Snack Puff Kemunduran Mutu

memberikan dampak bagi terbukanya peluang pasar baru dan kontinuitas produk pada unit usaha nila puff. Menurut David 1997, teknis perumusan strategi yang digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1 tahap mengumpulkan data yang meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi, 2 tahap pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal, 3 tahap keputusan, merupakan tahap untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan.

G. Snack Puff

Menurut Muchtadi 1988, snack makanan ringan adalah makanan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama dan umumnya sudah merupakan bagian yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada kalangan anak-anak dan remaja. Snack puff merupakan salah satu makanan ringan ekstrudat. Makanan ringan ekstrudat adalah makanan ringan yang dibuat melalui proses ekstrusi dari bahan baku tepung jagung serta bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dengan atau tanpa melalui proses penggorengan BSN, 2000. Snack ekstrusi atau snack mengembang puffed snack merupakan snack generasi kedua yang dapat diproduksi dalam berbagai jenis berdasarkan kandungan gizinya, seperti kandungan proteinnya, rendah kalori, termasuk tinggi kandungan seratnya. Produk ini memiliki densitas yang rendah, dibumbui dengan penyedap rasa, minyak, dan garam. Produk ekstrusi yang yang akan dikaji dalam kegiatan ini merupakan produk ekstrusi yang sudah mengalami penambahan tepung ikan nila dalam hal ini disebut nila puff. Adapun penambahan tepung nila di sini adalah sebagai campuran pada adonan flavor yang dijadikan sebagai pelapis coating pada produk snack puff. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat No Jenis uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan - Bau normal - Rasa normal - Warna normal 2 Kadar air bb maks. 4 3 Kadar lemak - Tanpa proses penggorengan bb maks. 30 - Dengan proses penggorengan bb maks. 38 4 Kadar silikat bb Maks. 0,1 5 Bahan Tambahan Makanan - Pemanis buatan sesuai SNI 01-0222-1995 dan Permenkes no 722MenkesPer IX 1988 - Pewarna s.d.a 6 Cemaran logam - Timbal Pb mgkg maks. 1,0 - Tembaga Cu mgkg maks. 10 - Seng Zn mgkg maks. 40 - Merkuri Hg mgkg maks. 0,05 7 Arsen mgkg maks. 0,5 8 Cemaran Mikroba - Angka Lempeng Total ALT kolonig maks. 1,0 x 10 4 - Kapang kolonig maks. 50 - Escherichia coli APMg negatif Sumber : BSN 2000

H. Kemunduran Mutu

Semua bahan pangan mudah rusak dan ini berarti bahwa setelah suatu jangka waktu penyimpanan tertentu, ada kemungkinan untuk membedakan antara bahan pangan segar dengan bahan pangan yang telah disimpan selama jangka waktu tersebut. Perubahan yang terjadi merupakan suatu kerusakan atau kemunduran mutu Bukle dkk, 1985. Faktor-faktor penyebab kerusakan dapat dibagi dua yaitu yang secara alamiah sudah ada dalam produk perubahan fisik karena suhu, perubahan biokimia dan kimia karena mikroorganisme atau karena interaksi antara berbagai komponen dalam produk dan yang tergantung dari lingkungan sekitar kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan pangan, penyerapan dari dan interaksi dengan oksigen, dan hilang atau bertambahnya cita rasa Bukle, dkk 1985. Kerenyahan bahan pangan berkadar air rendah dipengaruhi oleh kandungan air dan akan hilang karena adanya plastisasi struktur fisik oleh suhu atau air. Menurut Nelason dan Labuza 1993 dalam Adawiyah 2006, sereal kering memiliki tekstur yang renyah dalam keadaan gelas, tetapi plastisasi akibat peningkatan kadar air atau suhu menyebabkan terjadinya perubahan material menjadi keadaan karet atau rubbery sehingga produk menjadi lembek sogginess. Aktivitas air a w kritis di mana terjadi kehilangan kerenyahan berbeda-beda untuk produk yang berbeda, pada umumnya terjadi pada a w 0,35 dan 0,50. Hilangnya kerenyahan sebagai akibat transisi gelas terjadi selama penyimpanan ketika kadar air atau a w kritis terlewati dan menurunkan suhu transisi gelas Tg bahan sampai di bawah suhu kamar. Kontak antara produk pangan dengan udara akan mengakibatkan kontaminasi produk oleh mikroba. Banyak diantara mikroba seperti Staphylococcus aureus dan Achromobacter dapat menghidrolisis lemak sehingga menghasilkan asam lemak yang dapat menimbulkan bau dan rasa tengik Ketaren, 1986.

I. Karakteristik Pengembangan Suatu Produk

Produk nila puff disebut produk relatif baru karena baru mulai dikembangkan sehingga belum begitu populer di masyarakat. Menurut Kotler 1991 “Produk baru” dimaksudkan meliputi produk orisinil, produk perbaikan, produk modifikasi, dan merk baru yang dikembangkan oleh perusahaan melalui usaha RD perusahaan dan juga produk yang oleh konsumen dianggap baru. Dalam mengembangkan jenis produk baru, perlu diperhatikan hal-hal yang dapat menggangu keberhasilan pengembangan produk baru tersebut seperti : a. Kurangnya ide untuk pengembangan produk baru dalam beberapa jenis produk. b. Kesalahan dalam melakukan “ positioning” produk baru tersebut. c. Hambatan yang berasal dari pihak masyarakat atau pemerintah. d. Besarnya biaya RD, produksi dan pemasaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka menemukan suatu produk yang siap dilempar ke pasaran. e. Penampilan produk yang kurang menarik.