Analisis Data Bivariat Karakteristik Penderita Rinosinusitis Kronis Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008

4.1.9 Proporsi operasi pada penderita rinosinusitis kronis di RSUP H. Adam Malik- Medan tahun 2008 Operasi f Antrostomi Meatus Inferior Kak Spooling 8 11,94 CWL Caldwel-Luc 4 5,97 Trepanasi Sinus Frontal 1 1,49 Bedah Sinus Endoskopi Fungsional BSEF 54 80,60 Jumlah 67 100 Tindakan operasi yang paling sering dilakukan untuk penatalaksanaan rinosinusitis kronis adalah BSEF Bedah Sinus Endoskopi Fungsional sebanyak 54 penderita 80,6 dan terendah adalah trepanasi sinus frontal sebanyak 1 penderita 1,49.

4.2 Analisis Data Bivariat

4.2.1 Proporsi penderita rinosinusitis kronis berdasarkan umur dan jenis kelamin tercatat yang berobat ke RSUP H Adam Malik tahun 2008 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kelompok Umur f f Total 12-19 21 7,09 23 7,77 44 14,86 20-27 13 4,39 25 8,45 38 12,84 28-35 23 7,77 38 12,84 61 20,61 36-43 21 7,09 24 8,11 45 15,20 44-51 21 7,09 28 9,46 49 16,55 52-59 22 7,43 18 6,08 40 13,51 60-67 4 1,35 8 2,70 12 4,05 68-75 2 0,68 5 1,69 7 2,36 Total 127 42,91 169 57,09 296 100 Proporsi tertinggi penderita rinosinusitis kronis terdapat pada kelompok umur 28 – 35 tahun 20,61 laki-laki 7,77 dan perempuan 12,84 dan terendah pada kelompok umur 68-75 tahun 2,36 laki-laki 0,68 dan Universitas Sumatera Utara perempuan 1,69 proporsi jenis kelamin adalah perempuan 57,09 dan laki- laki 42,91. 4.2.2 Proporsi umur berdasarkan jumlah sinus yang terlibat melalui pemeriksaan foto polos SPN pada penderita rinosinusitis kronis Umur Tahun ≤ 18 18 Jumlah Sinus yang Terlibat Berdasarkan Foto Polos SPN f f Jumlah Single Rinosinusitis 30 11,9 22288,1 252 100 Multisinusitis 3 8,8 31 91,2 34 100 Pansinusitis 0 0 1 100 1 100 Dari tabel 4.2.2 dapat diketahui proporsi penderita single rinosinusitis, lebih tinggi pada umur diatas 18 tahun 88,1 daripada umur ≤ 18 tahun 11,9. Proporsi penderita multisinusitis paling tinggi pada umur diatas 18 tahun 91,2 daripada umur ≤ 18 tahun 8,8 dan proporsi pansinusitis paling tinggi pada umur diatas 18 tahun yaitu 100. Pada umur 18 tahun didapati penderita terbanyak adalah single rinosinusitis sebesar 222 penderita 77,4 dan terendah adalah pansinusitis sebanyak 1 penderita 0,3. Analisis statistik dengan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 3 sel 50 expected count yang besarnya kurang dari 5. Universitas Sumatera Utara 4.2.3 Proporsi umur berdasarkan jumlah sinus yang terlibat melalui pemeriksaan CT Scan SPN pada penderita rinosinusitis kronis Umur Tahun ≤ 18 18 Jumlah Sinus yang Terlibat Berdasarkan CT Scan SPN f f Jumlah Single Rinosinusitis 2 11,8 15 88,2 17 100 Multisinusitis 2 6,3 30 93,7 32 100 Pansinusitis 2 8,7 21 91,3 23 100 Dari gambar diatas dapat diketahui proporsi penderita single rinosinusitis, lebih tinggi pada umur diatas 18 tahun 88,2 daripada umur ≤ 18 tahun 11,8. Proporsi penderita multisinusitis paling tinggi pada umur diatas 18 tahun 93,7 daripada umur ≤ 18 tahun 6,3 dan proporsi pansinusitis paling tinggi pada umur diatas 18 tahun yaitu 91,3 daripada umur ≤ 18 tahun 8,7. Analisis statistik dengan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 3 sel 50 expected count yang besarnya kurang dari 5. 