14 0,09 Kurangnya jumlah agen atau distributor H 1 1 1 2 2 2 1 x 1 11 0,08 Kurangnya mutu manajemen perusahaan I 1 1 1 1 1 2 2 2 x 11 0,08

Total 141 1,00

Keterangan: *Bobot = 22/141, 24/141, 16/141, dst…

Faktor Penentu A B C D E F G H I Total Bobot

Prospek pemasaran A X 3 3 2 3 3 2 3 2 21 0,15 Perkembangan TI B 1 X 2 2 3 3 3 3 2 19 0,13 Perubahan pola konsumsi C 1 2 X 1 3 3 3 3 2 18 0,13 Dukungan dari pemerintah D 2 2 3 X 3 3 3 2 2 20 0,14 Ketersediaan bahan baku E 1 1 1 1 X 2 3 3 2 14 0,10 Kenaikan biaya produksi F 1 1 1 1 2 X 2 2 2 13 0,09 Adanya pendatang baru G 2 1 1 1 1 2 X 2 2 12 0,08 Adanya produk substitusi H 1 1 1 2 1 2 2 X 2 12 0,08 Kondisi politik keamanan yang tidak mendukung I 2 2 2 2 2 2 2 2 X 15 0,10

Total 144 1,00

Keterangan:

1. Nilai 1: Baris horizontal tidak lebih penting dibandingkan baris vertikal 2. Nilai 2: Baris horizontal sama penting dibandingkan baris vertikal.


(5)

Lanjutan Lampiran 4.

Faktor Penentu Rating

1. Produk yang khas dalam mutu dan nilai gizi 4 2. Pelayanan yang mengutamakan kepuasan konsumen 4 3. Loyalitas tinggi karyawan terhadap perusahaan 3

4. Lokasi strategis di tengah kota 3

5. Harga produk 3

6. Pencatatan keuangan masih sederhana 2

7. Kurangnya promosi 2

8. Kurangnya jumlah agen atau distributor 2

9. Kurangnya mutu manajemen 2

Faktor Penentu Rating

1. Prospek pemasaran 3

2. Perkembangan teknologi informasi 3

3. Perubahan pola konsumsi 4

4. Dukungan dari Pemerintah 2

5. Ketersediaan bahan baku 3

6. Kenaikan biaya produksi 2

7. Adanya pendatang baru 3

8. Adanya produk substitusi 3

9. Kondisi politik dan kemananan tidak stabil 3

Keterangan:

Nilai 4: Respons perusahaan superior

Nilai 3: Respons perusahaan diatas rata-rata Nilai 2: Respons perusahaan rata-rata


(6)

Lanjutan Lampiran 4.

Faktor strategik internal Bobot

(a)

Rating (b)

Skor (a x b) A. Kekuatan:

1. Produk yang khas

2. Pelayanan yang mengutamakan kepuasan konsumen. 3. Loyalitas karyawan

4. Letak strategis di tengah kota 5. Harga produk

0,16 0,17 0,11 0,11 0,12 4 4 3 3 3 0,64 0,68 0,33 0,33 0,36 2,34 B. Kelemahan:

1. Pencatatan keuangan masih sederhana 2. Kurangnya promosi

3. Kurangnya jumlah agen atau distributor 4. Kurangnya mutu manajemen

0,08 0,09 0,08 0,08 2 2 2 2 0,16 0,18 0,16 0,16 0,66

Jumlah (A + B) 3,00

Faktor strategis eksternal Bobot

(a)

Rating (b)

Skor (a x b) C. Peluang:

1. Prospek pemasaran

2. Perkembangan teknologi informasi 3. Perubahan pola konsumsi

4. Dukungan dari pemerintah terhadap UKM 5. Ketersediaan bahan baku yang cukup

0,15 0,13 0,13 0,14 0,10 3 3 4 2 3 0,45 0,39 0,52 0,28 0,30 1,94 D. Ancaman:

1. Kenaikan biaya produksi

2. Adanya pendatang baru produk sejenis 3. Adanya produk substitusi

4. Kondisi politik dan keamanan

0,09 0,08 0,08 0,10 2 3 3 3 0,18 0,24 0,24 0,30 0,96