e. Dasar dari sinus dibentuk oleh prosesus alveolaris maksila. Pada anak
letaknya sekitar 4 mm diatas dasar cavum nasi , dan pada dewasa letaknya 4- 5 mm dibawah dasar cavum nasi Miller dan Amedee,
1998. Proses supuratif yang terjadi disekitar gigi ini dapat menjalar ke mukosa
sinus melalui pembuluh darah atau limfe, sedangkan pencabutan gigi ini dapat menimbulkan hubungan dengan ronggga sinus yang akan mengakibatkan
sinusitis Ballenger, 1994. Anomali fasial atau sinus yang besar dapat juga menyebabkan sinusitis kronis Medina, 1999.
2.2.2 Sinus Frontal
Perkembangan sinus frontal dimulai pada bulan keempat kehamilan kemudian berkembang kearah atas dari hidung pada bagian frontal reses
Amedee, 1993. Sinus ini jarang tampak pada pemeriksaan rontgen hingga tahun kedua
setelah kelahiran, kemudian sinus ini berkembang secara lambat kearah vertikal pada tulang frontal dan telah lengkap pada usia remaja Amedee, 1993.
Sekitar 5 dari populasi mengalami kegagalan pertumbuhan dari sinus ini. Ukuran sinus frontal pada orang dewasa sekitar 28 x 27 x 17 mm dengan
volume 6 sampai 7 ml. Amedee, 1993. Perdarahan pada sinus frontal meliputi cabang supra troklear dan
supraorbital dari arteri optalmikus dan melalui vena superior optalmikus yang mengalir kedalam sinus kavernosus Amedee, 1993; Marks, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Sensasi mukosa sinus frontal ini mendapati persarafan dari percabangan supratroklear nervus frontal yang berasal dari nervus optalmikus V1 Amedee,
1993; Marks, 2000. Sinus frontal terletak pada tulang frontal dibatas atas supraorbital dan
akar hidung. Sinus ini dibagi dua oleh sekat secara vertikal dibatas midline dengan ukuran masing-masing yang bervariasi. Sinus frontal sangat
berhubungan erat dengan tulang etmoid anterior Amedee, 1993. Dinding posterior dari sinus ini melebar secara inferior obliq dan
posterior dimana nantinya akan bertemu dengan atap dari orbita. Ostium alami dari sinus ini terletak di anteromedial dari dasar sinus. Sel-sel infraorbita bisa
terobstruksi dan membentuk mukokel yang terisolasi dari ostium dan sinus etmoid Murray, 1989; Maran, 1990; Marks, 2000.
2.2.3 Sinus Etmoid
Sel-sel etmoid mulai terbentuk pada bulan ketiga dan keempat setelah kelahiran yang merupakan invaginasi dari dinding lateral hidung pada daerah
meatus medial etmoid anterior dan meatus superior etmoid posterior. Saat setelah lahir, biasanya tiga atau empat sel baru tampak Amedee, 1993; Marks,
2000. Secara embriologis, sinus etmoid ini terbentuk dari lima etmoturbinal.
Kelima bagian tersebut yakni unsinatus, bula etmoid basal lamella ground lamella, konka superior dan konka suprema Amedee, 1993; Marks, 2000.
Sel-sel sinus etmoid ini akan tumbuh secara cepat sehingga pada usia dewasa mencapai ukuran 20 x 22 x 10 mm pada kelompok sel anterior dan 20 x
Universitas Sumatera Utara
20 x 10 mm pada kelompok sel posterior. Sel-sel etmoid ini biasanya mengandung 10–15 sel persisi dengan total volume 14–15 ml Amedee, 1993;
Marks, 2000. Perdarahan pada sinus etmoid meliputi cabang arteri sfenopalatina, arteri
etmoidalis anterior dan posterior, cabang arteri optalmikus dari arteri karotis interna. Sedangkan aliran vena berasal dari vena maksilaris dan etmoidalis yang
mengalir kedalam sinus kavernosus Amedee, 1993. Inervasi persarafan dari sinus etmoid ini berasal dari cabang
posterolateral hidung dari nervus maksilaris V2 dan cabang nervus etmoidalis dari nervus optalmikus V1 Amedee, 1993.
Anatomi dari sinus etmoid ini cukup kompleks, bervariasi dan merupakan subjek penelitian yang baik. Sinus etmoid memiliki dinding yang
tipis dengan jumlah dan ukuran yang bervariasi. Pada bagian lateral berbatasan dengan dinding medial orbita lamina papyracea dan bagian medial dari kavum
nasi Murray, 1989; Maran, 1990; Marks, 2000. Sinus ini terletak di inferior dari fossa kranial anterior dekat dengan
midline. Beberapa sel melebar mengelilingi frontal sfenoid dan tulang maksila. Kelompok sel anterior kecil-kecil dan banyak, drainasenya melalui meatus
media, sedangkan sel-sel posterior drainasenya melalui meatus superior Murray, 1989; Maran, 1990; Marks, 2000.
2.2.4 Sinus Sfenoid