4.2.4 Proporsi jenis kelamin berdasarkan jumah sinus yang terlibat melalui pemeriksaan foto polos SPN pada penderita rinosinusitis kronis Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sinus yang Terlibat Berdasarkan Foto Polos SPN f f Jumlah Single Rinosinusitis 110 43,7 142 56,3 252 100 Multisinusitis 13 38,2 21 61,8 34 100 Pansinusitis 1 100 0 0 1 100 Dari tabel 4.2.4 diatas dapat diketahui proporsi penderita single rinosinusitis, lebih tinggi pada perempuan 56,3 daripada laki-laki 43,7. Proporsi penderita multisinusitis paling tinggi pada perempuan 61,8 daripada laki-laki 38,2 dan proporsi pansinusitis paling tinggi pada laki-laki yaitu 100. Universitas Sumatera Utara Analisis statistik dengan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel 33,3 expected count yang besarnya kurang dari 5. 4.2.5 Proporsi jenis kelamin berdasarkan jumlah sinus yang terlibat melalui pemeriksaan CT Scan SPN pada penderita rinosinusitis kronis Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sinus yang Terlibat Berdasarkan CT Scan SPN f f Jumlah Single Rinosinusitis 7 41,2 10 58,8 17 100 Multisinusitis 13 40,6 19 59,4 32 100 Pansinusitis 15 65,2 8 34,8 23 100 X 2 = 3,732 df = 2 p = 0,155 Dari tabel 4.2.5 diatas dapat diketahui proporsi penderita single rinosinusitis, lebih tinggi pada perempuan 58,8 daripada laki-laki 41,2. Proporsi penderita multisinusitis paling tinggi pada perempuan 59,4 daripada laki-laki 40,6 dan proporsi pansinusitis paling tinggi pada laki-laki yaitu 65,2 dan perempuan 34,8. Dari uji Chi-Square diperoleh nilai p 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan jumlah sinus yang terlibat yang dilakukan dengan pemeriksaan CT Scan SPN. 4.2.6 Proporsi pekerjaan berdasarkan jumlah sinus yang terlibat melalui pemeriksaan foto polos SPN pada penderita rinosinusitis kronis Pekerjaan IRT Bukan IRT Jumlah Sinus yang Terlibat Berdasarkan Foto Polos SPN f f Jumlah Single Rinosinusitis 75 29,8 177 70,2 252 100 Multisinusitis 8 23,5 26 76,5 34 100 Pansinusitis 0 0 1 100 1 100 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 4.2.6 diatas dapat diketahui proporsi penderita single rinosinusitis, lebih tinggi pada profesi bukan IRT 70,2 daripada IRT 29,8. Proporsi penderita multisinusitis paling tinggi pada profesi bukan IRT 76,5 daripada IRT 23,5 dan proporsi pansinusitis paling tinggi pada profesi bukan IRT yaitu 100. Analisis statistik dengan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel 33,3 expected count yang besarnya kurang dari 5. 4.2.7 Proporsi pekerjaan berdasarkan jumlah sinus yang terlibat melalui pemeriksaan CT Scan SPN pada penderita rinosinusitis kronis Pekerjaan IRT Bukan IRT Jumlah Sinus yang Terlibat Berdasarkan CT Scan SPN f f Jumlah Single Rinosinusitis 2 11,8 15 88,2 17 100 Multisinusitis 7 21,9 25 78,1 32 100 Pansinusitis 9 39,1 14 60,9 23 100 X 2 =4,204 df = 2 p = 0,122 Pada tabel 4.2.7 diatas dapat diketahui proporsi penderita single rinosinusitis, lebih tinggi pada profesi bukan IRT 88,2 daripada IRT 11,8. Proporsi penderita multisinusitis paling tinggi pada profesi bukan IRT 78,1 daripada