16 suatu fungsi berjalan dengan baik, tetapi dengan suatu imbalan.
Kontrol yang terlalu berlebihan menyebabkan sistem yang tidak efisien dan penurunan efektivitas sehingga biaya yang ditanggung
menjadi besar dibandingkan dengan manfaat yang diharapkan. Kontrol juga bisa manjadi usang akibat perubahan prosedur dan
rencana.
2.1.6 Standar-Standar Pengendalian Internal
Selain standar operasi yang merupakan bagian dari sistem kontrol, terdapat kerangka standar yang harus diikuti sistem kontrol itu sendiri.
Standar-standar itu adalah Sawyer, 2005 : 73 : a.
Standar-Standar Umum - Keyakinan yang wajar
Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar bahwa tujuan kontrol internal akan dicapai.
- Perilaku yang mendukung Manajer dan karyawan harus memiliki perilaku yang
mendukung kontrol internal. - Integritas dan kompetensi
Orang-orang yang terlibat dalam pengoperasian kontrol internal harus memiliki tingkat profesionalitas, integritas
pribadi dan kompetensi yang memadai untuk melaksanakan kontrol guna mencapai tujuan kontrol internal.
- Tujuan kontrol Tujuan kontrol yang spesifik, komprehensif, dan wajar harus
ditetapkan untuk setiap aktivitas organisasi. - Pengawasan kontrol
Manajer harus terus-menerus mengawasi keluaran yang dihasilkan oleh sistem kontrol dan mengambil langkah-
langkah tepat terhadap penyimpangan yang memerlukan tindakan tersebut
b. Standar-Standar Rinci
- Dokumentasi Struktur, semua transaksi, dan kejadian signifikan harus
didokumentasikan dengan baik. - Pencatatan transaksi dan kejadian dengan layak dan tepat
waktu - Otorisasi dan pelaksanaan transaksi dan kejadian
Transaksi dan kejadian harus diotorisasi dan dilaksanakan oleh orang yang bertugas untuk itu.
- Pembagian tugas
17 Ororisasi, pemrosesan, pencatatan, dan pemeriksaan
transaksi harus dipisahkan ke masing-masing individu unit.
- Pengawasan Pengawasan harus dilakukan dengan baik dan
berkelanjutan untuk memastikan pencapaian tujuan kontrol internal.
- Akses dan akuntabilitas ke sumber daya dan catatan Akses harus dibatasi ke individu yang memang
berwewenang, seseorang yang bertanggung jawab untuk pengamanan dan penggunaan sumber daya dan orang
lain yang mencatat. Aspek ini harus diperiksa secara periodik dengan membandingkan jumlah yang tercatat
dengan jumlah fisik.
2.1.7. Sarana Untuk Mencapai Kontrol
Beberapa sarana operasional yang dapat digunakan manajer untuk mengendalikan fungsi didalam perusahaan adalah: Sawyer, 2005 : 77
a. Organisasi organization
Organisasi merupakan sarana kontrol, merupakan struktur peran yang disetujui untuk orang-orang didalam organisasi di dalam
perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efisien dan ekonomis.
b. Kebijakan policy
Kebijakan adalah pernyataan prinsip yang menjadi pedoman, atau membatasi suatu tindakan tertentu yang dinyatakan oleh pihak
manajemen untuk pencapaian tujuan organisasi.
c. Prosedur procedure
Prosedur merupakan sarana yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan.
d. Personalia
Personalia merupakan orang orang yang dipekerjakan atau ditugaskan untuk melaksanakan tugas yang diberikan dengan
kualifikasi tertentu. Salah satu bentuk kontrol disamping kinerja individu adalah supervisi.
e. Akuntansi accounting
Akuntansi merupakan sarana yang penting untuk control keuangan dan aktivitas sumber daya. Akuntansi membentuk kerangka kerja
yang disesuaikan dengan pemberian tanggung jawab.
f. Penganggaran budget
Penganggaran merupakan suatu pernyataan dari hasil-hasil yang diharapkan dan disajikan dalam bentuk numerik.
18 g.
Pelaporan report Didalam suatu organisasi, pihak manajemen membuat suatu
kebijakan dan keputusan berdasarkan laporan yang diterima. Oleh karena itu laporan harus tepat waktu, akurat, bermakna, dan
ekonomis.
2.2 Pengujian Substantif
2.2.1. Pengertian Pengujian Substantif
Sukrisno Agoes, 1996 : 80 menyatakan bahwa Pengujian substantif adalah “test terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan keuangan
Neraca dan Laporan Rugi Laba”. Menurut Mulyadi, 2002 : 150 pengujian substantif merupakan
“prosedur audit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran
penyajian laporan keuangan”. Prosedur pengujian substantif dirancang untuk memperoleh bukti
mengenai kelengkapan, keakuratan, keabsahan data-data yang dihasilkan oleh sistem akuntansi serta ketepatan penerapan perlakuan akuntansi
terhadap transaksi-transaksi dan saldo-saldo. Mulyadi, 2002 : 74 Menurut standar pekerjaan lapangan ketiga,
“auditor harus mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan”. Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tentang kewajaran setiap asersi laporan keuangan signifikan. Pada pihak lain, pengujian
substantif dapat mengungkapkan kekeliruan atau salah saji moneter dalam pencatatan dan pelaporan transaksi dan saldo akun.