Etiologi Kekerapan Epidemiologi Rinosinusitis Kronis

2.6 Epidemiologi Rinosinusitis Kronis

2.6.1 Etiologi

Rinosinusitis dapat disebabkan oleh Alergi musiman, perenial atau karena pekerjaan tertentu, Infeksi seperti beberapa bakteri patogen yang sering ditemukan pada kasus kronis adalah Stafilokokus 28, Pseudomonas aerugenosa 17 dan S. aureus 30. Ketiganya ini mempunyai resistensi yang tinggi terhadap antibiotik, misalnya Pseudomonas aerugenosa resisten terhadap jenis kuinolon. Jenis kuman gram negatif juga meningkat pada sinusitis kronis demikian juga bakteri aerobik termasuk pada sinusitis dentogenik. Bakteri rinosinusitis kronis paling sering adalah Peptococci, Peptostreptococci, Bacteriodes dan Fusobacteria Weir dan Wood, 1997; Soetjipto, 2000; Kahmis, 2009. Rinosinusitis kronis juga dapat disebabkan oleh kelainan Struktur anatomi, seperti variasi KOM, deviasi septum, hipertrofi konka atau Penyebab lain idiopatik, faktor hidung, hormonal, obat-obatan, zat iritan, jamur, emosi, atrofi Weir dan Wood, 1997.

2.6.2 Kekerapan

Pada tahun 2001, menurut laporan tahun 2004 dari US Centers for Disease Control and Prevention lebih dari 35 juta orang dewasa Amerika menderita rinosinusitis atau sekitar 17,4 dari seluruh orang dewasa di Amerika Serikat, bahkan rinosinusitis kronis lebih banyak dari penyakit jantung dan migrain, terlihat dari data dibawah ini: posisi sinusitis diantara penyakit lain Metson dan Mardon, 2006. Universitas Sumatera Utara Jumlah orang Amerika penderita penyakit kronis Penyakit Dalam Juta Lower Back Pain LBP 63.2 Hipertensi 41.8 Artritis 41.2 Rinosinusitis 35.5 Cervical pain 34.0 Migrain 33.9 Penyakit jantung 23.5 Asma 22.2 Hay fever 20.4 Gastritis 18.9 Diabetes 13.0 Gambar 2.1 Posisi sinusitis diantara penyakit lain Prevalensi rinosinusitis di indonesia cukup tinggi, terbukti pada data penelitian tahun 1996 dari sub-bagian Rinologi Departemen THT-KL FK- UIRSCM bahwa dari 496 pasien rawat jalan di sub-bagian ini didapati 50 nya dengan rinosinusitis kronis. Dari jumlah tersebut 30 mempunyai indikasi operasi BSEF Soetjipto, 2006. Iriani dkk 1996 pada penelitiannya terhadap 118 penderita rinosinusitis kronis yang dilakukan tindakan BSEF di Departemen THT-KL FK UNHAS Ujung Pandang menjumpai rinosinusitis kronis terbanyak pada kelompok umur 16-30 tahun atau sebesar 55,1. Muyassaroh dan Supriharti 1999 pada penelitiaanya terhadap terhadap 52 pasien rinosinusitis kronis yang berobat ke SMF THT-KL RSUD Dr. Kariadi Semarang mendapatkan kelompok terbanyak pada umur 20-29 tahun atau Universitas Sumatera Utara sebesar 26,9 sedangkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 29 penderita 55,8 dan perempuan sebanyak 23 penderita 44,2. Kurnia 2002 pada penelitiannya terhadap 40 penderita rinosinusitis kronis di RSUP H. Adam Malik, Medan mendapatkan penderita terbanyak pada kelompok umur 25 -34 tahun sebanyak 14 penderita 40, perempuan lebih banyak daripada laki-laki, dimana perempuan 21 penderita 52,5 dan laki-laki 19 penderita 47,5. Keluhan utama rinosinusitis kronis yang terbanyak adalah hidung tersumbat 38 penderita 95. Triolit Z 2004 pada penelitiaanya terhadap 30 penderita rinosinusitis kronis di RSUP H. Adam Malik, Medan mendapatkan kelompok umur terbanyak adalah 38-47 tahun sebanyak 36,6, sedangkan jumlah penderita perempuan sebanyak 16 penderita 53,3 dan laki-laki sebanyak 14 penderita 46,67. Keluhan utama terbanyak adalah hidung tersumbat sebanyak 18 penderita 60 diikuti sakit kepala sebanyak 12 penderita 40. Andika 2007 dalam penelitiannya terhadap 30 penderita rinosinusitis maksila kronis di RSUP H. Adam malik, Medan mendapatkan 12 penderita laki- laki 40 dan 18 penderita perempuan 60. Keluhan utama terbanyak adalah hidung tersumbat sebanyak 19 penderita atau sebesar 63,4. Di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL FK. Universitas Hasanuddin Makassar, jumlah kasus rinologi periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 yaitu penderita rawat jalan sebanyak 12.557 kasus, penderita rawat inap sebanyak 1.092 kasus dengan perbandingan antara pria dan wanita hampir sama Universitas Sumatera Utara 46 : 54. Kasus rawat inap yang terbanyak yaitu rinosinusitis 41,5, pada kelompok umur 30 – 39 tahun 23,3 Sujuthi dan Punagi, 2008. Dewanti 2008 pada penelitiannya terhadap 118 penderita rinosinusitis kronis Dibagian THT-KL FK. UGMRS Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2006 – 2007 didapatkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 68 penderita 57,6 dan perempuan 50 penderita 42,4. Sinus yang paling sering terlibat adalah maksilaris 68 kasus 57,6, maksilaris-etmoidalis 20 kasus 16,9 dan 13 kasus 11 etmoidalis, rinosinusitis unilateral 77 kasus 65,3 dominasi dektra; dan bilateral 41 kasus 34,7. Gejala klinis yang terbanyak ditemukan adalah obstruksi nasi paling dominan sebanyak 65 kasus 55,1, dan rinorea sebanyak 34 kasus 28,8. Pada penelitian di poliklinik THT-KL RS. Hasan Sadikin Bandung periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2007 didapatkan 168 penderita rinosinusitis kronis atau sebesar 64,29 dari seluruh pasien yang datang ke poliklinik THT-KL. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki sebanyak 82 penderita 49,08 dan perempuan 86 penderita 50,92 Bagja dan Lasminingrum, 2008. Pada penelitian lainnya seperti Elfahmi 2001 pada penelitiannya terhadap 40 penderita rinosinusitis kronis, didapatkan kelompok umur terbanyak adalah 35-44 tahun sebanyak 30. Jenis kelamin perempuan sebanyak 19 penderita 47,5 dan laki-laki sebanyak 21 penderita 52,5. Nuutien 1993 pada penelitiannya terhadap 150 pasien rinosinusitis kronis didapatkan perempuan sebanyak 83 penderita 55,3 dan laki-laki Universitas Sumatera Utara sebanyak 67 penderita 44,7. Yuhisdiarman 2004 pada penelitiannya terhadap 35 penderita rinosinusitis kronis mendapatkan kelompok umur terbanyak adalah 35-44 tahun sebesar 34,3, jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebesar 20 penderita 57,2 dan laki-laki 15 penderita 42,8. Pujiwati 2006 pada penelitiannya terhadap 80 orang, yang menderita rinosinusitis kronis akibat kerja sebanyak 35 orang 43,8.

2.7 Gejala dan Tanda Klinis