IRT 21,9 dan proporsi pansinusitis paling tinggi pada profesi bukan IRT yaitu 60,9 daripada IRT 39,1. Dari uji Chi-Square diperoleh nilai p 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis pekerjaan berdasarkan jumlah sinus yang terlibat yang dilakukan dengan pemeriksaan CT Scan SPN. Universitas Sumatera Utara 4.2.8 Proporsi jumlah sinus yang terlibat berdasarkan keluhan utama melalui pemeriksaan foto polos SPN pada penderita rinosinusitis kronis Jumlah Sinus yang Terlibat Berdasarkan Foto Polos SPN Single Rinosinusitis Multisinusitis Pansinusitis Keluhan Utama f f f Jumlah Hidung Tersumbat 192 88,5 24 11 1 0,5 217 100 Bukan Hidung Tersumbat 60 85,7 10 14,3 0 0 70 100 Dari tabel 4.2.8 diatas dapat diketahui proporsi keluhan hidung tersumbat, lebih tinggi pada single rinosinusitis 88,5 daripada multisinusitis 11 dan pansinusitis 0,5. Keluhan bukan hidung tersumbat juga paling tinggi dijumpai pada single rinosinusitis 85,7 daripada multisinusitis 14,3 dan pansinusitis. Analisis statistik dengan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel 33,3 expected count yang besarnya kurang dari 5. 4.2.9 Proporsi jumlah sinus yang terlibat berdasarkan keluhan utama melalui pemeriksaan CT Scan SPN pada penderita rinosinusitis kronis Jumlah Sinus yang Terlibat Berdasarkan CT Scan SPN Single Rinosinusitis Multisinusitis Pansinusitis Keluhan Utama f f f Jumlah Hidung Tersumbat 14 23,7 24 40,7 21 35,6 59 100 Bukan Hidung Tersumbat 3 23,1 8 61,5 2 15,4 13 100 Dari tabel 4.2.9 diatas, proporsi keluhan hidung tersumbat, lebih tinggi pada multisinusitis 40,7 daripada pansinusitis 35,6 dan terendah adalah Universitas Sumatera Utara single rinosinusitis 23,7. Keluhan bukan hidung tersumbat juga paling tinggi dijumpai pada multisinusitis 61,5 daripada single rinosinusitis dan pansinusitis. Analisis statistik dengan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel 33,3 expected count yang besarnya kurang dari 5. 4.2.10 Proporsi jumlah sinus yang terlibat pada penderita rinosinusitis kronis yang sama-sama dilakukan pemeriksaan foto polos SPN dan CT Scan SPN. Pemeriksaan Radiologi Foto Polos SPN CT Scan SPN Jumlah Sinus yang Terlibat f f Jumlah Single Rinosinusitis 54 79,4 14 20,6 68 100 Multisinusitis 10 26,3 28 73,7 38 100 Pansinusitis 1 4,2 23 95,8 24 100 X 2 =52,222 df = 2 p = 0,000 Dari gambar diatas dapat diketahui proporsi penderita single rinosinusitis, lebih tinggi pada pemeriksaan foto polos SPN 79,4 daripada pemeriksaan CT Scan SPN 20,6. Proporsi penderita multisinusitis paling tinggi pada pemeriksaan CT Scan SPN 73,7 daripada foto polos SPN 26,3 dan proporsi pansinusitis paling tinggi pada pemeriksaan CT Scan SPN 95,8 daripada foto polos SPN 4,2. Dari uji Chi-Square diperoleh nilai p 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jumlah sinus yang terlibat pada penderita rinosinusitis kronis yang dilakukan pemeriksaan foto polos SPN dan CT Scan SPN. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN Pada penelitian yang dilakukan di Departemen THT-KL FK USU bagian Rekam Medik RSUP H. Adam Malik didapatkan data penderita rinosinusitis kronis pada Tahun 2008 sebanyak 296 penderita.

5.1 Analisis Univariat